muncculnya hadits palsu
Halaman 1 dari 1 • Share
muncculnya hadits palsu
Pengertiannya : Kedustaan yang dibuat-buat kemudian disandarkan kepada
Rasulullah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam telah mengisyaratkan bahwa akan ada
nanti orang-orang yang membuat hadits palsu dengan sabdanya:
"Akan datang di akhir zaman nanti para dajjal dan pendusta, mereka
mendatangimu dengan hadits-hadits yang belum pernah kamu dengar juga belum
pernah di dengar oleh bapak-bapak kamu, maka berhati-hatilah kamu dari
mereka, jangan sampai mereka menyesatkan kamu dan menimbulkan fitnah
terhadapmu." (HR Muslim)
Derajatnya dalam ilmu Mushthalah Hadits adalah termasuk kedalam bagian dari
hadits dhaif bahkan pada derajat yang paling rendah.
Hukum meriwayatkannya : Para ulama bersepakat bahwa tidak halal bagi
seseorang untuk meriwayatkan suatu hadits dalam makna apapun yang telah
diketahui kepalsuannya kecuali disertai dengan penjelasan tentang
kedustaannya dengan tujuan untuk memperingatkan orang-orang awam yang tidak
mengetahui agar tidak tertipu dengan hadits tersebut. Karena Rasulullah
Shallallahu alaihi wasalam bersabda:
"Barangsiapa menyampaikan suatu perkataan dariku yang telah diketahui bahwa
itu adalah kedustaan yang dibuat-buat, maka ia termasuk salah seorang
pendusta." (HR. Muslim)
Cara-cara yang digunakan oleh pembuat hadits palsu:
1.. Dengan membuat kalimat sendiri, kemudian disusun sebuah sanad (mata
rantai perawi hadits) lalu diriwayatkan kepada orang lain.
2.. Atau dengan mengambil kata-kata ahli hikmah atau nasehat, kemudian
dibuat rantai sanadnya.
Cara mengetahui hadits maudu':
1.. Pengakuan dari si pemalsu itu sendiri, Seperti:
* Pengakuan Abi Ishmah Nuh bin Abi Maryam bahwa ia telah memalsu hadits
tentang fadhail Al Qur'an surat demi surat.
* Abdul Karim bin Abil-'Auja'. Dia dibunuh oleh Muhammad bin Sulaiman
Al-Abbasy, seorang Amir di negeri Basrah. Sebelum dibunuh ia berkata: "Aku
telah membuat empat ratus ribu hadits palsu, aku halalkan yang haram dan aku
haramkan yang halal."
b.. Senada dengan pengakuannya
Seperti seseorang yang meriwayatkan suatu hadits dari seorang syaikh,
namun ketika ia ditanya tahun kelahirannya, ternyata ia lahir setelah
wafatnya syaikh tersebut, dan tidak pernah didengar hadits itu kecuali dari
dirinya. Ini sudah menunjukkan pengakuan kedustaannya.
Contoh: Al-Makmun bin Ahmad Al-Harawy mengaku telah mendengar hadits dari
Hisyam bin Ammar. Ketika Al-Khatib Ibnu Hibban bertanya kepada Al-Makmun
"Kapan engkau masuk Syam (Negeri tempat tinggal Hisyam)?" Ia menjawab,
"Tahun 250 H". Ibnu Hibban berkata, "Hisyam yang kamu riwayatkan tadi wafat
tahun 245 H". Al-Makmun menjawab untuk berkelit, "Ini Hisyam bin Amar
lainya."
c.. Tanda-tanda pada si perawi Hadits
Seperti seorang syiah rafidhah meriwayatkan hadits tentang
keutamaan-keutamaan shahabat Ali bin Abi Thalib dan Ahlul bait; atau
seseorang yang bertaqlid kepada mahzab tertentu kemudian membuat hadits
palsu untuk merendahkan mahzab-mahzab lainya. Seperti kisah Al-Makmun bin
Ahmad Al-Harawy. Ketika disampaikan kepadanya tentang Imam Syafi'i yang
banyak pengikut di Khurasan. Begitu ia mendengar itu ia langsung menyusun
sanad sendiri, lalu membuat hadits palsu berbunyi: "Akan datang nanti di
antara umatku seorang yang bernama Muhammad bin Idris (yaitu Syafi'i), dia
lebih berbahaya bagi umatku daripada Iblis. Akan datang nanti di antara
umatku seorang yang bernama Abu Hanifah, dia adalah pelita bagi umatku."
d.. Tanda-tanda yang terdapat pada riwayatnya
Seperti lafal hadits yang rancu; mengandung makna yang rusak, keji dan
jelek; atau bertentangan dengan dalil-dalil Al Qur'an, Sunnah dan Ijma':
atau tidak bisa diterima oleh akal yang sehat (akal yang tidak menyimpang
dari sunnah), dan kenyataan yang ada; atau melampaui batas dalam menentapkan
ancaman Allah terhadap perkara kecil, dan melampaui batas dalam menetapkan
janji Allah terhadap perkara yang sepele.
Seperti: Abdurrahman bin Zaid bin Aslam meriwayatkan hadits "Sesungguhnya
perahu Nabi Nuh tawaf di Ka'bah tujuh kali, kemudian shalat di maqam
Ibrahim."
Dorongan para pemalsu hadits
1.. Untuk mendekatkan diri kepada Allah
Mereka memalsu hadits dengan tujuan menyemangati manusia untuk berbuat
baik, atau memperingatkan mereka agar tidak berbuat kemung-karan. Mereka
kebanyakan adalah kaum yang mendakwakan dirinya orang-orang zuhud ataupun
orang-orang sufy. Karena perbuatan mereka itulah banyak tersebar bid'ah dan
khurafat dalam Islam. Mereka menganggap baik perbuatan itu. Padahal, mereka
telah menipu dan menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Mereka itu adalah
sejelek-jelek pemalsu hadits. Contohnya adalah Maisarah bin Abdi Rabbihi,
ketika ia ditanya oleh Ibnu Mahdy, "Dari mana kamu dapatkan hadits
"Barang-siapa yang membaca ini maka akan begini?" Ia menjawab. "Aku
memalsu-kannya untuk menyemangati manusia."
Diantara meraka adalah suatu kelompok ahlul bid'ah yagn disebut
Karramiyah, mereka membolehkan membuat hadits palsu hanya untuk tujuan
menyemangati manusia berbuat baik, atau memperingatkan mereka agar tidak
berbuat kemungkaran.
Bahkan sebagian dari kaum Karamiyyah ada yang berkata: "Kami tidak
berdusta atas nama Rasulullah, tapi kami berdusta untuk kepentingan
Rasulullah". Ini pada hakikatnya adalah perkataan orang-orang dungu. Apakah
mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa agama Islam ini telah disempurnakan,
tidak membutuhkan tambahan dan pengurangan. Dan Rasullah tidak butuh
penetapan syariat yang bersandar pada kedustaan.
b.. Membela mahzab atau kelompoknya
Terlebih lagi mazhab kelompok yang condong pada masalah politik setelah
meletus fitnah ditengah-tengah ummat dan bermunculan kelompok-kelompok yang
dilatarbelakangi kepentingan politik seperti syiah atau khawarij. Mereka
adalah kelompok yang hanya bersandarkan atas hawa nafsu dan pemikiran
semata, tidak memiliki pijakan atas Sunnah. Maka masing-masing membuat
hadits palsu dengan tujuan untuk memperkokoh mazhab mereka. Seprti hadits
"Ali adalah sebaik-baik manusia, barang siapa ragu maka ia talah kafir"
c.. Mencela Islam
Mereka adalah kaum zindiq, yang menampakkan keislaman namun mereka pada
hakikatnya adalah kafir. Mereka tidak mampu untuk menghan-curkan Islam
secara terang-terangan, maka mereka masuk melalui cara ini. Dengan
membuat-buat hadits yang berisi celaan dan kejelekan tantang Islam, kemudian
memasukkan keraguan kaum muslimin terhadap Agama Islam. Contohnya adalah
Muhammad bin Sa'id Asy-Syamy yang meriwayatkan hadits "Aku adalah penghujung
para Nabi, tiada lagi nabi sesudahku keculai kalau Allah menghendaki." Ia
telah menambah kalimat "kecuali kalau Allah menghen-daki" ke dalam hadits
yang sahih. Ia termasuk golongan para zindiq yang kemudian dibunuh dan
disalib.
d.. Mencari perhatian penguasa
Banyak dilakukan oleh ulama-ulama su' (jelek perangainya), mereka ingin
mendekatkan diri kepada penguasa dengan cara membuat-buat hadits yang
disesuaikan dengan keadaan para penguasa walaupun dalam penyimpangan yang
dilakukan oleh penguasa tersebut. Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim
An-Nakha'i Al-Kufy dengan Amirul mukmin Al-Mahdy. Ketika ia bertemu dengan
Al-Mahdy yang sedang bermain burung, ia membawakan sebuah hadits "Tiada
permainan yang bermanfaat kecuali dalam berpedang, lari dan pacuan kuda" Ini
adalah hadits shahih, tapi ia menambahkan setelahnya dengan kalimat "dan
bermain burung" karena ingin mendapatkan perhatian dari Al-Mahdy. Tapi
kemudian Al Mahdy mengetahui kedustaannya dan menyuruh untuk menyembelih
burung tersebut.
e.. Mencari penghasilan
Seperti perbuatan tukang cerita yang mencari uang dengan cara menyempaikan
hadits kepada manusia. Mereka terkadang membuat cerita-cerita yang aneh dan
menakjubkan yang bisa membuat orang tercengang dan tertarik untuk
mendengarkannya kemudian mereka mendapatkan uang dari orang yang
mendengarkan cerita itu.
f.. Ingin Terkenal
Dengan cara membawakan hadits yang terdengar asing/aneh dan tidak pernah
didapatkan dari seorang ulama haditspun. Baik dengan cara membolak-balik
sanad sehingga menjadi asing dan orang-orang ingin mendegarkannya.
Alhamdulillah, begitu besar Rahmat Allah kepada hamba-Nya Allah memunculkan
di muka Bumi ini para ulama pewaris Nabi yang berjuang dengan lisan, tangan,
dan pena. Mereka menghapuskan penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang
yang sesat, penafsiran orang-orang yang bodoh, dan penyelewengan orang yang
extrim.
Merekalah para ahlul hadits yang rela menghabiskan waktu untuk mencari
hadits dan mengoreksi kesahihannya. Mereka tidak segan-segan untuk melakukan
perjalanan yang panjang walaupun hanya untuk mendapatkan satu hadits. Kepada
merekalah kita bertanya, kitab-kitab merekalah yang harus kita pelajari
karena mereka memang ahli dalam ilmu hadits. Agar kita memiliki ilmu sebelum
mengungkapkan sebuah hadits sehingga tidak terjerumus kedalam ancaman bagi
orang-orang yang berdusta atas nama Rasulullah. Karena tidak kita pungkiri
lagi bahwa sudah banyak tersebar hadits palsu di mata masyara-kat kita,
contoh yang paling populer adalah: "Perselisihan umatku adalah rahmat"
Maraji':
1. Ba'itsul Hatsits, Syarh Ahmad Muhammad Syakir.
2 Taisirul Mushthalah, Dr. Mahmud Ath-Thahhan.
Rasulullah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam telah mengisyaratkan bahwa akan ada
nanti orang-orang yang membuat hadits palsu dengan sabdanya:
"Akan datang di akhir zaman nanti para dajjal dan pendusta, mereka
mendatangimu dengan hadits-hadits yang belum pernah kamu dengar juga belum
pernah di dengar oleh bapak-bapak kamu, maka berhati-hatilah kamu dari
mereka, jangan sampai mereka menyesatkan kamu dan menimbulkan fitnah
terhadapmu." (HR Muslim)
Derajatnya dalam ilmu Mushthalah Hadits adalah termasuk kedalam bagian dari
hadits dhaif bahkan pada derajat yang paling rendah.
Hukum meriwayatkannya : Para ulama bersepakat bahwa tidak halal bagi
seseorang untuk meriwayatkan suatu hadits dalam makna apapun yang telah
diketahui kepalsuannya kecuali disertai dengan penjelasan tentang
kedustaannya dengan tujuan untuk memperingatkan orang-orang awam yang tidak
mengetahui agar tidak tertipu dengan hadits tersebut. Karena Rasulullah
Shallallahu alaihi wasalam bersabda:
"Barangsiapa menyampaikan suatu perkataan dariku yang telah diketahui bahwa
itu adalah kedustaan yang dibuat-buat, maka ia termasuk salah seorang
pendusta." (HR. Muslim)
Cara-cara yang digunakan oleh pembuat hadits palsu:
1.. Dengan membuat kalimat sendiri, kemudian disusun sebuah sanad (mata
rantai perawi hadits) lalu diriwayatkan kepada orang lain.
2.. Atau dengan mengambil kata-kata ahli hikmah atau nasehat, kemudian
dibuat rantai sanadnya.
Cara mengetahui hadits maudu':
1.. Pengakuan dari si pemalsu itu sendiri, Seperti:
* Pengakuan Abi Ishmah Nuh bin Abi Maryam bahwa ia telah memalsu hadits
tentang fadhail Al Qur'an surat demi surat.
* Abdul Karim bin Abil-'Auja'. Dia dibunuh oleh Muhammad bin Sulaiman
Al-Abbasy, seorang Amir di negeri Basrah. Sebelum dibunuh ia berkata: "Aku
telah membuat empat ratus ribu hadits palsu, aku halalkan yang haram dan aku
haramkan yang halal."
b.. Senada dengan pengakuannya
Seperti seseorang yang meriwayatkan suatu hadits dari seorang syaikh,
namun ketika ia ditanya tahun kelahirannya, ternyata ia lahir setelah
wafatnya syaikh tersebut, dan tidak pernah didengar hadits itu kecuali dari
dirinya. Ini sudah menunjukkan pengakuan kedustaannya.
Contoh: Al-Makmun bin Ahmad Al-Harawy mengaku telah mendengar hadits dari
Hisyam bin Ammar. Ketika Al-Khatib Ibnu Hibban bertanya kepada Al-Makmun
"Kapan engkau masuk Syam (Negeri tempat tinggal Hisyam)?" Ia menjawab,
"Tahun 250 H". Ibnu Hibban berkata, "Hisyam yang kamu riwayatkan tadi wafat
tahun 245 H". Al-Makmun menjawab untuk berkelit, "Ini Hisyam bin Amar
lainya."
c.. Tanda-tanda pada si perawi Hadits
Seperti seorang syiah rafidhah meriwayatkan hadits tentang
keutamaan-keutamaan shahabat Ali bin Abi Thalib dan Ahlul bait; atau
seseorang yang bertaqlid kepada mahzab tertentu kemudian membuat hadits
palsu untuk merendahkan mahzab-mahzab lainya. Seperti kisah Al-Makmun bin
Ahmad Al-Harawy. Ketika disampaikan kepadanya tentang Imam Syafi'i yang
banyak pengikut di Khurasan. Begitu ia mendengar itu ia langsung menyusun
sanad sendiri, lalu membuat hadits palsu berbunyi: "Akan datang nanti di
antara umatku seorang yang bernama Muhammad bin Idris (yaitu Syafi'i), dia
lebih berbahaya bagi umatku daripada Iblis. Akan datang nanti di antara
umatku seorang yang bernama Abu Hanifah, dia adalah pelita bagi umatku."
d.. Tanda-tanda yang terdapat pada riwayatnya
Seperti lafal hadits yang rancu; mengandung makna yang rusak, keji dan
jelek; atau bertentangan dengan dalil-dalil Al Qur'an, Sunnah dan Ijma':
atau tidak bisa diterima oleh akal yang sehat (akal yang tidak menyimpang
dari sunnah), dan kenyataan yang ada; atau melampaui batas dalam menentapkan
ancaman Allah terhadap perkara kecil, dan melampaui batas dalam menetapkan
janji Allah terhadap perkara yang sepele.
Seperti: Abdurrahman bin Zaid bin Aslam meriwayatkan hadits "Sesungguhnya
perahu Nabi Nuh tawaf di Ka'bah tujuh kali, kemudian shalat di maqam
Ibrahim."
Dorongan para pemalsu hadits
1.. Untuk mendekatkan diri kepada Allah
Mereka memalsu hadits dengan tujuan menyemangati manusia untuk berbuat
baik, atau memperingatkan mereka agar tidak berbuat kemung-karan. Mereka
kebanyakan adalah kaum yang mendakwakan dirinya orang-orang zuhud ataupun
orang-orang sufy. Karena perbuatan mereka itulah banyak tersebar bid'ah dan
khurafat dalam Islam. Mereka menganggap baik perbuatan itu. Padahal, mereka
telah menipu dan menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Mereka itu adalah
sejelek-jelek pemalsu hadits. Contohnya adalah Maisarah bin Abdi Rabbihi,
ketika ia ditanya oleh Ibnu Mahdy, "Dari mana kamu dapatkan hadits
"Barang-siapa yang membaca ini maka akan begini?" Ia menjawab. "Aku
memalsu-kannya untuk menyemangati manusia."
Diantara meraka adalah suatu kelompok ahlul bid'ah yagn disebut
Karramiyah, mereka membolehkan membuat hadits palsu hanya untuk tujuan
menyemangati manusia berbuat baik, atau memperingatkan mereka agar tidak
berbuat kemungkaran.
Bahkan sebagian dari kaum Karamiyyah ada yang berkata: "Kami tidak
berdusta atas nama Rasulullah, tapi kami berdusta untuk kepentingan
Rasulullah". Ini pada hakikatnya adalah perkataan orang-orang dungu. Apakah
mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa agama Islam ini telah disempurnakan,
tidak membutuhkan tambahan dan pengurangan. Dan Rasullah tidak butuh
penetapan syariat yang bersandar pada kedustaan.
b.. Membela mahzab atau kelompoknya
Terlebih lagi mazhab kelompok yang condong pada masalah politik setelah
meletus fitnah ditengah-tengah ummat dan bermunculan kelompok-kelompok yang
dilatarbelakangi kepentingan politik seperti syiah atau khawarij. Mereka
adalah kelompok yang hanya bersandarkan atas hawa nafsu dan pemikiran
semata, tidak memiliki pijakan atas Sunnah. Maka masing-masing membuat
hadits palsu dengan tujuan untuk memperkokoh mazhab mereka. Seprti hadits
"Ali adalah sebaik-baik manusia, barang siapa ragu maka ia talah kafir"
c.. Mencela Islam
Mereka adalah kaum zindiq, yang menampakkan keislaman namun mereka pada
hakikatnya adalah kafir. Mereka tidak mampu untuk menghan-curkan Islam
secara terang-terangan, maka mereka masuk melalui cara ini. Dengan
membuat-buat hadits yang berisi celaan dan kejelekan tantang Islam, kemudian
memasukkan keraguan kaum muslimin terhadap Agama Islam. Contohnya adalah
Muhammad bin Sa'id Asy-Syamy yang meriwayatkan hadits "Aku adalah penghujung
para Nabi, tiada lagi nabi sesudahku keculai kalau Allah menghendaki." Ia
telah menambah kalimat "kecuali kalau Allah menghen-daki" ke dalam hadits
yang sahih. Ia termasuk golongan para zindiq yang kemudian dibunuh dan
disalib.
d.. Mencari perhatian penguasa
Banyak dilakukan oleh ulama-ulama su' (jelek perangainya), mereka ingin
mendekatkan diri kepada penguasa dengan cara membuat-buat hadits yang
disesuaikan dengan keadaan para penguasa walaupun dalam penyimpangan yang
dilakukan oleh penguasa tersebut. Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim
An-Nakha'i Al-Kufy dengan Amirul mukmin Al-Mahdy. Ketika ia bertemu dengan
Al-Mahdy yang sedang bermain burung, ia membawakan sebuah hadits "Tiada
permainan yang bermanfaat kecuali dalam berpedang, lari dan pacuan kuda" Ini
adalah hadits shahih, tapi ia menambahkan setelahnya dengan kalimat "dan
bermain burung" karena ingin mendapatkan perhatian dari Al-Mahdy. Tapi
kemudian Al Mahdy mengetahui kedustaannya dan menyuruh untuk menyembelih
burung tersebut.
e.. Mencari penghasilan
Seperti perbuatan tukang cerita yang mencari uang dengan cara menyempaikan
hadits kepada manusia. Mereka terkadang membuat cerita-cerita yang aneh dan
menakjubkan yang bisa membuat orang tercengang dan tertarik untuk
mendengarkannya kemudian mereka mendapatkan uang dari orang yang
mendengarkan cerita itu.
f.. Ingin Terkenal
Dengan cara membawakan hadits yang terdengar asing/aneh dan tidak pernah
didapatkan dari seorang ulama haditspun. Baik dengan cara membolak-balik
sanad sehingga menjadi asing dan orang-orang ingin mendegarkannya.
Alhamdulillah, begitu besar Rahmat Allah kepada hamba-Nya Allah memunculkan
di muka Bumi ini para ulama pewaris Nabi yang berjuang dengan lisan, tangan,
dan pena. Mereka menghapuskan penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang
yang sesat, penafsiran orang-orang yang bodoh, dan penyelewengan orang yang
extrim.
Merekalah para ahlul hadits yang rela menghabiskan waktu untuk mencari
hadits dan mengoreksi kesahihannya. Mereka tidak segan-segan untuk melakukan
perjalanan yang panjang walaupun hanya untuk mendapatkan satu hadits. Kepada
merekalah kita bertanya, kitab-kitab merekalah yang harus kita pelajari
karena mereka memang ahli dalam ilmu hadits. Agar kita memiliki ilmu sebelum
mengungkapkan sebuah hadits sehingga tidak terjerumus kedalam ancaman bagi
orang-orang yang berdusta atas nama Rasulullah. Karena tidak kita pungkiri
lagi bahwa sudah banyak tersebar hadits palsu di mata masyara-kat kita,
contoh yang paling populer adalah: "Perselisihan umatku adalah rahmat"
Maraji':
1. Ba'itsul Hatsits, Syarh Ahmad Muhammad Syakir.
2 Taisirul Mushthalah, Dr. Mahmud Ath-Thahhan.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: muncculnya hadits palsu
en apa kira" lu pikir niat pemalsu hadits?
en benefit from bikin palsu hadits?
en adakah pabriknya?
en benefit from bikin palsu hadits?
en adakah pabriknya?
Otak Trailer- SERSAN MAYOR
-
Posts : 542
Location : kolong tanah
Join date : 11.02.12
Reputation : 4
Similar topics
» hukum meriwayatkan hadits palsu
» Kumpulan Hadits Dhaif dan Palsu
» mungkinkah hadits melecehkan hadits?
» nabi2 palsu
» HADIST LEMAH DAN PALSU
» Kumpulan Hadits Dhaif dan Palsu
» mungkinkah hadits melecehkan hadits?
» nabi2 palsu
» HADIST LEMAH DAN PALSU
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik