EFEKTIFKAH MENURUNKAN PEMAIN LAPIS KEDUA SAAT POSISI SUDAH AMAN?

ADA SUATU PERMASALAHAN DALAM OTAK SAYA. YAITU KEKALAHAN TIMNAS INDONESIA ATAS MALAYSIA.

TAPI SEBELUMNYA, MARILAH KITA SIKAPI KEKALAHAN INI DENGAN BESAR HATI. MALAYSIA ADALAH JUGA SAUDARA SEIMAN KITA. OLAHRAGA YA OLAHRAGA. DI LUAR ITU KITA JUGA TETAP BERSAHABAT DENGAN MALAYSIA. SEMOGA KITA BISA MEMILAH-MILAH DAN FOKUS KITA.

ADANYA KEKALAHAN DAN KEKURANGAN SEHARUSNYA MEMACU KITA UNTUK LEBIH MENGERAHKAN TENAGA DENGAN LEBIH OPTIMAL LAGI DALAM BERPRESTASI KARENA MANFAATNYA TOH JUSTRU AKAN KEMBALI KEPADA KITA SENDIRI.

OK. LANJUT.

PERMASALAHANNYA BEGINI. PELATIH RAHMAD DARMAWAN JUSTRU MENGISTIRAHATKAN "THE WINNING TEAM" DI PERTANDINGAN KEEMPAT DALAM BABAK PENYISIHAN. SEGUDANG ALASAN BOLEH DIUNGKAPKAN.

TAPI YANG ANEH JUSTRU TARGET YANG DICANANGKAN ADALAH MENJADI JUARA GRUP DAN MENGHINDARI BERTEMU DENGAN VIETNAM. LOGIKA INI SANGAT TIDAK SINKRON. INGIN BERPRESTASI MAKSIMAL TAPI TIDAK DENGAN KEKUATAN MAKSIMAL. DAN INI MENYALAHI SUNATULLAH MENURUT SAYA.

SEBAIKNYA TERUS TERANG SAJA, KLO TIDAK MENARGETKAN JADI JUARA GRUP KARENA INGIN MENGHEMAT TENAGA. INI JAUH LEBIH FAIR DARIPADA "MENYOMBONGKAN DIRI" DENGAN "MEREMEHKAN" MALAYSIA.

KEKALAHAN DI PENYISIHAN "DENGAN CARA MEREMEHKAN" [LAWAN] PADA SAAT KITA DI PUNCAK JUSTRU AKAN MENJADI BUMERANG SEPERTI MISAL JATUHNYA MENTAL PEMAIN INDONESIA DAN BERLANJUTNYA "KESIALAN" INI.

KLO NGGAK SALAH, TIM BRAZIL JUGA PERNAH MENGALAMINYA, MENTANG-MENTANG SUDAH MENANG 3 KALI, DI PERTANDINGAN KE-4 PENYISIHAN JUSTRU MENURUNKAN PEMAIN LAPIS DUA. MEREKA AKHIRNYA KALAH DAN MAJU KE BABAK PERDELAPAN FINAL DENGAN "MENTAL SAKIT", YANG BERAKHIR KALAH LAGI DI BABAK PEREMPAT FINAL ATAU FINAL KALA ITU.

MUNGKIN YANG JADI PERSOALAN ADALAH DENGAN MENYIMPAN SEJUMLAH PEMAIN DENGAN KARTU KUNING, MAKA PEMAIN TSB DAPAT DIMAINKAN LAGI PADA BABAK PENENTUAN.

CUMAN MASALAHNYA, APA YA BENAR DALAM BABAK PENYISIHAN PEMAIN TSB DAPAT KARTU LAGI? ATAU APA BENAR DALAM BABAK SEMIFINAL INDONESIA BAKAL MENANG DARI LAWANNYA MESKI PEMAIN YANG DISIMPAN TADI SUDAH DITURUNKAN?

DAFTAR PERTANYAANNYA MASIH BISA SANGAT PANJANG. SEPERTI MISAL, BELUM TENTU PEMAIN YANG DISIMPAN TADI BISA MAIN LAGI DI SEMIFINAL KARENA CEDERA MISALNYA DALAM H-1. ATAU BELUM TENTU DALAM PERTANDINGAN SEMIFINAL PERMAIN YANG DISIMPAN TADI TIDAK MENDAPAT KARTU LAGI ATAU MALAH BERMAIN BURUK.

HEMAT SAYA, TAMPILKAN KEKUATAN TERBAIK DALAM SETIAP PERTANDINGAN KARENA KITA TIDAK DAPAT MEMPREDIKSI MASA DEPAN. SOALPUN NANTI KALAH, GAK MASALAH, KARENA KITA DAH MAKSIMAL DAN MEMANG KEMAMPUAN KITA MASIH SEBATAS ITU. TAPI KITA KALAH DENGAN TERHORMAT.

MONGO KOMENTARNYA?

Saya kurang mengetahui bahwa RD juga menargetkan untuk menjadi juara Group selain tujuan utamanya mendapatkan medali emas, tapi saya rasa itu semua sudah merupakan strategi yang sudah dipikirkan matang2...
dan sepertinya, dari yg saya lihat Timnas masih lebih plong bermain disaat ketemu Malaysia di final ketimbang pada saat penentuan Juara Group...
itu menurut saya ya...

ini ada cuplikan berita yg saya copas dari gilabola.com

PSSI akan lapor wasit Minoru ke FIFA
Kemarin, 15:04

PSSI berecana melaporkan wasit Tojo Minoru ke FIFA dan AFC karena dianggap membuat beberapa keputusan aneh saat memimpin pertandingan final sepak bola SEA Games Indonesia versus Malaysia, Senin (12/11).

Ketua Umum PSSI Djohar Arifin kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/11) malam, mengatakan ada tiga keputusan wasit asal Jepang itu yang merugikan Indonesia di laga tersebut, yakni penganuliran dua gol dan hand ball pemain lawan yang tak dihukum penalti.

"Ada yang aneh atas kepemimpinan wasit. Ada dua gol kita yang dianulir. Malaysia juga melakukan hand ball di kotak penalti," kata Djohar.

Dua gol yang dimaksud Djohar adalah gol Titus Bonai pada menit ke 17 dan gol Ferdinand Sinaga pada babak tambahan waktu. Kedua gol tersebut dianulir karena berbau off-side.

Djohar menjelaskan laporan ke FIFA dan AFC tersebut tidak dimaksudkan untuk mencari-cari alasan atas kekalahan Indonesia, melainkan bertujuan untuk memperbaiki kinerja wasit dalam menegakkan fair play di lapangan.