Asal Kata Allah,arti dan makna
Halaman 1 dari 1 • Share
Asal Kata Allah,arti dan makna
NAMA SUCI TUHAN YANG MAHA KUASA MEMANG ‘ALLAH’ DALAM BIBLE
Beberapa tulisan disini terbagi atas beberapa bagian:
1. PB (perjanjian baru) sendiri tidak pernah menyebut Tuhan dengan ‘Yahweh’ dalam semua bahasa.
2. Nama asli tuhan dalam bible adalah ‘Allah’, bukan ‘Yahweh’! Lihat bukti bukti dari sumber yahudi dan kristen. saya juga membuktikan bahwa Yahweh bahkan bukan sebutan pertama untuk Tuhan yang maha kuasa dalam alkitab.
3. Sumber Ibrani kitab Kejadian (ge Bereshit) 1:1 menggunakan kata ‘Allah’
4. ‘Tuhan’ dalam bahasa arab dan bahasa aram terdengar sama, yaitu ‘Allah’
5. Nama Tuhan yang maha kuasa ‘Allah’ atau ‘Yahweh’?
6. Kata ‘Allah’ sebagai nama Tuhan dalam kitab ezra dalam bible aramaic
7. “Tuhan, siapakah namanya?” artikel tulisan Ahmad Deedat
8. Yahudi dan Nasrani menggunakan kata ‘Allah’ sebelum islam. Lihat fakta historis dan fakta arkeologis dan penemuan paling mutakhir di timur tengah.
9. Teolog kristen arab percaya ‘Allah’ adalah Tuhan yang maha kuasa
Klaim palsu dari beberapa missionaris modern yang penuh kebencian
“tuhan mereka adalah dewa bulan”
“allah mereka adalah tuhan palsu”
“yahweh adalah tuhan asli”
Menurut orang-orang “Kristen Radikal” informasi dari Robert morrey sangatlah bermanfaat untuk menyerang “ketuhanan islam”,seperti mendapatkan sebuah amunisi.
tetapi orang-orang yang begitu bersemangat untuk memberikan tuduhan seperti itu tidak berfikir panjang,bahwa faktanya didalam Al kitab banyak sekali menggunakan “istilah Allah”
maka ada sebagian orang-orang Kristen yang meyakini bahwa nama Allah sebagai nama “dewa bulan” , dan melihat realita didalam al kitab menggunakan istilah Allah maka mereka melakukan perubahan / penggantian nama Allah diganti dengan nama YHWH.
Banyak pertanyaan diajukan mengenai ‘Apakah Allah Islam sama dengan Allah Kristen?’ dan argumentasi yang banyak dikemukakan adalah bahwa ‘Allah Islam tidak sama dengan Allah Kristen’ alasannya ‘Karena ajaran keduanya berbeda!’. Pandangan ini tercermin dalam buku Dr. Robert Morey yang beredar bahkan dianut belakangan ini di kalangan tertentu di Indonesia:
“Islam claims that Allah is the same God who was revealed in the Bible. This logically implies in the positive sense that the concept of God set forth in the Quran will correspond in all points to the concept of God found in the Bible. This also implies in the negative sense that if the Bible and the Quran have differing views of God, then Islam’s claim is false.” (Islamic Invasion, Harvest House Publishers, 1992, h.57).
Definisi Morley ini memiliki kelemahan dasar berfikir yang fatal yang menganggap masalah-masalah teologi (ilmu sosial) bersifat eksakta dan mencampur adukkan pengertian soal ‘identitas’ dan ‘opini’ (meta basis). Dari dasar berfikir atau asumsi ini, maka dihasilkan kesimpulan bahwa (1) Bila Allah Islam adalah Tuhan Kristen, maka secara positif konsep keduanya mengenai Tuhan harusnya sama dalam setiap butirnya, sebaliknya secara negatif disebut bahwa (2) Bila Al-Quran dan Alkitab memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhan, maka klaim Islam adalah salah.
Dan masih banyak lagi …dan diantara kekonyolan yang sering muncul di perdebatan adalah tanpa memandang bagaimana bahasa modern menyebut Tuhan yang maha kuasa, gelar satu-satunya yang sah untuk Tuhan Yang maha kuasa dan setiap dan semua bahasa adalah Yahweh. Orang orang, tanpa memandang latar belakang etnis dan bahasa mereka, harus selalu mengarahkan Tuhan yang maha kuasa sebagai “yahweh” meskipun kata ini sendiri adalah kata ibrani yang artinya “The Lord” atau “the Eternal”
Masalah dengan kebohongan palsu ini dan buatan penipu-penipu kristen ini adalah bahwa perjanjian Baru mereka sendiri menyangkalnya! ‘Allah’ dalam bahasa arab berarti ‘sang Tuhan’ (al-ilah, pent). Ada penemuan arkeologis dari yahudi dan kristen arab awal (berabad sebelum islam) menggunakan “Allah’ sebagai ‘Nama’ suci Tuhan yang maha kuasa. Bahkan alkitab bahasa arab merefer Tuhan yang maha kuasa sebagai “Allah’ (yohanes 1:1 dan tak terhitung ayat lainnya). Jadi, penipu-penipu ini bukan hanya berkontradiksi dengan sejarah dan alkitab bahasa arab mereka, tapi juga menyangkal kitab suci mereka ketika menggunakan perjanjian baru mereka sendiri untuk melawan mereka, karena jika kata ibrani “Yahweh” adalah gelar tetap untuk Tuhan yang Maha kuasa dalam setiap dan semua bahasa, lalu mengapa Yesus dan murid-muridnya dalam keseluruhan PB tidak pernah memanggil Tuhan yang maha kuasa dengan ‘Yahweh’?
perlu kita lihat dari Kitab Suci Islam (Al-Quran) maupun Kristen (Al-Kitab), dan juga sejarah bangsa dan bahasa Semit.
EL SEMIT
Faktanya, bila kita membandingkan agama Yahudi (Alkitab Perjanjian Lama), Kristen (Alkitab Perjanjian Lama dan Baru), dan Islam (Al-Quran), kita dapat melihat bahwa ada butir-butir yang sama, namun banyak butir-butir lainnya yang tidak sama (jadi bukan semua sama atau semua tidak sama).
Bila kita melihat Alkitab PL, kita dapat mengetahui bahwa nama Tuhan ‘El/Elohim’ adalah pencipta langit dan bumi, manusia dan segala isinya. Dan ia juga Tuhan yang menyatakan dirinya kepada Adam, Nuh, Abraham, Ishak, dan Yakub. Agama Yahudi, Kristen dan Islam mempercayai itu semua, namun mereka berbeda dalam kepercayaan akan wahyu mana yang dari El yang sama itu yang dipercayai. Agama Yahudi mempercayai wahyu yang dibukukan menjadi Alkitab Perjanjian Lama, namun sekalipun agama Kristen menerima hal ini, agama Kristen juga mengakui penggenapan dalam Tuhan Yesus Kristus yang wahyunya dibukukan dalam Perjanjian Baru padahal Yahudi menolak.
“Katakanlah: Kami telah beriman kepada Allah dan (kitab) yang diturunkan kepada kami dan apa-apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Y’qub dan anak-anaknya, (begitu juga kepada kitab) yang diturunkan kepada Musa dan ‘Isa, dan apa-apa yang diturunkan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka, tiadalah kami perbedakan seorang juga di antara mereka itu dan kami patuh kepada Allah” (Al-Quran, Al-Baqarah, 2:136, Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim).
Agama Islam, sekalipun menerima kitab yang diterima Ibrahim, Ishak, Yakub dan Isa, namun lebih menerima kitab wahyu yang diterima Muhammad dari jalur Ismael, dan menerima kitab-kitab Ibrahim, Ishak, Yakub dan Isa sejauh diterima oleh Muhammad yang dipercayai sebagai nabi, dan sekalipun menerima kitab-kitab Yahudi dan Kristen, namun karena dianggap telah dipalsukan, maka kepercayaan kepada berita Al-Kitab terbatas hanya bila hal itu dikuatkan dalam Al-Quran.
Jadi, dari terang Alkitab (PL+PB) dan Al-Quran jelas terlihat bahwa sebagai oknum dengan namanya, Allah Islam adalah Tuhan Yahudi dan Kristen. Namun karena wahyu yang dipercayai berbeda, dengan sendirinya banyak pengajaran (aqidah)nya yang berbeda.
menurut mereka Allah sebenarnya adalah nama “dewa air.” Yang menjadi dasar mereka adalah buku-buku sumber yang mereka kutip sepenggal-sepenggal dan lepas dari konteks. Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:
Birkatekem le-Yahweh syomron we le ‘asyeratah
Yakni – Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)
Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.
Nah, di sinilah terbukti ketidakadilan kaum penentang “Allah” dengan amat jelas! Mengapa? Sebab umat Islam tentu saja boleh bertanya balik, “Apakah Allah sebagai dewa air itu ada dalam Alquran?” Lalu, umat Islam pun mengajak kita untuk berargumentasi dan berdebat tanpa bukti sejarah. Cukup dengan ayat-ayat Al-Quran saja. Kalau begitu, jelas tidak ada sepotong ayat pun dalam Alquran yang menyebut Allah sebagai dewa air. Menurut Alquran, Allah adalah Pencipta langit dan bumi (Q.surah al-Jatsiyah 45:22, “Wa khadaq Allah as-samawati wa al-ardh”).
Begitu juga, siapakah Allah itu bagi umat Kristen Arab? “Allah” – demikian menurut Buthros ‘Abd al-Malik, dalam Qamus al-kitab al-Muqaddas – adalah “nama dari Ilah (sembahan) yang menciptakan segala yang ada” (hadza al-llah khalaq al-jami’ al-kainat). (3)
Begitu juga, setiap umat Arab Kristen sebelum atau sesudah Islam mengawali mengucapkan Qanun al-Iman (syahadat Kristian) yang diawali dengan kalimat:
“Nu’minu bi-ilahun wahidun, Allah al-Ab al-dhabital kull, khalaqa as-sama’I wa al-ardh, kulla ma yura wa maa layuura”
yang bermaksud :Kami percaya kepada satu-satunya sembahan/ilah, yaitu Allah Bapa, yang berkuasa atas segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Yesus dalam PB menyebut Tuhan yang mah kuasa sebagai “Eloh”, yang mana merupakan kata aram untuk Tuhan, dan merupakan kata yang ‘bersaudara’ dengan kata arab “Allah”.
1- Mark 10:18 "Why do you call me good?" Jesus answered. "No one is good—except God (Eloh) alone.
Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.
2- Matthew 4:10 Jesus said to him, "Away from me, Satan! For it is written: 'Worship the Lord your God (Eloh), and serve him only.' "
Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Tidak hanya itu, bahkan PB mencatat perkataan yesus “Eli, eli lemma sabachtani”. ‘Eli’ merupakan turunan kata dari Eloh.
Jadi, misionaris ini bukan saja pendusta dan penuh kebencian terhadap muslim karena menyebut Allah swt, yang merupakan ‘Tuhan’ yang sama dalam alkitab arab modern, sebagai dewa bulan, tapi mereka juga bodoh karena sangat menggelikan PB mereka sendiri menyangkal mereka.
Tapi 'Allah' terdengar beda dengan 'Yahweh'?
Suatu hal bahwa kesalahan yahudi dan kristen yang berbicara dalam bahasa non-ibrani adalah tentang nama Tuhan yang maha kuasa dalam alkitab. “yahweh” dalam ibrani berarti “the Lord” atau “the God”. Ini bukan nama. Mari kita lihat pada kutipan berikut dari sumber yahudi dan kristen:
"Judaism teaches that while God's name exists in written form, it is too holy to be pronounced. The result has been that, over the last 2000 years, the correct pronunciation has been lost." (Mankind's Search for GOD, p. 225).
Disini, kita bisa melihat dengan jelas bahwa pelafalan nama asli tuhan telah hilang dan yahudi tidak punya gagasan pelafalan apa yang tepat dari kitab suci dan sumber mereka.
"About 3,500 years ago, God spoke to Moses, saying: 'Thus shall you speak to the Israelites: The LORD [Hebrew: YHWH], the God of your fathers, the God of Abraham, the God of Isaac, and the God of Jacob, has sent me to you: This shall be My name forever, this My appellation for all eternity.' (Exodus 3:15; Psalm 135:13)" (Mankind's Search for GOD, p.225).
"....the four Hebrew consonants YHWH (Yahweh) that in their Latinized form have come to be known over the centuries in English as JEHOVAH." (Mankind's Search for GOD, p.225).
Jadi, kata ‘YHWH’ atau ‘Yahweh’ atau ‘Yehovah’ bukan nama ASLI, tapi gelar/sebutan untuk Tuhan yang maha kuasa. Sangat baik, karena yahudi, kristen, dan muslim menyebut Tuhan yang maha kuasa dengan ‘the LORD’ atau ‘the GOD’ , yang artinya ‘Yahweh’ atau ‘Yehovah’ dalam bahasa Ibrani dan ‘Ar-Rabb’ dalam bahasa arab. ‘Ar-Rabb’ dalam bahasa arab dan ‘yahweh’ dalam bahasa ibrani dan terjemahan yang lain dalam bahasa bahasa lain adalah memang gelar Tuhan yang maha kuasa. Tapi, BUKAN nama asli-Nya!
Mari kita lihat bagaimana kitab Keluaran 3:15 dan Mazmur 135:13 dari NIV berkata,
"God also said to Moses, "Say to the Israelites, `The LORD [Perhatikan bahwa mereka tidak menulis Yehovah. “the LORD” hanya dalam sebuah gelar], the God of your fathers--the God of Abraham, the God of Isaac and the God of Jacob--has sent me to you.' This is my name forever, the name by which I am to be remembered from generation to generation. (From the NIV Bible, Exodus 3:15)"
"Your name, O LORD, endures forever, your renown, O LORD, through all generations. (From the NIV Bible, Psalm 135:13)"
Sebagaimana kita dengan jelas melihat dari ayat ayat diatas dari NIV Bible, nama asli untuk Tuhan bukan ‘Yahweh’. Gelar ‘the LORD’ hanya sebuah gelar dan nama panggilan (jika mau) kepada Tuhan yang maha kuasa. Tapi “Yahweh’ pastinya BUKAN NAMA ASLI Tuhan yang maha kuasa.
‘Allah’ di satu pihak adalah sebuah nama. Nama Tuhan yang maha kuasa. Di bawah ini, anda akan melihat bukti bukti yang luas dari bahasa aram bahwa nama tuhan yang maha kuasa adalah ‘Allah’.
Bagaimana bisa sebuah gelar yang diawali ‘the’ menjadi sebuah nama?
Disamping bukti bukti yang jelas di atas tentang ‘Yahweh’ atau ‘Yehovah’ hanya sebuah gelar atau ‘appelation’ (Exodus 3:15) untuk Tuhan, saya akan mengangkat pertanyaan sederhana: "Bagaimana bisa sebuah gelar yang diawali ‘the’ menjadi sebuah nama?"
Jika saya memanggilmu ‘the man’ sebagai panggilan populer untuk seseorang di Amrik, apakah benar benar menjadikan namamu ‘the man’?
Seorang kristen baru baru saja mengatakan padsaya bahwa dalam bahasa Ibrani ‘Yahweh’ tidak hanya berarti ‘the LORD’ atau ‘the GOD’, tapi juga berarti ‘the Eternal’ (menurut the New Dictionary of the Bible). Sangat cocok. ‘The Eternal’, ‘Yahweh’ berarti Ash Shamad dalam Quran (Al Ikhlash:2).
Betapa sulitnya memahami bahwa sebuah gelar diawali ‘the’ tidak akan pernah bisa menjadi sebuah nama! Apalagi nama asli!
‘Yahweh’ bahkan bukan sebutan pertama bagi Tuhan dalam alkitab!
Beberapa kristen masih tetap bersikukuh bahwa nama asli Tuhan adalah Yahweh. Mereka mengandalkan Keluaran 3:15 untuk membuktikan omong kosong ini. Saya telah membuktikan dengan jelas bahwa ‘Yahweh’ dalam keluaran 3:15 hanyalah sebuah gelar (appelation) bukan sebuah nama dan ini berarti ‘the LORD’, ‘the GOD’ dan ‘the Eternal’ (menurut New Dictionary of the Bible).
Sekarang, asumsikan saja sejenak bahwa ‘Yahweh’ adalah sebuah nama, yang mana benar benar konyol ketika terjemahan bahasa inggrisnya memulai dengan ‘the’. Masih belum dapat membuktikan bahwa nama asli tuhan adalah Yahweh. Berapa tahun jarak antara Adam dan Musa? Bisa jadi ribuan tahun, jika tidak jutaan tahun!
Jadi menurut logika kristen, Tuhan yang maha kuasa tidak bernama dari adam hingga zaman musa, menurut dugaan akhirnya baru menemukan diriNya sendiri dan IdentitasNya. Benarkah demikian? Tentu saja salah!! Itu semua sebuah kumpulan omong kosong!
Nama suci Tuhan yang maha kuasa jelas ‘Allah’ atau ‘Eloh’ Seperti yang saya katakan diatas, yesus a.s. meneriakkan nama Tuhan dan berkata ‘Eli’ yang diturunkan dari kata ‘Eloh’. Dia sam sekali tidak berkata ‘Yahwehi’!
Oleh karena itu, kristen siapapun yang memutuskan untuk bertingkah keras kepala dan menolak fakta yang terang bahwa Nama suci Tuhan yang maha kuasa adalah Allah, karena takut akan membuktikan kebenaran agama islam, adalah berdosa kepada Tuhan yang maha kuasa!!
Mengapa yesus memilih untuk mengatakan kata aram ‘Eli’ kepada masyarakat yang berbahasa ibrani?
Mengapa yesus mengorbankan bahasa ibrani dan mengatakan bahasa aram ‘Eli’ meskipun orang orang disekitarnya adalah yahudi dan berbahasa ibrani? Karena yesus a.s. tahu bahwa Nama Tuhan yang maha kuasa adalah Allah dan Eli (Allah-ku) diturunkan dari kata tersebut. Kata Ibrani ‘Yahweh’ (‘the LORD’, ‘the Eternal’) dibuat hanya untuk yahudi saja. Seperti yang telah ditunjukkan dalam bagian awal artikel ini, yahudi karena ketidakmampuan mereka untuk melafalkan nama Tuhan yang maha kuasa dengan baik diperintahkan oleh Tuhan untuk memanggilnya sebagai ‘the LORD’ (Yahweh).
"Judaism teaches that while God's name exists in written form, it is too holy to be pronounced. The result has been that, over the last 2000 years, the correct pronunciation has been lost." (Mankind's Search for GOD, p. 225)
Disini kita dengan jelas melihat bahwa pelafalan nama asli Tuhan telah hilang dan yahudi tidak memiliki gagasan pelafalan apa yang tepat merujuk pada kitab suci dan sumber mereka.
Namun, alasan mengapa Yesus menyebut Tuhan dalam bahasa Aram, meskipun faktanya orang orang berbahasa ibrani dan hukum yahudi ditulis dalam bahasa Ibrani adalah karena Yesus ingin menyebut Tuhan yang maha kuasa dalam bentuk yang paling tinggi dan sempurna.
Mengalamatkan Tuhan sebagai ‘the LORD’ atau ‘Yahweh’ hanya akan sesuai untuk orang orang yang berbahasa Ibrani, bukan untuk Gentiles dan seluruh masyarakat non-yahudi dan generasi setelahnya.
Apakah muslim menyembah dewa bulan? Menyangkal mitos dengan bukti etimologi
Mohd Elfie Nieshaem Juferi
Kristen yang mencoba mengklaim bahwa Allah () adalah nama dari ‘dewa bulan’, dipengaruhi oleh tulisan Robert Morey, yang menulis dalm bukunya The Islamic Invasion. Bagaimanapun juga, mereka (dan juga termasuk Morey) sedang memainkan permainan bodoh. Tulisan tulisan Morey tidak lebih dari sekedar pemikiran kreasionis fasis barat. ‘Fakta-fakta’-nya yang ia sebut dewa bulan bernama Allah sebenarnya menciderai agamanya sebagaimana mencederai agama islam. Klaimnya yang mendasar adalah bahwa dunia semitik pra-islam merupakan asal penyebaran dari penyembahan terhadap dewa/dewi bulan bernama ‘Allah’. Masalah dengan spekulasi tentang ketuhanan pra-islam dari dunia semitik adalah fakta bahwa prasasti manapun sebelum kedatangan Islam adalah juga mendahului pengenalan diacritical dalam bahasa semitik. Mengapa bermasalah? Baiklah, jika seseorang meng-klaim menemukan bukti-bukti sebuah dewa bulan bernama ‘Allah’ di palestina, Syria, atau Libanon, klaim ini juga berlaku pada masing masing tuhan baik kristen maupun islam. Pertama kalinya kata Tuhan muncul dalam alkitab, yaitu pada Kejadian 1:1, yang menyatakan:
B'reshit bara ELOHIM et ha-shama'im, V'et ha-arets.
In the beginning, God created the heavens and the earth.
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Sementara kristen akan selamanya berspekulasi pada kata ‘elohim’ (), penutur berbahasa ibrani yang jujur akan mengakui bahwa kata kuno untuk Tuhan telah hilang dari sejarah. Hipotesis ‘Royal plurality’ (jamak pengagungan) dapat menjadi penjelasan yang memungkinkan mengapa kata tersebut dalam bentuk jamak, namun nampaknya belum diketahui penutur bahasa ibrani awal (semisal misionaris yahudi, yang menurut kuzari, bersaing dengan muslim dan kristen untuk me-‘muallaf’-kan raja Khazars pada abad ke-8). Bagaimanapun sangat sulit untuk menerjemahkan kata ini menjadi ‘tuhan-tuhan’ sebagimana teks ibrani menkonjugasikan kata ‘menciptakan’ dalam bentuk tunggal. Bagaimanapunjuga, (elohim) adalah bentuk plural dari sebuah akar kata dasar untuk Tuhan (eloh).
Dengan demikian, apabila seseorang menemukan kata (eloh) - (alef-lamed-heh) dalam prasarti yang ditulis dalam paleo-hebrew, aramaic, atau beberapa naskah Nabatean, akan dilafalkan dengan beberapa cara tanpa tanda diakritikal untuk memandu pembaca. Kombinasi huruf ini (yang bisa dilafalkan alah) adalah akar kata ‘to swear’ or ‘to take an oath’ juga kata ‘to deity’ atau ‘to worship’, sebagaimana bisa dilihat berikut ini:
Milon Ben-Y'hudaah, Ivri-Angli (Ben Yehuda's Hebrew-English Dictionary), di bawah ALEF LAMED HEH (ALH)
Akar kata itu sendiri mendapati asal dengan akar yang lebih tua, el, yang berarti God, deity, power, strength, dst.
Jadi, salah satu kata dasar Ibrani untuk Tuhan, (eloh), dapat dengan mudah dilafalkan alah tanpa tanda diakritikal. Tidak mengejutkan, kata aramaic untuk tuhan adalah (alah). Kata ini dalam naskah standar () atau naskah Estrangela () dieja alep-lamed-heh (ALH), yang mana merupakan huruf yang sesuai/cocok dengan ibrani Eloh. Kata aram tersebut juga terkait dengan akar kata yang lebih tua untuk Tuhan, il.( Robert Oshana's Online Introduction to Basic Assyrian Aramaic, http://learnassyrian.com/)
Kata arab untuk Tuhan, Allah (), dieja dengan cara yang sangat mirip dan sedikit terkait dengan kata yang lebih generik untuk sesembahan, (ilah). Kita cepat memulai untuk memperhatikan keterkaitan etimologi dan linguistik yang nyata diantara bahas semitik (Allah, Alah, Eloh terkait dengan Ilah, Il, dan El, secara berturut-turut arab-aram-ibrani). Jadi, kesimpulannya, jika monolingual tri-theist ingin menuduh bahwa Allah/Alah adalah nama dari dewa bulan, dan penyembahan itu merupakan praktek pagan yang mencolok, maka mereka mestinya membuang alkitab mereka ke dalam keranjang sampah karena memuat teks tersebut. Mereka juga mesti menanggalkan yesus karena menyebut nama sesembahan ini ketika disalib (menurut catatan alkitab).
KATA ‘ALLAH’ SEBAGAI NAMA TUHAN DALAM KITAB EZRA DALAM BIBLE ARAMAIC
sebagian kecil Kitab Perjanjian Lama juga ditulis dalam bahasa Arami, yakni beberapa pasal Kitan Ezra dan juga beberapa pasal dari Daniel. Marilah kita baca dan cermati ayat-ayat yang menggunakan kata elah di bawah ini:
“Be Shum elah yisra’el …”
Daniel 5 : 1, “Demi Nama Allah Israel.”
“…di elahekon hu elah elahin, umara malekin
Daniel 2:47, “Sesungguhnya Elah-mu itu elah yang mengatasi segala elah dan berkuasa atas para raja.
Sedangkan bentuk Ibrani yang dekat dengan istilah Arami elah dan Arab ilah, al-ilah dan Allah adalah sebutan eloah, misalnya disebutkan:
“Eloah mi-Teman yavo we Qadosh me-Har Paran, Selah”
Yaitu Habakuk 3 : 3, yang berarti -
“Eloah akan datang dari negeri Teman, dan Yang Mahakudus dari pergunungan Paran, Sela.”
Tetapi argumentasi ini pun segera ditanggapi dengan traktat mereka. Menurut mereka, istilah el, elohim, eloah (Ibrani) dan elah, alaha (Arami/Syriac) tidak sejajar dengan istilah Arab Allah berasal dari ilah (God, sembahan). Dengan awalan kata sandang di depannya Al (Inggris: the), makna the god, “sembahan yang itu”. Maksudnya sembahan atau ilah yang benar.
“Laa ilaha ilallah”. Tidak ada ilah selain Allah. Allah adalah satu-satunya ilah. Ungkapan Laa ilaha ilallah ini, dijumpai pula dalam Alkitab terjemahan bahasa Arab, 1 Korintus 8 : 4-6 berbunyi :
“… wa’an Laa ilaha ilallah al-ahad, …faa lana ilahu wahidu wa huwa al-Abu iladzi minhu kullu sya’in wa ilahi narji’u, wa huwa rabbu wahidu wa huwa Yasu’ al-Masihu iladzi bihi kullu syai’in wa bihi nahya”
Yakni maksudnya :
Dan sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, Yang Mahaesa … dan bagi kita hanya ada satu ilah/sembahan yaitu Bapa, yang dari-Nya berasal segala sesuatu dan kepada-Nya kita akan kembali, dan hanya ada satu Rabb/Tuhan, yaitu Yesus Kristus yang melalui-Nya (sebagai Firman Allah) telah diciptakan segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup).
Cukup menarik, ada bukti dari sumber kristen yang menunjukkan hal-hal di atas:
W.E. Vine, Merrill F. Unger, William White Jr., Vine's Complete Exposition Dictionary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, TN, 1996
Buku diatas menyebutkan bahwa Ezra dan nabi daniel memanggil tuhan mereka dengan ‘Elah’. Paragraf diatas sudah lebih dari cukup untuk meng-counter dugaan kristen sesat tentang Allah yang merupakan dewa bulan. Jika Allah adalah dewa bulan, lantas Ezra dan Daniel menyembah apa??
Pada zaman Ezra, Alkitab Ibrani sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Aram, dan sejak itu sampai abad ke-XIX bahasa Ibrani hanya digunakan dalam penulisan/penyalinan Kitab Suci saja. Ketika bahasa Yunani menguasai kawasan sekitar Laut Tengah, atas perintah imam besar di Yerusalem, Eliezer, Alkitab PL diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani (Septuaginta/LXX), inilah yang digunakan Yesus, para Rasul, umat Kristen dan dipakai juga di sinagoga-sinagoga. Demikian juga di hari Pentakosta, Roh Kudus sendiri mengilhami para Rasul untuk mengkotbahkan firman (termasuk nama El/Theos) ke bahasa-bahasa pendengar, dalam arti kata penerjemahan nama Tuhan ke dalam bahasa-bahasa lokal didorong oleh Roh Tuhan/Kudus sendiri.
Berbeda dengan ‘El’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani sebagai ‘Theos’ dan bahasa Barat sebagai ‘God, Gott, Dieu’, maka nama ‘Allah’ (Arab) sebenarnya bukan terjemahan melainkan perkembangan dialek dalam rumpun Semit sendiri untuk menyebut El (di samping a.l. Alaha dalam bahasa Aram-Siria).
Orang kristen sendiri tidak sadar bahwa 'Allah' sebenarnya Tuhan bagi setiap nabi, buktinya adalah PL itu sendiri. Dalam Aramaic Tuhan adalah 'Elah', dalam ibrani 'Eloh' dimana dalam arab 'Allah'. Ketiganya saling bertautan satu sama lain. Pelafalan yang sedikit berbeda hanya pada logat.
Sumber kristen:
Diambil dari Vine's Complete Exposition Dictionary by W.E. Vine, Merrill F.Unger, William White, Jr., Thomas Nelson Publishers, Nashville, TN, 1996.
KATA ‘ALLAH’ SEBAGAI NAMA TUHAN DALAM KITAB EZRA DALAM BIBLE ARAMAIC
Penulisan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani karena bahasa ini menjadi bahasa yang paling luas digunakan di seluruh wilayah kekaisaran Romawi pada zaman itu. Meskipun demikian, Perjanjian Baru Yunani itu tidak dapat dipahami tanpa melihat latar belakang budaya Arami. (11) Oleh karena kitab ini masih memelihara beberapa ungkapan Arami – yang waktu itu juga biasa disebut Ibrani – sebab dianggap sebagai salah satu dialek tutur saja bagi masyrakat Yahudi di Galilea. Beberapa contoh kata Arami yang dipelihara itu, antara lain: Talita Kum (Mark 5 : 41), Gabbata (Yohanes 19 : 13), Maranatha (1 Korintus 16 : 23).
Salah satu bukti bahwa Yesus membaca Targum berbahasa Arami, di mana kata Alaha (yang cognate dengan bentuk Ibrani: Eloah, dan Arab: Allah) adalah ungkapan Yesus dalam Markus 15:33, Elohi, Elohi, l’mah sh’vaktani. Sebab dalam teks Mazmur 22:2 bahasa Ibraninya: Eli, Eli lamah ‘azvatani. Selanjutnya, apabila bahasa asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan para rasul tidak mempertahankan nama Yahwe, lalu apa pula dasar dan alasan mereka mati-matian mempertahankannya?
Para rasul penulis Perjanjian Baru menterjemahkan Kyrios (Tuhan) sebagai kata ganti Yahwe. Sebut satu contoh saja, misalnya Haddebarim/ Ulangan 6 : 4 dalam bahasa asli (Ibrani):
“Syema Ysrael, Adonai Elohenu, Adonay Ehad”.
Kutipan ayat ini ditemukan dalam Markus 12 : 29, di mana nama Yahwe diterjemahkan Kyrios – Tuhan, mengikut terjemahan Yunani Septuaginta:
“Akoue, Israel, Kurios ho theos hemin, kurios eis esti”
- Dengarlah wahai Israel, Kurios (Tuhan) itu Theos/Allah kita, Kurios/Tuhan itu Esa.
Jadi, sekali lagi Markus sang penulis Injil pun tidak mempertahankan nama Yahwe. Lalu, apakah mereka berani berkata bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru itu adalah salah?
Dalam bahasa Ibrani istilah “Nama” juga tidak bisa dipahami secara harfiah seperti nama-nama: Suharto, Suradi, Marsudi, Wan, Ngah dan sebagainya. Dalam hal ini anda harus bedakan antara “nama” (yang berasal dari bahasa manusia yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu) dengan “Dia yang dinamakan” (Yang Absolute, tidak terbatas, tidak terhingga). “Nama” dalam teologi Yahudi lebih menunjuk kepada “Kuasa di balik Ia yang di-Nama-kan”. Karena itu, orang-orang Yahudi hanya mempertahankan tetagramaton (keempat huruf suci: y h w h), tetapi tidak membacanya dalam tradisi lisan. Kata itu sudah lazim dibaca dengan: Adonay (Tuhanku) atau Ha-Shem (“the Name”, Sang Nama).
Silakan mereka memeriksa tradisi Yahudi ini, misalnya literatur Yahudi: Humasah Hunasy Torah ‘im Targum Onqelos, (12) berbahasa Ibrani dan Arami yang lazim dipakai pemeluk Yahudi hingga zaman sekarang ini.
dari akar kata bahasa arab;
Abu Ja'far berkata : "Adapun penakwilan kata اللَّهِ menurut makna yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas adalah : "Yang di Tuhan kan oleh segala sesuatu dan disernbah oleh seluruh makhluk."
Abu Karib menceritakan kepada kami, katanya, Utsman bin Sa'id menceritakan kepada kami, katanya, Basyar bin Imarah menceritakan kepada kami, katanya, Abu Rauq menceritakan kepada kami dari Adh Dhahak dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, Allah berhak di Tuhan kan dan disembah oleh seluruh makhluk Nya.
Jika ada yang mengatakan, "Apakah secara bahasa kata اللَّهِ mempunyai akar kata?" Jawabannya : Secara pendengaran tidak ada, namun secara indikasi ada.
Jika ia berkata lagi, "Apakah dalil yang menunjukkan bahwa Tuhan berarti Yang berhak disembah, dan memiliki akar kata secara bahasa?" Jawabannya : Tidak ada larangan dan perselisihan pendapat diantara orang Arab dalam hal ini. Sebagaimana ucapan Ru'bah bin Al Ajaj dalam syairnya :
لِلّهَ دُرُّ الغَانِيَاتِ لْمُدَّهِ , سَبَّحْنَ وَاسْتَرْ جَعْنَ مَنْ تَأَلَّهَى
"Alangkah baiknya wanita cantikyang fidak berdandan, mereka bertasbih dan beristirja' kepada Tuhan. "
Dan tidak diragukan bahwa kata التأله memiliki akar kata : أله يأله, dan makna أله jika diucapkan berarti menyembah Allah. la memiliki kata sifat yang menunjukkan bahwa orang Arab menggunakannya dengan bentuk kata فعل يفعل tanpa tambahan, sebagaimana riwayat berikut :
Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, katanya., bapakku. menceritakan kepada kami dari Nafi' bin Umar, dari Amru bin Dinar, dari Ibnu Abbas, bahwa ia membaca : ويذرك وإلاهتك ia. berkata, menyembah Mu, dan mengatakan, bahwa Dia. disembah dan. bukan menyembah.
Sufyan menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Uyainah menceritakan kepada kami dari Amru bin Dinar, dari Muhammad bin Amru bin Al Hasan, dari Ibnu Abbas : ويذرك وإلاهتك ia berkata, hal itu karena Fir'aun disembah dan tidak menyembah.
Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain bin Daud menceritakan. kepada kami, katanya, Hajjaj memberitahukan kepadaku dari Ibnu Juraij dari Mujahid, ia membaca : ويذرك وإلاهتك dan katanya, menyembah Mu.
Dan tidak diragukan lagi bahwa kata الإلاهة sesuai penafsiran Ibnu Abbas dan Mujahid adalah kata sifat dari akar kata أله yang berarti menyembah, dari perkataan orang : أله اللّه قلان إلاهة seperti ucapan orang : عبد اللّإلاهة..
Jika ia berkata, kalau orang yang menyembah Allah bisa dikatakan : ألهة sesuai penakwilan Ibnu Abbas dan Mujahid, lalu apa yang harus dikatakan jika seseorang hendak memberitahukan bahwa Allah telah mewajibkan hal itu atas hamba Nya? Jawabannya : Tidak ada riwayat yang kami dapatkan, melainkan harus mengqiyaskan hadits yang ada dan Rasulullah SAW, yaitu :
Ismail bin Fadhl menceritakan kepada kami, katanya, Ibrahim bin ‘Ala’ menceritakan kepada kami, katanya., Ismail bin Ayyasy menceritakan kepada kami dari Ismail bin Yahya, dari Ibnu Abi Mulaikah, dari orang yang menceritakm kepadanya, dan Ibnu Mas'ud dan Mis'ar bin Kidam dari Athiyah Al Aufi , dari Abu Sa'id, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Isa bin Maryam diserahkan oleh ibunya kepada seorang guru agar mengajarinya, lalu sang guru berkata kepadanya, tulislah Allah, maka Isa berkata kepadanya, apakah engkau tahu apa itu Allah? Allah adalah Tuhan segala tuhan.”
Jadi, lafazh اللَّهِ berasal dari perkataan orang Arab : الإله, dimana huruf hamzah dibuang, dan huruf lam yang asli bertemu dengan huruf lam tambahan, lalu keduanya melebur menjadi satu. Dan jadilah lafazh اللَّهِ. Jika ia berkata lagi, "Bagaimana hal itu dapat dibenarkan, sementara lafadznya berbeda.?" Jawabannya : Sebagaimana hal itu dibenarkan dalam firman Allah لَكِنَّا هُوَ اللّه رَبِّي وَلاَ أُشْرِكُ بِربِّي أَحَدًا yang asalnya adalah : لَكِن أنا هوَ اللّه رَبِّي وَلاَ أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحًَا seperti ucapan seorang penyair :
وَتَرْمِيْنَنِى بِالطًرفِ أَى أَنْتَ مُذْنِبُ , وَتقلينَنِى لكتِ إِيَّاكَلاَ أقلى
"Engkau menuduhku : kamu berdusta, dan membenciku tetapi aku tidak membencimu '
**dari berbagai sumber.
Beberapa tulisan disini terbagi atas beberapa bagian:
1. PB (perjanjian baru) sendiri tidak pernah menyebut Tuhan dengan ‘Yahweh’ dalam semua bahasa.
2. Nama asli tuhan dalam bible adalah ‘Allah’, bukan ‘Yahweh’! Lihat bukti bukti dari sumber yahudi dan kristen. saya juga membuktikan bahwa Yahweh bahkan bukan sebutan pertama untuk Tuhan yang maha kuasa dalam alkitab.
3. Sumber Ibrani kitab Kejadian (ge Bereshit) 1:1 menggunakan kata ‘Allah’
4. ‘Tuhan’ dalam bahasa arab dan bahasa aram terdengar sama, yaitu ‘Allah’
5. Nama Tuhan yang maha kuasa ‘Allah’ atau ‘Yahweh’?
6. Kata ‘Allah’ sebagai nama Tuhan dalam kitab ezra dalam bible aramaic
7. “Tuhan, siapakah namanya?” artikel tulisan Ahmad Deedat
8. Yahudi dan Nasrani menggunakan kata ‘Allah’ sebelum islam. Lihat fakta historis dan fakta arkeologis dan penemuan paling mutakhir di timur tengah.
9. Teolog kristen arab percaya ‘Allah’ adalah Tuhan yang maha kuasa
Klaim palsu dari beberapa missionaris modern yang penuh kebencian
“tuhan mereka adalah dewa bulan”
“allah mereka adalah tuhan palsu”
“yahweh adalah tuhan asli”
Menurut orang-orang “Kristen Radikal” informasi dari Robert morrey sangatlah bermanfaat untuk menyerang “ketuhanan islam”,seperti mendapatkan sebuah amunisi.
tetapi orang-orang yang begitu bersemangat untuk memberikan tuduhan seperti itu tidak berfikir panjang,bahwa faktanya didalam Al kitab banyak sekali menggunakan “istilah Allah”
maka ada sebagian orang-orang Kristen yang meyakini bahwa nama Allah sebagai nama “dewa bulan” , dan melihat realita didalam al kitab menggunakan istilah Allah maka mereka melakukan perubahan / penggantian nama Allah diganti dengan nama YHWH.
Banyak pertanyaan diajukan mengenai ‘Apakah Allah Islam sama dengan Allah Kristen?’ dan argumentasi yang banyak dikemukakan adalah bahwa ‘Allah Islam tidak sama dengan Allah Kristen’ alasannya ‘Karena ajaran keduanya berbeda!’. Pandangan ini tercermin dalam buku Dr. Robert Morey yang beredar bahkan dianut belakangan ini di kalangan tertentu di Indonesia:
“Islam claims that Allah is the same God who was revealed in the Bible. This logically implies in the positive sense that the concept of God set forth in the Quran will correspond in all points to the concept of God found in the Bible. This also implies in the negative sense that if the Bible and the Quran have differing views of God, then Islam’s claim is false.” (Islamic Invasion, Harvest House Publishers, 1992, h.57).
Definisi Morley ini memiliki kelemahan dasar berfikir yang fatal yang menganggap masalah-masalah teologi (ilmu sosial) bersifat eksakta dan mencampur adukkan pengertian soal ‘identitas’ dan ‘opini’ (meta basis). Dari dasar berfikir atau asumsi ini, maka dihasilkan kesimpulan bahwa (1) Bila Allah Islam adalah Tuhan Kristen, maka secara positif konsep keduanya mengenai Tuhan harusnya sama dalam setiap butirnya, sebaliknya secara negatif disebut bahwa (2) Bila Al-Quran dan Alkitab memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhan, maka klaim Islam adalah salah.
Dan masih banyak lagi …dan diantara kekonyolan yang sering muncul di perdebatan adalah tanpa memandang bagaimana bahasa modern menyebut Tuhan yang maha kuasa, gelar satu-satunya yang sah untuk Tuhan Yang maha kuasa dan setiap dan semua bahasa adalah Yahweh. Orang orang, tanpa memandang latar belakang etnis dan bahasa mereka, harus selalu mengarahkan Tuhan yang maha kuasa sebagai “yahweh” meskipun kata ini sendiri adalah kata ibrani yang artinya “The Lord” atau “the Eternal”
Masalah dengan kebohongan palsu ini dan buatan penipu-penipu kristen ini adalah bahwa perjanjian Baru mereka sendiri menyangkalnya! ‘Allah’ dalam bahasa arab berarti ‘sang Tuhan’ (al-ilah, pent). Ada penemuan arkeologis dari yahudi dan kristen arab awal (berabad sebelum islam) menggunakan “Allah’ sebagai ‘Nama’ suci Tuhan yang maha kuasa. Bahkan alkitab bahasa arab merefer Tuhan yang maha kuasa sebagai “Allah’ (yohanes 1:1 dan tak terhitung ayat lainnya). Jadi, penipu-penipu ini bukan hanya berkontradiksi dengan sejarah dan alkitab bahasa arab mereka, tapi juga menyangkal kitab suci mereka ketika menggunakan perjanjian baru mereka sendiri untuk melawan mereka, karena jika kata ibrani “Yahweh” adalah gelar tetap untuk Tuhan yang Maha kuasa dalam setiap dan semua bahasa, lalu mengapa Yesus dan murid-muridnya dalam keseluruhan PB tidak pernah memanggil Tuhan yang maha kuasa dengan ‘Yahweh’?
perlu kita lihat dari Kitab Suci Islam (Al-Quran) maupun Kristen (Al-Kitab), dan juga sejarah bangsa dan bahasa Semit.
EL SEMIT
Faktanya, bila kita membandingkan agama Yahudi (Alkitab Perjanjian Lama), Kristen (Alkitab Perjanjian Lama dan Baru), dan Islam (Al-Quran), kita dapat melihat bahwa ada butir-butir yang sama, namun banyak butir-butir lainnya yang tidak sama (jadi bukan semua sama atau semua tidak sama).
Bila kita melihat Alkitab PL, kita dapat mengetahui bahwa nama Tuhan ‘El/Elohim’ adalah pencipta langit dan bumi, manusia dan segala isinya. Dan ia juga Tuhan yang menyatakan dirinya kepada Adam, Nuh, Abraham, Ishak, dan Yakub. Agama Yahudi, Kristen dan Islam mempercayai itu semua, namun mereka berbeda dalam kepercayaan akan wahyu mana yang dari El yang sama itu yang dipercayai. Agama Yahudi mempercayai wahyu yang dibukukan menjadi Alkitab Perjanjian Lama, namun sekalipun agama Kristen menerima hal ini, agama Kristen juga mengakui penggenapan dalam Tuhan Yesus Kristus yang wahyunya dibukukan dalam Perjanjian Baru padahal Yahudi menolak.
“Katakanlah: Kami telah beriman kepada Allah dan (kitab) yang diturunkan kepada kami dan apa-apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Y’qub dan anak-anaknya, (begitu juga kepada kitab) yang diturunkan kepada Musa dan ‘Isa, dan apa-apa yang diturunkan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka, tiadalah kami perbedakan seorang juga di antara mereka itu dan kami patuh kepada Allah” (Al-Quran, Al-Baqarah, 2:136, Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim).
Agama Islam, sekalipun menerima kitab yang diterima Ibrahim, Ishak, Yakub dan Isa, namun lebih menerima kitab wahyu yang diterima Muhammad dari jalur Ismael, dan menerima kitab-kitab Ibrahim, Ishak, Yakub dan Isa sejauh diterima oleh Muhammad yang dipercayai sebagai nabi, dan sekalipun menerima kitab-kitab Yahudi dan Kristen, namun karena dianggap telah dipalsukan, maka kepercayaan kepada berita Al-Kitab terbatas hanya bila hal itu dikuatkan dalam Al-Quran.
Jadi, dari terang Alkitab (PL+PB) dan Al-Quran jelas terlihat bahwa sebagai oknum dengan namanya, Allah Islam adalah Tuhan Yahudi dan Kristen. Namun karena wahyu yang dipercayai berbeda, dengan sendirinya banyak pengajaran (aqidah)nya yang berbeda.
menurut mereka Allah sebenarnya adalah nama “dewa air.” Yang menjadi dasar mereka adalah buku-buku sumber yang mereka kutip sepenggal-sepenggal dan lepas dari konteks. Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:
Birkatekem le-Yahweh syomron we le ‘asyeratah
Yakni – Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)
Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.
Nah, di sinilah terbukti ketidakadilan kaum penentang “Allah” dengan amat jelas! Mengapa? Sebab umat Islam tentu saja boleh bertanya balik, “Apakah Allah sebagai dewa air itu ada dalam Alquran?” Lalu, umat Islam pun mengajak kita untuk berargumentasi dan berdebat tanpa bukti sejarah. Cukup dengan ayat-ayat Al-Quran saja. Kalau begitu, jelas tidak ada sepotong ayat pun dalam Alquran yang menyebut Allah sebagai dewa air. Menurut Alquran, Allah adalah Pencipta langit dan bumi (Q.surah al-Jatsiyah 45:22, “Wa khadaq Allah as-samawati wa al-ardh”).
Begitu juga, siapakah Allah itu bagi umat Kristen Arab? “Allah” – demikian menurut Buthros ‘Abd al-Malik, dalam Qamus al-kitab al-Muqaddas – adalah “nama dari Ilah (sembahan) yang menciptakan segala yang ada” (hadza al-llah khalaq al-jami’ al-kainat). (3)
Begitu juga, setiap umat Arab Kristen sebelum atau sesudah Islam mengawali mengucapkan Qanun al-Iman (syahadat Kristian) yang diawali dengan kalimat:
“Nu’minu bi-ilahun wahidun, Allah al-Ab al-dhabital kull, khalaqa as-sama’I wa al-ardh, kulla ma yura wa maa layuura”
yang bermaksud :Kami percaya kepada satu-satunya sembahan/ilah, yaitu Allah Bapa, yang berkuasa atas segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Yesus dalam PB menyebut Tuhan yang mah kuasa sebagai “Eloh”, yang mana merupakan kata aram untuk Tuhan, dan merupakan kata yang ‘bersaudara’ dengan kata arab “Allah”.
1- Mark 10:18 "Why do you call me good?" Jesus answered. "No one is good—except God (Eloh) alone.
Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.
2- Matthew 4:10 Jesus said to him, "Away from me, Satan! For it is written: 'Worship the Lord your God (Eloh), and serve him only.' "
Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Tidak hanya itu, bahkan PB mencatat perkataan yesus “Eli, eli lemma sabachtani”. ‘Eli’ merupakan turunan kata dari Eloh.
Jadi, misionaris ini bukan saja pendusta dan penuh kebencian terhadap muslim karena menyebut Allah swt, yang merupakan ‘Tuhan’ yang sama dalam alkitab arab modern, sebagai dewa bulan, tapi mereka juga bodoh karena sangat menggelikan PB mereka sendiri menyangkal mereka.
Tapi 'Allah' terdengar beda dengan 'Yahweh'?
Suatu hal bahwa kesalahan yahudi dan kristen yang berbicara dalam bahasa non-ibrani adalah tentang nama Tuhan yang maha kuasa dalam alkitab. “yahweh” dalam ibrani berarti “the Lord” atau “the God”. Ini bukan nama. Mari kita lihat pada kutipan berikut dari sumber yahudi dan kristen:
"Judaism teaches that while God's name exists in written form, it is too holy to be pronounced. The result has been that, over the last 2000 years, the correct pronunciation has been lost." (Mankind's Search for GOD, p. 225).
Disini, kita bisa melihat dengan jelas bahwa pelafalan nama asli tuhan telah hilang dan yahudi tidak punya gagasan pelafalan apa yang tepat dari kitab suci dan sumber mereka.
"About 3,500 years ago, God spoke to Moses, saying: 'Thus shall you speak to the Israelites: The LORD [Hebrew: YHWH], the God of your fathers, the God of Abraham, the God of Isaac, and the God of Jacob, has sent me to you: This shall be My name forever, this My appellation for all eternity.' (Exodus 3:15; Psalm 135:13)" (Mankind's Search for GOD, p.225).
"....the four Hebrew consonants YHWH (Yahweh) that in their Latinized form have come to be known over the centuries in English as JEHOVAH." (Mankind's Search for GOD, p.225).
Jadi, kata ‘YHWH’ atau ‘Yahweh’ atau ‘Yehovah’ bukan nama ASLI, tapi gelar/sebutan untuk Tuhan yang maha kuasa. Sangat baik, karena yahudi, kristen, dan muslim menyebut Tuhan yang maha kuasa dengan ‘the LORD’ atau ‘the GOD’ , yang artinya ‘Yahweh’ atau ‘Yehovah’ dalam bahasa Ibrani dan ‘Ar-Rabb’ dalam bahasa arab. ‘Ar-Rabb’ dalam bahasa arab dan ‘yahweh’ dalam bahasa ibrani dan terjemahan yang lain dalam bahasa bahasa lain adalah memang gelar Tuhan yang maha kuasa. Tapi, BUKAN nama asli-Nya!
Mari kita lihat bagaimana kitab Keluaran 3:15 dan Mazmur 135:13 dari NIV berkata,
"God also said to Moses, "Say to the Israelites, `The LORD [Perhatikan bahwa mereka tidak menulis Yehovah. “the LORD” hanya dalam sebuah gelar], the God of your fathers--the God of Abraham, the God of Isaac and the God of Jacob--has sent me to you.' This is my name forever, the name by which I am to be remembered from generation to generation. (From the NIV Bible, Exodus 3:15)"
"Your name, O LORD, endures forever, your renown, O LORD, through all generations. (From the NIV Bible, Psalm 135:13)"
Sebagaimana kita dengan jelas melihat dari ayat ayat diatas dari NIV Bible, nama asli untuk Tuhan bukan ‘Yahweh’. Gelar ‘the LORD’ hanya sebuah gelar dan nama panggilan (jika mau) kepada Tuhan yang maha kuasa. Tapi “Yahweh’ pastinya BUKAN NAMA ASLI Tuhan yang maha kuasa.
‘Allah’ di satu pihak adalah sebuah nama. Nama Tuhan yang maha kuasa. Di bawah ini, anda akan melihat bukti bukti yang luas dari bahasa aram bahwa nama tuhan yang maha kuasa adalah ‘Allah’.
Bagaimana bisa sebuah gelar yang diawali ‘the’ menjadi sebuah nama?
Disamping bukti bukti yang jelas di atas tentang ‘Yahweh’ atau ‘Yehovah’ hanya sebuah gelar atau ‘appelation’ (Exodus 3:15) untuk Tuhan, saya akan mengangkat pertanyaan sederhana: "Bagaimana bisa sebuah gelar yang diawali ‘the’ menjadi sebuah nama?"
Jika saya memanggilmu ‘the man’ sebagai panggilan populer untuk seseorang di Amrik, apakah benar benar menjadikan namamu ‘the man’?
Seorang kristen baru baru saja mengatakan padsaya bahwa dalam bahasa Ibrani ‘Yahweh’ tidak hanya berarti ‘the LORD’ atau ‘the GOD’, tapi juga berarti ‘the Eternal’ (menurut the New Dictionary of the Bible). Sangat cocok. ‘The Eternal’, ‘Yahweh’ berarti Ash Shamad dalam Quran (Al Ikhlash:2).
Betapa sulitnya memahami bahwa sebuah gelar diawali ‘the’ tidak akan pernah bisa menjadi sebuah nama! Apalagi nama asli!
‘Yahweh’ bahkan bukan sebutan pertama bagi Tuhan dalam alkitab!
Beberapa kristen masih tetap bersikukuh bahwa nama asli Tuhan adalah Yahweh. Mereka mengandalkan Keluaran 3:15 untuk membuktikan omong kosong ini. Saya telah membuktikan dengan jelas bahwa ‘Yahweh’ dalam keluaran 3:15 hanyalah sebuah gelar (appelation) bukan sebuah nama dan ini berarti ‘the LORD’, ‘the GOD’ dan ‘the Eternal’ (menurut New Dictionary of the Bible).
Sekarang, asumsikan saja sejenak bahwa ‘Yahweh’ adalah sebuah nama, yang mana benar benar konyol ketika terjemahan bahasa inggrisnya memulai dengan ‘the’. Masih belum dapat membuktikan bahwa nama asli tuhan adalah Yahweh. Berapa tahun jarak antara Adam dan Musa? Bisa jadi ribuan tahun, jika tidak jutaan tahun!
Jadi menurut logika kristen, Tuhan yang maha kuasa tidak bernama dari adam hingga zaman musa, menurut dugaan akhirnya baru menemukan diriNya sendiri dan IdentitasNya. Benarkah demikian? Tentu saja salah!! Itu semua sebuah kumpulan omong kosong!
Nama suci Tuhan yang maha kuasa jelas ‘Allah’ atau ‘Eloh’ Seperti yang saya katakan diatas, yesus a.s. meneriakkan nama Tuhan dan berkata ‘Eli’ yang diturunkan dari kata ‘Eloh’. Dia sam sekali tidak berkata ‘Yahwehi’!
Oleh karena itu, kristen siapapun yang memutuskan untuk bertingkah keras kepala dan menolak fakta yang terang bahwa Nama suci Tuhan yang maha kuasa adalah Allah, karena takut akan membuktikan kebenaran agama islam, adalah berdosa kepada Tuhan yang maha kuasa!!
Mengapa yesus memilih untuk mengatakan kata aram ‘Eli’ kepada masyarakat yang berbahasa ibrani?
Mengapa yesus mengorbankan bahasa ibrani dan mengatakan bahasa aram ‘Eli’ meskipun orang orang disekitarnya adalah yahudi dan berbahasa ibrani? Karena yesus a.s. tahu bahwa Nama Tuhan yang maha kuasa adalah Allah dan Eli (Allah-ku) diturunkan dari kata tersebut. Kata Ibrani ‘Yahweh’ (‘the LORD’, ‘the Eternal’) dibuat hanya untuk yahudi saja. Seperti yang telah ditunjukkan dalam bagian awal artikel ini, yahudi karena ketidakmampuan mereka untuk melafalkan nama Tuhan yang maha kuasa dengan baik diperintahkan oleh Tuhan untuk memanggilnya sebagai ‘the LORD’ (Yahweh).
"Judaism teaches that while God's name exists in written form, it is too holy to be pronounced. The result has been that, over the last 2000 years, the correct pronunciation has been lost." (Mankind's Search for GOD, p. 225)
Disini kita dengan jelas melihat bahwa pelafalan nama asli Tuhan telah hilang dan yahudi tidak memiliki gagasan pelafalan apa yang tepat merujuk pada kitab suci dan sumber mereka.
Namun, alasan mengapa Yesus menyebut Tuhan dalam bahasa Aram, meskipun faktanya orang orang berbahasa ibrani dan hukum yahudi ditulis dalam bahasa Ibrani adalah karena Yesus ingin menyebut Tuhan yang maha kuasa dalam bentuk yang paling tinggi dan sempurna.
Mengalamatkan Tuhan sebagai ‘the LORD’ atau ‘Yahweh’ hanya akan sesuai untuk orang orang yang berbahasa Ibrani, bukan untuk Gentiles dan seluruh masyarakat non-yahudi dan generasi setelahnya.
Apakah muslim menyembah dewa bulan? Menyangkal mitos dengan bukti etimologi
Mohd Elfie Nieshaem Juferi
Kristen yang mencoba mengklaim bahwa Allah () adalah nama dari ‘dewa bulan’, dipengaruhi oleh tulisan Robert Morey, yang menulis dalm bukunya The Islamic Invasion. Bagaimanapun juga, mereka (dan juga termasuk Morey) sedang memainkan permainan bodoh. Tulisan tulisan Morey tidak lebih dari sekedar pemikiran kreasionis fasis barat. ‘Fakta-fakta’-nya yang ia sebut dewa bulan bernama Allah sebenarnya menciderai agamanya sebagaimana mencederai agama islam. Klaimnya yang mendasar adalah bahwa dunia semitik pra-islam merupakan asal penyebaran dari penyembahan terhadap dewa/dewi bulan bernama ‘Allah’. Masalah dengan spekulasi tentang ketuhanan pra-islam dari dunia semitik adalah fakta bahwa prasasti manapun sebelum kedatangan Islam adalah juga mendahului pengenalan diacritical dalam bahasa semitik. Mengapa bermasalah? Baiklah, jika seseorang meng-klaim menemukan bukti-bukti sebuah dewa bulan bernama ‘Allah’ di palestina, Syria, atau Libanon, klaim ini juga berlaku pada masing masing tuhan baik kristen maupun islam. Pertama kalinya kata Tuhan muncul dalam alkitab, yaitu pada Kejadian 1:1, yang menyatakan:
B'reshit bara ELOHIM et ha-shama'im, V'et ha-arets.
In the beginning, God created the heavens and the earth.
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Sementara kristen akan selamanya berspekulasi pada kata ‘elohim’ (), penutur berbahasa ibrani yang jujur akan mengakui bahwa kata kuno untuk Tuhan telah hilang dari sejarah. Hipotesis ‘Royal plurality’ (jamak pengagungan) dapat menjadi penjelasan yang memungkinkan mengapa kata tersebut dalam bentuk jamak, namun nampaknya belum diketahui penutur bahasa ibrani awal (semisal misionaris yahudi, yang menurut kuzari, bersaing dengan muslim dan kristen untuk me-‘muallaf’-kan raja Khazars pada abad ke-8). Bagaimanapun sangat sulit untuk menerjemahkan kata ini menjadi ‘tuhan-tuhan’ sebagimana teks ibrani menkonjugasikan kata ‘menciptakan’ dalam bentuk tunggal. Bagaimanapunjuga, (elohim) adalah bentuk plural dari sebuah akar kata dasar untuk Tuhan (eloh).
Dengan demikian, apabila seseorang menemukan kata (eloh) - (alef-lamed-heh) dalam prasarti yang ditulis dalam paleo-hebrew, aramaic, atau beberapa naskah Nabatean, akan dilafalkan dengan beberapa cara tanpa tanda diakritikal untuk memandu pembaca. Kombinasi huruf ini (yang bisa dilafalkan alah) adalah akar kata ‘to swear’ or ‘to take an oath’ juga kata ‘to deity’ atau ‘to worship’, sebagaimana bisa dilihat berikut ini:
Milon Ben-Y'hudaah, Ivri-Angli (Ben Yehuda's Hebrew-English Dictionary), di bawah ALEF LAMED HEH (ALH)
Akar kata itu sendiri mendapati asal dengan akar yang lebih tua, el, yang berarti God, deity, power, strength, dst.
Jadi, salah satu kata dasar Ibrani untuk Tuhan, (eloh), dapat dengan mudah dilafalkan alah tanpa tanda diakritikal. Tidak mengejutkan, kata aramaic untuk tuhan adalah (alah). Kata ini dalam naskah standar () atau naskah Estrangela () dieja alep-lamed-heh (ALH), yang mana merupakan huruf yang sesuai/cocok dengan ibrani Eloh. Kata aram tersebut juga terkait dengan akar kata yang lebih tua untuk Tuhan, il.( Robert Oshana's Online Introduction to Basic Assyrian Aramaic, http://learnassyrian.com/)
Kata arab untuk Tuhan, Allah (), dieja dengan cara yang sangat mirip dan sedikit terkait dengan kata yang lebih generik untuk sesembahan, (ilah). Kita cepat memulai untuk memperhatikan keterkaitan etimologi dan linguistik yang nyata diantara bahas semitik (Allah, Alah, Eloh terkait dengan Ilah, Il, dan El, secara berturut-turut arab-aram-ibrani). Jadi, kesimpulannya, jika monolingual tri-theist ingin menuduh bahwa Allah/Alah adalah nama dari dewa bulan, dan penyembahan itu merupakan praktek pagan yang mencolok, maka mereka mestinya membuang alkitab mereka ke dalam keranjang sampah karena memuat teks tersebut. Mereka juga mesti menanggalkan yesus karena menyebut nama sesembahan ini ketika disalib (menurut catatan alkitab).
KATA ‘ALLAH’ SEBAGAI NAMA TUHAN DALAM KITAB EZRA DALAM BIBLE ARAMAIC
sebagian kecil Kitab Perjanjian Lama juga ditulis dalam bahasa Arami, yakni beberapa pasal Kitan Ezra dan juga beberapa pasal dari Daniel. Marilah kita baca dan cermati ayat-ayat yang menggunakan kata elah di bawah ini:
“Be Shum elah yisra’el …”
Daniel 5 : 1, “Demi Nama Allah Israel.”
“…di elahekon hu elah elahin, umara malekin
Daniel 2:47, “Sesungguhnya Elah-mu itu elah yang mengatasi segala elah dan berkuasa atas para raja.
Sedangkan bentuk Ibrani yang dekat dengan istilah Arami elah dan Arab ilah, al-ilah dan Allah adalah sebutan eloah, misalnya disebutkan:
“Eloah mi-Teman yavo we Qadosh me-Har Paran, Selah”
Yaitu Habakuk 3 : 3, yang berarti -
“Eloah akan datang dari negeri Teman, dan Yang Mahakudus dari pergunungan Paran, Sela.”
Tetapi argumentasi ini pun segera ditanggapi dengan traktat mereka. Menurut mereka, istilah el, elohim, eloah (Ibrani) dan elah, alaha (Arami/Syriac) tidak sejajar dengan istilah Arab Allah berasal dari ilah (God, sembahan). Dengan awalan kata sandang di depannya Al (Inggris: the), makna the god, “sembahan yang itu”. Maksudnya sembahan atau ilah yang benar.
“Laa ilaha ilallah”. Tidak ada ilah selain Allah. Allah adalah satu-satunya ilah. Ungkapan Laa ilaha ilallah ini, dijumpai pula dalam Alkitab terjemahan bahasa Arab, 1 Korintus 8 : 4-6 berbunyi :
“… wa’an Laa ilaha ilallah al-ahad, …faa lana ilahu wahidu wa huwa al-Abu iladzi minhu kullu sya’in wa ilahi narji’u, wa huwa rabbu wahidu wa huwa Yasu’ al-Masihu iladzi bihi kullu syai’in wa bihi nahya”
Yakni maksudnya :
Dan sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, Yang Mahaesa … dan bagi kita hanya ada satu ilah/sembahan yaitu Bapa, yang dari-Nya berasal segala sesuatu dan kepada-Nya kita akan kembali, dan hanya ada satu Rabb/Tuhan, yaitu Yesus Kristus yang melalui-Nya (sebagai Firman Allah) telah diciptakan segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup).
Cukup menarik, ada bukti dari sumber kristen yang menunjukkan hal-hal di atas:
W.E. Vine, Merrill F. Unger, William White Jr., Vine's Complete Exposition Dictionary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, TN, 1996
Buku diatas menyebutkan bahwa Ezra dan nabi daniel memanggil tuhan mereka dengan ‘Elah’. Paragraf diatas sudah lebih dari cukup untuk meng-counter dugaan kristen sesat tentang Allah yang merupakan dewa bulan. Jika Allah adalah dewa bulan, lantas Ezra dan Daniel menyembah apa??
Pada zaman Ezra, Alkitab Ibrani sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Aram, dan sejak itu sampai abad ke-XIX bahasa Ibrani hanya digunakan dalam penulisan/penyalinan Kitab Suci saja. Ketika bahasa Yunani menguasai kawasan sekitar Laut Tengah, atas perintah imam besar di Yerusalem, Eliezer, Alkitab PL diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani (Septuaginta/LXX), inilah yang digunakan Yesus, para Rasul, umat Kristen dan dipakai juga di sinagoga-sinagoga. Demikian juga di hari Pentakosta, Roh Kudus sendiri mengilhami para Rasul untuk mengkotbahkan firman (termasuk nama El/Theos) ke bahasa-bahasa pendengar, dalam arti kata penerjemahan nama Tuhan ke dalam bahasa-bahasa lokal didorong oleh Roh Tuhan/Kudus sendiri.
Berbeda dengan ‘El’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani sebagai ‘Theos’ dan bahasa Barat sebagai ‘God, Gott, Dieu’, maka nama ‘Allah’ (Arab) sebenarnya bukan terjemahan melainkan perkembangan dialek dalam rumpun Semit sendiri untuk menyebut El (di samping a.l. Alaha dalam bahasa Aram-Siria).
Orang kristen sendiri tidak sadar bahwa 'Allah' sebenarnya Tuhan bagi setiap nabi, buktinya adalah PL itu sendiri. Dalam Aramaic Tuhan adalah 'Elah', dalam ibrani 'Eloh' dimana dalam arab 'Allah'. Ketiganya saling bertautan satu sama lain. Pelafalan yang sedikit berbeda hanya pada logat.
Sumber kristen:
Diambil dari Vine's Complete Exposition Dictionary by W.E. Vine, Merrill F.Unger, William White, Jr., Thomas Nelson Publishers, Nashville, TN, 1996.
KATA ‘ALLAH’ SEBAGAI NAMA TUHAN DALAM KITAB EZRA DALAM BIBLE ARAMAIC
Penulisan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani karena bahasa ini menjadi bahasa yang paling luas digunakan di seluruh wilayah kekaisaran Romawi pada zaman itu. Meskipun demikian, Perjanjian Baru Yunani itu tidak dapat dipahami tanpa melihat latar belakang budaya Arami. (11) Oleh karena kitab ini masih memelihara beberapa ungkapan Arami – yang waktu itu juga biasa disebut Ibrani – sebab dianggap sebagai salah satu dialek tutur saja bagi masyrakat Yahudi di Galilea. Beberapa contoh kata Arami yang dipelihara itu, antara lain: Talita Kum (Mark 5 : 41), Gabbata (Yohanes 19 : 13), Maranatha (1 Korintus 16 : 23).
Salah satu bukti bahwa Yesus membaca Targum berbahasa Arami, di mana kata Alaha (yang cognate dengan bentuk Ibrani: Eloah, dan Arab: Allah) adalah ungkapan Yesus dalam Markus 15:33, Elohi, Elohi, l’mah sh’vaktani. Sebab dalam teks Mazmur 22:2 bahasa Ibraninya: Eli, Eli lamah ‘azvatani. Selanjutnya, apabila bahasa asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan para rasul tidak mempertahankan nama Yahwe, lalu apa pula dasar dan alasan mereka mati-matian mempertahankannya?
Para rasul penulis Perjanjian Baru menterjemahkan Kyrios (Tuhan) sebagai kata ganti Yahwe. Sebut satu contoh saja, misalnya Haddebarim/ Ulangan 6 : 4 dalam bahasa asli (Ibrani):
“Syema Ysrael, Adonai Elohenu, Adonay Ehad”.
Kutipan ayat ini ditemukan dalam Markus 12 : 29, di mana nama Yahwe diterjemahkan Kyrios – Tuhan, mengikut terjemahan Yunani Septuaginta:
“Akoue, Israel, Kurios ho theos hemin, kurios eis esti”
- Dengarlah wahai Israel, Kurios (Tuhan) itu Theos/Allah kita, Kurios/Tuhan itu Esa.
Jadi, sekali lagi Markus sang penulis Injil pun tidak mempertahankan nama Yahwe. Lalu, apakah mereka berani berkata bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru itu adalah salah?
Dalam bahasa Ibrani istilah “Nama” juga tidak bisa dipahami secara harfiah seperti nama-nama: Suharto, Suradi, Marsudi, Wan, Ngah dan sebagainya. Dalam hal ini anda harus bedakan antara “nama” (yang berasal dari bahasa manusia yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu) dengan “Dia yang dinamakan” (Yang Absolute, tidak terbatas, tidak terhingga). “Nama” dalam teologi Yahudi lebih menunjuk kepada “Kuasa di balik Ia yang di-Nama-kan”. Karena itu, orang-orang Yahudi hanya mempertahankan tetagramaton (keempat huruf suci: y h w h), tetapi tidak membacanya dalam tradisi lisan. Kata itu sudah lazim dibaca dengan: Adonay (Tuhanku) atau Ha-Shem (“the Name”, Sang Nama).
Silakan mereka memeriksa tradisi Yahudi ini, misalnya literatur Yahudi: Humasah Hunasy Torah ‘im Targum Onqelos, (12) berbahasa Ibrani dan Arami yang lazim dipakai pemeluk Yahudi hingga zaman sekarang ini.
dari akar kata bahasa arab;
Abu Ja'far berkata : "Adapun penakwilan kata اللَّهِ menurut makna yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas adalah : "Yang di Tuhan kan oleh segala sesuatu dan disernbah oleh seluruh makhluk."
Abu Karib menceritakan kepada kami, katanya, Utsman bin Sa'id menceritakan kepada kami, katanya, Basyar bin Imarah menceritakan kepada kami, katanya, Abu Rauq menceritakan kepada kami dari Adh Dhahak dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, Allah berhak di Tuhan kan dan disembah oleh seluruh makhluk Nya.
Jika ada yang mengatakan, "Apakah secara bahasa kata اللَّهِ mempunyai akar kata?" Jawabannya : Secara pendengaran tidak ada, namun secara indikasi ada.
Jika ia berkata lagi, "Apakah dalil yang menunjukkan bahwa Tuhan berarti Yang berhak disembah, dan memiliki akar kata secara bahasa?" Jawabannya : Tidak ada larangan dan perselisihan pendapat diantara orang Arab dalam hal ini. Sebagaimana ucapan Ru'bah bin Al Ajaj dalam syairnya :
لِلّهَ دُرُّ الغَانِيَاتِ لْمُدَّهِ , سَبَّحْنَ وَاسْتَرْ جَعْنَ مَنْ تَأَلَّهَى
"Alangkah baiknya wanita cantikyang fidak berdandan, mereka bertasbih dan beristirja' kepada Tuhan. "
Dan tidak diragukan bahwa kata التأله memiliki akar kata : أله يأله, dan makna أله jika diucapkan berarti menyembah Allah. la memiliki kata sifat yang menunjukkan bahwa orang Arab menggunakannya dengan bentuk kata فعل يفعل tanpa tambahan, sebagaimana riwayat berikut :
Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, katanya., bapakku. menceritakan kepada kami dari Nafi' bin Umar, dari Amru bin Dinar, dari Ibnu Abbas, bahwa ia membaca : ويذرك وإلاهتك ia. berkata, menyembah Mu, dan mengatakan, bahwa Dia. disembah dan. bukan menyembah.
Sufyan menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Uyainah menceritakan kepada kami dari Amru bin Dinar, dari Muhammad bin Amru bin Al Hasan, dari Ibnu Abbas : ويذرك وإلاهتك ia berkata, hal itu karena Fir'aun disembah dan tidak menyembah.
Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain bin Daud menceritakan. kepada kami, katanya, Hajjaj memberitahukan kepadaku dari Ibnu Juraij dari Mujahid, ia membaca : ويذرك وإلاهتك dan katanya, menyembah Mu.
Dan tidak diragukan lagi bahwa kata الإلاهة sesuai penafsiran Ibnu Abbas dan Mujahid adalah kata sifat dari akar kata أله yang berarti menyembah, dari perkataan orang : أله اللّه قلان إلاهة seperti ucapan orang : عبد اللّإلاهة..
Jika ia berkata, kalau orang yang menyembah Allah bisa dikatakan : ألهة sesuai penakwilan Ibnu Abbas dan Mujahid, lalu apa yang harus dikatakan jika seseorang hendak memberitahukan bahwa Allah telah mewajibkan hal itu atas hamba Nya? Jawabannya : Tidak ada riwayat yang kami dapatkan, melainkan harus mengqiyaskan hadits yang ada dan Rasulullah SAW, yaitu :
Ismail bin Fadhl menceritakan kepada kami, katanya, Ibrahim bin ‘Ala’ menceritakan kepada kami, katanya., Ismail bin Ayyasy menceritakan kepada kami dari Ismail bin Yahya, dari Ibnu Abi Mulaikah, dari orang yang menceritakm kepadanya, dan Ibnu Mas'ud dan Mis'ar bin Kidam dari Athiyah Al Aufi , dari Abu Sa'id, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Isa bin Maryam diserahkan oleh ibunya kepada seorang guru agar mengajarinya, lalu sang guru berkata kepadanya, tulislah Allah, maka Isa berkata kepadanya, apakah engkau tahu apa itu Allah? Allah adalah Tuhan segala tuhan.”
Jadi, lafazh اللَّهِ berasal dari perkataan orang Arab : الإله, dimana huruf hamzah dibuang, dan huruf lam yang asli bertemu dengan huruf lam tambahan, lalu keduanya melebur menjadi satu. Dan jadilah lafazh اللَّهِ. Jika ia berkata lagi, "Bagaimana hal itu dapat dibenarkan, sementara lafadznya berbeda.?" Jawabannya : Sebagaimana hal itu dibenarkan dalam firman Allah لَكِنَّا هُوَ اللّه رَبِّي وَلاَ أُشْرِكُ بِربِّي أَحَدًا yang asalnya adalah : لَكِن أنا هوَ اللّه رَبِّي وَلاَ أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحًَا seperti ucapan seorang penyair :
وَتَرْمِيْنَنِى بِالطًرفِ أَى أَنْتَ مُذْنِبُ , وَتقلينَنِى لكتِ إِيَّاكَلاَ أقلى
"Engkau menuduhku : kamu berdusta, dan membenciku tetapi aku tidak membencimu '
**dari berbagai sumber.
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Similar topics
» Asal Kata Allah,arti dan makna
» tanggapan terkait judul trit "Asal Kata Allah,arti dan makna"
» ANDAIKAN KAUM KRISTEN TAK PAKAI KATA “ALLAH”
» boleh tidak kristen/non muslim gunakan kata "Allah" ?
» AHMADIYAH QADIAN
» tanggapan terkait judul trit "Asal Kata Allah,arti dan makna"
» ANDAIKAN KAUM KRISTEN TAK PAKAI KATA “ALLAH”
» boleh tidak kristen/non muslim gunakan kata "Allah" ?
» AHMADIYAH QADIAN
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik