ADALATUS SHAHABAH
Halaman 1 dari 1 • Share
ADALATUS SHAHABAH
Pada tulisan ini saya akan mengajak anda berpikir dengan jernih mengenai permasalahan ‘ADALATUS SHAHABAH (Keadilan para sahabat) ini sehingga anda pun bisa mengerti jalan pemikiran saya dan juga bisa membangkitkan adrenalin anda untuk mau berpikir kritis tentang doktrin-doktrin yang ditanamkan dikepala kita selama ini sehingga tidak jarang menimbulkan pengkultusan individu terhapad hal-hal maupun orang-orang tertentu, baik kita sadari atau tidak.
Sebelumnya saya tegaskan bahwasanya saya tidak memihak, anda boleh menyebut saya seorang syiah, anda pun boleh menyebut saya seorang muktazilah, anda boleh juga menyebut saya sunni tetapi buat saya pribadi penyebutan seperti itu tidak penting, yang saya pahami, Islam adalah Islam, tidak ada madzhab dalam Islam. Madzhab adalah cara pandang terhadap sesuatu yang akhirnya menjadi thariqah untuk pengamalannya. Adalah bisa dimengerti dan dipahami selama itu tidak menjerumuskan pada tingkat saling pengkafiran apalagi saling bunuh. Jika terhadap orang kafir saja kita dilarang berbuat zalim, apakah lagi kepada sesama muslim.
‘ADALATUS SHAHABAH artinya sifat keadilan sahabat, beberapa ulama hadis mempersempit makna ini menjadi kebersihan semua shahabat dan keterbebasan mereka dari perbuatan salah, mulai dari tindakan hingga pada ucapannya. Penyempitan defenisi ini akhirnya menimbulkan tindakan taklid berlebihan terhadap diri para sahabat Nabi, semua kajian keagamaan akhirnya seringkali tidak obyektif dan manakala ada pihak yang mencoba melakukan kritik terhadap para sahabat maka orang itu beramai-ramai langsung dicap kafir, sesat, munafik, sok mulia dan sebagainya. Akhirnya terjadilah jurang didunia Islam secara berabad-abad antara kaum ahlussunah yang berkesan mendewakan sahabat dengan kaum Syiah yang berkesan banyak memunafikkan sahabat dan malah ada yang ekstrim sampai mengkafirkannya.
Ada banyak hal yang menggelitik hati kita apabila melihat fakta sejarah yang berlaku dan melibatkan para sahabat.
Apakah sikap para sahabat yang berebut kekuasaan, para sahabat yang haus kekuasaan, para sahabat yang memenggal kepala cucu Nabi tercinta, para sahabat yang terlibat konflik berdarah sesamanya, para sahabat yang memaki-maki keturunan Nabi … tetap disebut bersifat ‘adalah (adil, bersih) ?Apa benar membunuh sesama saudaranya seiman disebut sebagai tindakan ikhtilafiah ? Saya kok tidak yakin Allah dan Rasul-Nya meridhoi perbuatan-perbuatan para sahabat.
Anda bacalah al-Qur’an, anda bacalah sirah Nabawiah … anda analisa dan renungkan kebenaran dari apa yang saya katakan ini. Beberapa argumentatif yang diajukan seputar diri para sahabat, misalnya :
Jadi disini tidak hanya berhubungan dengan sahabat saja, saat Allah menyebut umat terbaik, maka maksudnya disini adalah umat Islam, dan jika sudah berbicara masalah umat Islam maka berarti berbicara mengenai orang banyak, terlepas dari rentang ruang dan waktu. Baik dahulu sekarang maupun umat Islam yang akan datang.
Praktis, penerapan hukum terhadap umat adalah sama, tidak ada kecuali. Jika salah ya salah. munafik ya munafik.
Argumentasi lainnya :
Lihat juga [Q.S. Ali Imron 153], tentang kejadian perang Uhud, dimana sebagian sahabat lari meninggalkan Rasul Saw, Ini sikap para sahabat dimasa hidupnya Rasul… dan ini bukan kata perawi, tetapi kata sejarah yang terekam dalam kitab-kitab tafsir, tarikh bahkan al-Qur’an sendiri. Sepeninggal Nabi sikap para sahabatnya pun perlu dikaji lebih obyektif.
Dihari wafatnya Rasul misalnya, belum lagi jenazahnya dikubur, sejumlah sahabat malah ribut dan saling merasa lebih unggul satu dengan yang lain sehingga menurutnya jabatan Khalifah harus berada ditangan mereka, jika Abu Bakar dan Umar tidak datang bukan tidak mungkin akan terjadi konflik berdarah saat itu. Dan masih banyak lagi bukti2 sejarah tentang perilaku para sahabat yang nanti akan saya tambahkan lagi.
Demikian kiranya sedikit pemahaman saya terhadap sifat ‘adalah para sahabat Nabi, bahwa benar mereka orang-orang yang bertemu, berbicara dan mendampingi hidup Nabi namun mereka tetap bisa salah, mereka tetap bisa bertindak bertentangan dengan ajaran Islam meski sekecil apapun itu … sebab mereka juga adalah manusia biasa. Allah dan rasul-Nya suka mencela orang-orang yang zhalim, tetapi sebagian besar umat Islam tidak suka apabila orang tersebut dari ‘sahabat’ Rasul. Seakan-akan menganggap mereka semua suci dan jauh dari murka dan benci Allah dan rasul-Nya.
Apakah Allah akan meridhai kita apabila kita percaya buta kepada para sahabat termasuk mereka-mereka yang mencaci maki Ahlul bait dan keturunan Rasul Allah saw ? Jika memang misalnya harus memilih … sekali lagi ini umpamanya : antara berpihak pada sahabat atau kepada keluarga Nabi, tanpa ragu saya akan memilih berpihak pada yang kedua, setidaknya dari hasil kajian saya selama ini jarang dan malah nyaris tidak ada celah-celah kemunafikan dari sisi para Ahli Bait Nabi (disini saya tidak memasukkan sebagian pengikut mereka yang banyak bertindak berlebih-lebihan seperti kalangan Islam Syiah). Setidaknya juga antara ucapan sholawat saya dengan sikap saya tidak bertentangan.
Bacalah lebih banyak, pelajarilah lebih obyektif dan tinggalkan prasangka, analisa dengan bijak. Maaf apabila saya menyakiti anda para pengagum semua sahabat Rasul Allah, tujuan saya menulis semua ini hanya untuk mengajak anda untuk mempelajari sejarah secara obyektif. Tidak untuk menjatuhkan ataupun memaki-maki mereka, setidaknya kita tahu sejarah yang sesungguhnya terjadi. Kita hormati semua sahabat, namun bagaimanapun kita harus tetap meletakkan rasa hormat itu dibawah ketentuan kitab suci, meletakkannya pada posisi yang memang seharusnya.
Demikian, semoga membantu memberikan pencerahan. Mari menjadi orang-orang yang dirindu oleh Rasul.
Sebelumnya saya tegaskan bahwasanya saya tidak memihak, anda boleh menyebut saya seorang syiah, anda pun boleh menyebut saya seorang muktazilah, anda boleh juga menyebut saya sunni tetapi buat saya pribadi penyebutan seperti itu tidak penting, yang saya pahami, Islam adalah Islam, tidak ada madzhab dalam Islam. Madzhab adalah cara pandang terhadap sesuatu yang akhirnya menjadi thariqah untuk pengamalannya. Adalah bisa dimengerti dan dipahami selama itu tidak menjerumuskan pada tingkat saling pengkafiran apalagi saling bunuh. Jika terhadap orang kafir saja kita dilarang berbuat zalim, apakah lagi kepada sesama muslim.
‘ADALATUS SHAHABAH artinya sifat keadilan sahabat, beberapa ulama hadis mempersempit makna ini menjadi kebersihan semua shahabat dan keterbebasan mereka dari perbuatan salah, mulai dari tindakan hingga pada ucapannya. Penyempitan defenisi ini akhirnya menimbulkan tindakan taklid berlebihan terhadap diri para sahabat Nabi, semua kajian keagamaan akhirnya seringkali tidak obyektif dan manakala ada pihak yang mencoba melakukan kritik terhadap para sahabat maka orang itu beramai-ramai langsung dicap kafir, sesat, munafik, sok mulia dan sebagainya. Akhirnya terjadilah jurang didunia Islam secara berabad-abad antara kaum ahlussunah yang berkesan mendewakan sahabat dengan kaum Syiah yang berkesan banyak memunafikkan sahabat dan malah ada yang ekstrim sampai mengkafirkannya.
Ada banyak hal yang menggelitik hati kita apabila melihat fakta sejarah yang berlaku dan melibatkan para sahabat.
Apakah sikap para sahabat yang berebut kekuasaan, para sahabat yang haus kekuasaan, para sahabat yang memenggal kepala cucu Nabi tercinta, para sahabat yang terlibat konflik berdarah sesamanya, para sahabat yang memaki-maki keturunan Nabi … tetap disebut bersifat ‘adalah (adil, bersih) ?Apa benar membunuh sesama saudaranya seiman disebut sebagai tindakan ikhtilafiah ? Saya kok tidak yakin Allah dan Rasul-Nya meridhoi perbuatan-perbuatan para sahabat.
Anda bacalah al-Qur’an, anda bacalah sirah Nabawiah … anda analisa dan renungkan kebenaran dari apa yang saya katakan ini. Beberapa argumentatif yang diajukan seputar diri para sahabat, misalnya :
Padahal kata umat diayat-ayat tersebut merujuk pada kaum secara umum.“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan kalian beriman kepada Allah”. (Ali-Imran : 110)
“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kalian umat yang adil dan pilihan”. (Al-Baqarah : 143)
Jadi disini tidak hanya berhubungan dengan sahabat saja, saat Allah menyebut umat terbaik, maka maksudnya disini adalah umat Islam, dan jika sudah berbicara masalah umat Islam maka berarti berbicara mengenai orang banyak, terlepas dari rentang ruang dan waktu. Baik dahulu sekarang maupun umat Islam yang akan datang.
Praktis, penerapan hukum terhadap umat adalah sama, tidak ada kecuali. Jika salah ya salah. munafik ya munafik.
Argumentasi lainnya :
Ayat diatas memang menyebutkan keridhoan Allah atas sahabat, tetapi jangan dipenggal sampai disana. Sebab maksud dari ayat tersebut adalah para sahabat yang mula-mula percaya kepada dakwah Rasulullah SAW, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar serta mereka-mereka yang mengikutinya secara baik. Jadi janji Allah ini tidak berlaku untuk mereka yang berbuat dzalim. Sama seperti saat Allah menjawab doa Nabi Ibrahim as :Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalirkan sungai-sungai didalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah : 100)
Allah berfirman:”Janji-Ku tidak mengenai orang yang zalim”. -Qs. 2 al-Baqarah: 124
Lihat juga [Q.S. Ali Imron 153], tentang kejadian perang Uhud, dimana sebagian sahabat lari meninggalkan Rasul Saw, Ini sikap para sahabat dimasa hidupnya Rasul… dan ini bukan kata perawi, tetapi kata sejarah yang terekam dalam kitab-kitab tafsir, tarikh bahkan al-Qur’an sendiri. Sepeninggal Nabi sikap para sahabatnya pun perlu dikaji lebih obyektif.
Dihari wafatnya Rasul misalnya, belum lagi jenazahnya dikubur, sejumlah sahabat malah ribut dan saling merasa lebih unggul satu dengan yang lain sehingga menurutnya jabatan Khalifah harus berada ditangan mereka, jika Abu Bakar dan Umar tidak datang bukan tidak mungkin akan terjadi konflik berdarah saat itu. Dan masih banyak lagi bukti2 sejarah tentang perilaku para sahabat yang nanti akan saya tambahkan lagi.
Demikian kiranya sedikit pemahaman saya terhadap sifat ‘adalah para sahabat Nabi, bahwa benar mereka orang-orang yang bertemu, berbicara dan mendampingi hidup Nabi namun mereka tetap bisa salah, mereka tetap bisa bertindak bertentangan dengan ajaran Islam meski sekecil apapun itu … sebab mereka juga adalah manusia biasa. Allah dan rasul-Nya suka mencela orang-orang yang zhalim, tetapi sebagian besar umat Islam tidak suka apabila orang tersebut dari ‘sahabat’ Rasul. Seakan-akan menganggap mereka semua suci dan jauh dari murka dan benci Allah dan rasul-Nya.
Apakah Allah akan meridhai kita apabila kita percaya buta kepada para sahabat termasuk mereka-mereka yang mencaci maki Ahlul bait dan keturunan Rasul Allah saw ? Jika memang misalnya harus memilih … sekali lagi ini umpamanya : antara berpihak pada sahabat atau kepada keluarga Nabi, tanpa ragu saya akan memilih berpihak pada yang kedua, setidaknya dari hasil kajian saya selama ini jarang dan malah nyaris tidak ada celah-celah kemunafikan dari sisi para Ahli Bait Nabi (disini saya tidak memasukkan sebagian pengikut mereka yang banyak bertindak berlebih-lebihan seperti kalangan Islam Syiah). Setidaknya juga antara ucapan sholawat saya dengan sikap saya tidak bertentangan.
Bacalah lebih banyak, pelajarilah lebih obyektif dan tinggalkan prasangka, analisa dengan bijak. Maaf apabila saya menyakiti anda para pengagum semua sahabat Rasul Allah, tujuan saya menulis semua ini hanya untuk mengajak anda untuk mempelajari sejarah secara obyektif. Tidak untuk menjatuhkan ataupun memaki-maki mereka, setidaknya kita tahu sejarah yang sesungguhnya terjadi. Kita hormati semua sahabat, namun bagaimanapun kita harus tetap meletakkan rasa hormat itu dibawah ketentuan kitab suci, meletakkannya pada posisi yang memang seharusnya.
Demikian, semoga membantu memberikan pencerahan. Mari menjadi orang-orang yang dirindu oleh Rasul.
kloningan- PRAJURIT
-
Posts : 13
Location : palembang
Join date : 01.09.12
Reputation : 0
Re: ADALATUS SHAHABAH
Kebanyakan pendapat pribadinya nih pak kloningan...kita disuruh baca sirah nabawiyah, tapi postingannya malah ga ada kutipannya *sama sekali**
Sahabat nabi adalah seorang manusia biasa, yang pasti membuat kesalahan, kealpaan, dsb..dan karna hal itu pastilah ada kesalahan-2 yang tercatat dalam sejarah baik dalam naskah hadis maupun catatan2 lainya, setelah adalanya kesalahan2 yang tercatat, lantas apa pantas kita lalu menganggap sahabat itu tidak pantas kita jadikan petunjuk dari syariat2 islam yang diajarkan Nabi saw melalui mereka..?
Kesalahan seperti apa yang mereka perbuat sehingga kita berfikir mereka tidak pantas kita jadikan panutan..??
Sering kali kita menjadikan orang tua kita panutan dalam berbagai hal, sebagai inspirasi, sebagai tempat kita bertanya pendapat, dsb..apa penting kita mengingat kesalahan2nya..??keslahan2 yang tidak ada hubungannya dengan niat baiknya kepada kita anaknya...
Kalau bukan mereka lalu siapa lagi yang lebih pantas mengajarkan..??siapa yang lebih baik dari mereka yang sudah dianggap sahabat oleh Nabi saw...???apakah para syekh yang membuat tafsir sendiri setelah mereka mencaci para sahabat..??atau paling tidak membuat tafsir tanpa memandang sahabat sedikitpun..??apakah para syekh itu lebih baik dari sahabat..??apakah rasulullah saw melakukan kesalahan dengan bershabat dengan orang2 yang sudah dianggapnya pantas..??
Jadi pertanyaannya siapa yang lebih baik dari kalangan sahabat setelah kepergian rasulullah saw..??lalu kitab apalagi yang harus jadi pegangan umat yang tidak percaya kepada mereka...???
Hati-2 brader...??jangan jadikan pemikiran kecil ini sebagai cikal bakal kerusakan akidah anda....
Apa yang saya yakini adalah para sahabat sekuat tenaga menjaga ajaran Islam setelah kepergian rasulullah saw, dan tidak mungkin rasulullah saw salah menilai orang dalam kurun waktu yang lama ketika ia bersahabat pada sahabat2nya....
Kesalahan2 yang terdapat dalam diri sahabat teidak lebih dari sekedar kesalahan kecil yang tidak menyentuh akidah Islam, kesalahan akibat kemanusian mereka...
Mengenai sahabat pada perang Uhud..??sahabat siapa yang anda maksud pak....yang lari pada perang uhud hanya sepertiga dari pasukan muslim, sisanya 2/3 atau sekitar 700 orang masih ikut berperang bersama nabi saw...apa mereka juga mau anda sebut munafik...??
Buanyak sekali pertanyaan untuk bung klonongan...tapi untuk apa dilanjutkan kalau bung kloningan Cuma seperti orang yang lempar batu sembunyi tangan...
Oiya siapa bilang islam tidak bermahzab..?mazhab dalam skala apa..??mazhab*aliran** apa yang anda maksud...??ada mazhab yang masih dalam naungan sunni(sunni juga mazhab dalam skala tertentu) lalu ada mazhab syiah, ahmadiyah, dsb...diantara mazhab2 itu ada yang berbeda akidahnya....
Ditunggu bung klon...
salam kenal saya yg nubie untuk anda..
Sahabat nabi adalah seorang manusia biasa, yang pasti membuat kesalahan, kealpaan, dsb..dan karna hal itu pastilah ada kesalahan-2 yang tercatat dalam sejarah baik dalam naskah hadis maupun catatan2 lainya, setelah adalanya kesalahan2 yang tercatat, lantas apa pantas kita lalu menganggap sahabat itu tidak pantas kita jadikan petunjuk dari syariat2 islam yang diajarkan Nabi saw melalui mereka..?
Kesalahan seperti apa yang mereka perbuat sehingga kita berfikir mereka tidak pantas kita jadikan panutan..??
Sering kali kita menjadikan orang tua kita panutan dalam berbagai hal, sebagai inspirasi, sebagai tempat kita bertanya pendapat, dsb..apa penting kita mengingat kesalahan2nya..??keslahan2 yang tidak ada hubungannya dengan niat baiknya kepada kita anaknya...
Kalau bukan mereka lalu siapa lagi yang lebih pantas mengajarkan..??siapa yang lebih baik dari mereka yang sudah dianggap sahabat oleh Nabi saw...???apakah para syekh yang membuat tafsir sendiri setelah mereka mencaci para sahabat..??atau paling tidak membuat tafsir tanpa memandang sahabat sedikitpun..??apakah para syekh itu lebih baik dari sahabat..??apakah rasulullah saw melakukan kesalahan dengan bershabat dengan orang2 yang sudah dianggapnya pantas..??
Jadi pertanyaannya siapa yang lebih baik dari kalangan sahabat setelah kepergian rasulullah saw..??lalu kitab apalagi yang harus jadi pegangan umat yang tidak percaya kepada mereka...???
Hati-2 brader...??jangan jadikan pemikiran kecil ini sebagai cikal bakal kerusakan akidah anda....
Apa yang saya yakini adalah para sahabat sekuat tenaga menjaga ajaran Islam setelah kepergian rasulullah saw, dan tidak mungkin rasulullah saw salah menilai orang dalam kurun waktu yang lama ketika ia bersahabat pada sahabat2nya....
Kesalahan2 yang terdapat dalam diri sahabat teidak lebih dari sekedar kesalahan kecil yang tidak menyentuh akidah Islam, kesalahan akibat kemanusian mereka...
Mengenai sahabat pada perang Uhud..??sahabat siapa yang anda maksud pak....yang lari pada perang uhud hanya sepertiga dari pasukan muslim, sisanya 2/3 atau sekitar 700 orang masih ikut berperang bersama nabi saw...apa mereka juga mau anda sebut munafik...??
Buanyak sekali pertanyaan untuk bung klonongan...tapi untuk apa dilanjutkan kalau bung kloningan Cuma seperti orang yang lempar batu sembunyi tangan...
Oiya siapa bilang islam tidak bermahzab..?mazhab dalam skala apa..??mazhab*aliran** apa yang anda maksud...??ada mazhab yang masih dalam naungan sunni(sunni juga mazhab dalam skala tertentu) lalu ada mazhab syiah, ahmadiyah, dsb...diantara mazhab2 itu ada yang berbeda akidahnya....
Ditunggu bung klon...
salam kenal saya yg nubie untuk anda..
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: ADALATUS SHAHABAH
Kita hormati semua sahabat, namun bagaimanapun kita harus tetap meletakkan rasa hormat itu dibawah ketentuan kitab suci, meletakkannya pada posisi yang memang seharusnya.
Rasulullah Saw maksum, sesuai dengan ayat-ayat al-Qur'an (yang beberapa diantaranya sudah saya singgung sebelum ini ) adalah dalam artian bahwa beliau Saw tetap manusia biasa seperti kita adanya, hanya saja, setiap kali beliau melakukan kesalahan tertentu, saat itu juga beliau mendapat teguran dan menyadari kekeliruannya itu (beda dengan kita).,
Sehingga maksum disini bukan dalam pengertian benar-benar bebas dari salah seolah beliau bukan lagi pada tingkatan makhluk atau manusia.
Tentang sahabat, merekapun sama, dan saya sudah memberikan argumentatif saya atas pendapat keterbebasan mereka dari semua salah tanpa terkecuali. Tidak ada alasan menyatakan bahwa sikap sejumlah sahabat yang ikut menumpahkan darah sesamanya, dalam perang shiffin antara Muawiyah dan Ali, perang Jamal antara Aisyah yang dibantu oleh Thalhah dan Zubair melawan Imam Ali termasuk memaki-maki ahli bait nabi dimasa dinasti Bani Umayyah dan tragedi pememenggalan kepala cucu beliau (Imam Husien) oleh orang-orang yang disebut sebagai sahabat Nabi adalah tindakan ijtihad yang diganjari pahala !!!! Ini lelucon paling menggelikan diseluruh alam raya, semoga laknat tertimpa pada mereka.
Rasulullah Saw maksum, sesuai dengan ayat-ayat al-Qur'an (yang beberapa diantaranya sudah saya singgung sebelum ini ) adalah dalam artian bahwa beliau Saw tetap manusia biasa seperti kita adanya, hanya saja, setiap kali beliau melakukan kesalahan tertentu, saat itu juga beliau mendapat teguran dan menyadari kekeliruannya itu (beda dengan kita).,
Sehingga maksum disini bukan dalam pengertian benar-benar bebas dari salah seolah beliau bukan lagi pada tingkatan makhluk atau manusia.
Tentang sahabat, merekapun sama, dan saya sudah memberikan argumentatif saya atas pendapat keterbebasan mereka dari semua salah tanpa terkecuali. Tidak ada alasan menyatakan bahwa sikap sejumlah sahabat yang ikut menumpahkan darah sesamanya, dalam perang shiffin antara Muawiyah dan Ali, perang Jamal antara Aisyah yang dibantu oleh Thalhah dan Zubair melawan Imam Ali termasuk memaki-maki ahli bait nabi dimasa dinasti Bani Umayyah dan tragedi pememenggalan kepala cucu beliau (Imam Husien) oleh orang-orang yang disebut sebagai sahabat Nabi adalah tindakan ijtihad yang diganjari pahala !!!! Ini lelucon paling menggelikan diseluruh alam raya, semoga laknat tertimpa pada mereka.
kloningan- PRAJURIT
-
Posts : 13
Location : palembang
Join date : 01.09.12
Reputation : 0
Re: ADALATUS SHAHABAH
kloningan wrote:Kita hormati semua sahabat, namun bagaimanapun kita harus tetap meletakkan rasa hormat itu dibawah ketentuan kitab suci, meletakkannya pada posisi yang memang seharusnya.
Tentang sahabat, merekapun sama, dan saya sudah memberikan argumentatif saya atas pendapat keterbebasan mereka dari semua salah tanpa terkecuali. Tidak ada alasan menyatakan bahwa sikap sejumlah sahabat yang ikut menumpahkan darah sesamanya, dalam perang shiffin antara Muawiyah dan Ali, perang Jamal antara Aisyah yang dibantu oleh Thalhah dan Zubair melawan Imam Ali termasuk memaki-maki ahli bait nabi dimasa dinasti Bani Umayyah dan tragedi pememenggalan kepala cucu beliau (Imam Husien) oleh orang-orang yang disebut sebagai sahabat Nabi adalah tindakan ijtihad yang diganjari pahala !!!! Ini lelucon paling menggelikan diseluruh alam raya, semoga laknat tertimpa pada mereka.
mereka siapa..??sahabat siapa..?sebut dong om...jangan malu2 ....sampeyan mau melaknat siapa..??aisyah..??ali..??Muawiyah..??
bung kloningan nda pernah bawa2 sumber2 kuat dalam menilai sahabat dari awal...benar apa benar...maen laknat ajah...
bung kloningan menyebut diri sendiri islam tapi melaknat sahabat....islam mana yang melaknat sahabat..??syiah..?khawarij..??dll..??masih pantas menyebut diri sebagai islam....mengkafirkan sesama aja bisa berisiko melakukan kesalahan, nah ini malah melaknat sahabat...tanpa dasar kuat pula...
Diantara prinsip dasar"yang mulia dijelaskan oleh ulama salaf dan yang diikuti oleh para imam yang datang sesudah mereka serta yang dipegang oleh seluruh Ahlus Sunnah adalah:
Menahan lisan (tidak ikut campur) tentang perselisihan yang terjadi antara sahabat ...
Dan Umar bin Abdul Bin Abdul Aziz tatkala beliau ditanya tentang Ali dan Utsman dalam perang shiffin dan apa yang terjadi antara mereka, beliau menjawab, “darah yang Allah selamatkan (bersihka) tanganku dari ikut campur di dalamnya, maka aku tidak suka mengikutsertakan lisanku dalam kejadian tersebut.'[dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Aththabaqaat (5/307) dan lihat As-Sunnah, Al-Khallal (1/62).
Imam Ahmad ditanya: bagaimana pendapatmu tentang perselisihan yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyah?”beliau menjawab, "Tiada yang bisa saya katakan dalam hal itu kecuali yang terbaik.""
Imam Abul Hasan al-Asy'ari berkata, "Adapun yang terjadi antara Ali dan Az-Zubair bersama A'isyah hanya berdasarkan ta'wil dan ijtihad, Ali adalah seorang imam dan semua mereka adalah ahlul ijtihad (orang yang berhak berijtihad) dan semuanya telah disaksikan (dijamin) oleh Rasulullah : masuk surga, maka ini menjelaskan bahwasanya mereka semuanya benar dalam ijtihad tersebut.
Begitu juga yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah berdasarkan ta’wil dan ijtihad, dan seluruh sahabat adalah para imam yang terpercaya (jujur) tidak diragukan agama mereka, karena Allah dan Rasul-Nya telah memuji mereka secara keseluruhan, dan memerintahkan kita untuk menghormati, mereka, memuliakan dan mencintai mereka dan berlepas diri dari setiap orang yang mencela salah seorang dari mereka.”[ AI-lbanah 'an Ushul ad-Diyanah (hal: 224, 225).]
Dan Imam Al-Muzani —tatkala menjelaskan aqidah Ahlus Sunnah tentang sahabat- beliau berkata, "Disampaikan keutamaan mereka serta disebutkan dengan amalan-amalan mereka yang baik, dan kita menahan (lisan) dari ikut campur dalam perselisihan yang terjadi antara mereka, karena mereka adalah manusia yang terbaik sesudah Nabi mereka, Allah telah meridhai mereka sebagai (sahabat) Nabi-Nya, serta menciptakan mereka sebagai penolong/pejuang agama-Nya, mereka adalah para imam dalam agama ini dan para ulama kaum muslimin [Syarhus Sunnah (hal: 86).]
Imam Al-Barbahari berkata, "Apabila kamu melihat seseorang mencela salah seorang sahabat Nabi maka ketahuilah bahwa is adalah orang yang memiliki perkataan jelek dan (pengikut) haws nafsu, berdasarkan sabda Rasulullah :
"Apabila disebut para sahabatku maka tahanlah (lisan)
kalian."*1*
Catatan tambahan :
*1* Dikeluarkan oleh Ath-Thabraani dalam "AI-Kabiir" dari hadits Abdullah bin Masiud (10/198) (no. 448) dan Abu Nu'aim dalam "Ai-Hilyah" (4/108) Dan dihukumi oleh Allamah Al-Albani sebagai hadits shahihdengan kumpulan Thuruq-nya dalam As-Silsilah as-Shohihah (no34).
Jangalah kamu membicarakan sedikitpun tentang kesalahan dan peperangan mereka dan apa yang tidak kamu ketahui tentangnya, dan janganlah kamu dengarkan seseorang membicarakan hal itu, karena (tidak ada jaminan) hatimu akan bisa selamat tatkala mendengarnya.[ Syarhus Sunnah (ha1:115).]
Imam Ibnu Baththah dalam menjelaskan aqidah Ahlus Sunnah berkata, "Dan sesudah itu kita menahan lisan tentang perselisihan yang terjadi antara sahabat Rasulullah, mereka telah menyaksikan peperangan bersama beliau, dan orang yang lebih awal meraih kemulian, sungguh Allah telah mengampunkan (dosa) mereka dan memerintahkan kamu untuk istighfar (minta ampunan) bagi mereka serta mendekatkan diri kepada Allah dengan mencintai mereka, hal itu telah diwajibkan oleh Allah lewat lisan Nabi-Nya sedang la mengetahui apa (kesalahan) yang akan muncul dari mereka dan akan terjadi peperangan di antara mereka. [AI-Ibanah ash Shugrah (ha1:268).]
imam Abu Utsman ash-Shabuni —tatkala menjelaskan aqidah salaf- berkata: "Dan mereka menyakini (wajibnya) menahan lisan tentang perselisihan yang terjadi antara sahabat Rasulullah dan membersihkan lisan dari membicarakan sesuatu yang mengandung tudingan dan celaan tehadap mereka. Dan mereka (salaf) menyakini (wajibnya) meminta kerahmatan atas seluruh para sahabat dan mencintai mereka.[ Aqidah as-salaf wa ashhabil hadits (ha1:294)]
Imam Ibnu Abi Zaid al-Qairawaani -tatkala menjelaskan hak-hak yang wajib dilakukan terhadap pars sahabat- beliau berkata, "Tidak boleh disebut salah seorang Bari sahabat Rasulullah kecuali dengan ungkapan yang terbaik, dan (wajibnya) menahan lisan tentang perselisihan Yang terjadi antara mereka, karena mereka orang yang lebih pantas untuk dicari (diiterima) alasannya dan berbaik sangka terhadap mereka."[Muqaddimmah Ibnu abi Zaid hal. 61]
Imam Abu ‘Amr ad-Dani -tatkala menjelaskan perkataan Ahlus Sunnah dalam aqidah- beliau berkata, "Dan diantara perkataan (aqidah) mereka adalah: Mengungkapkan perkataan yang baik tentang para sahabat Nabi *yang mulia, menyebutkan keutamaan-keutamaan mereka, menebarkan kebaikan-kebaikan mereka dan menahan lisan tentang perselisihan yang terjadi antara mereke.[Ar-Risalah al-Waafiyah hal. 237]
Imam Qawamus Sunnah al-Ash Bahani berkata,"Dan apa yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah, salaf mengatakan: merupakan sunnah adalah diam (tidak ikut campur) tentang perselisihan yang terjadi antara sahabat Nabi. [Al-Hujjah fi bayanil Mahajjah 2/526]
Imam An-Nawawi tatkala mensyarah hadits, "Apabila dua orang muslim berperang dengan pedangnya (senjatanya),membunuh dan yang terbunuh (keduanya) masuk Beliau berkata, ketahuilah bahwa pertumpahan darah yang terjadi antara sahabat tidak termasuk ke dalam ancaman ini. Dan madzhab Ahlus Sunnah yang benar (dalam hal ini) adalah: berbaik sangka terhadap mereka, menahan (lisan) tentang perselisihan yang terjadi antara mereka, menta'wil peperangan mereka (kepada tujuan yang balk) karena mereka berijtihad dan menta'wil dan tidak bermaksud melakukan maksiat semata-mata menginginkan dunia, bahkan masing-masing dari mereka menyakini dialah yang benar sementara yang menyelisihinya melampaui batas (melakukan kesalahan) maka wajib diperangi agar kembali kepada perintah Allah. Sebagian mereka benar dan sebagian yang lain salah dimaafkan."[syarh Shahih Muslim 18/11]
Syikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan aqidah Ahlus Sunnah seraya berkata “dan mereka menahan lisan (tidak ikut campur) tentang perselisihan yang terjadi antara sahabat dan mengatakan tentang keburukan (kesalahan) mereka diantaranya ada yang palsu, dan diantaranya ada yang telah ditambah dan dikurangi serta diselewengkan dari yang sebenarnya, sedangkan yang shahih daripadanya mereka dalam hal tersebut mempunyai azar, baik dikarenakan mereka berijtihad dan benar (dalam Ijtihadnya) atau berijtihad dan salah (dalam ijtihadnya) [Al-aqidah al-Wasithiyah hal. 120]
Perkataan para ulama tentang permasalahan ini banyak sekali, sehingga sulit untuk dikumpulkan (secara keseluruhan), akan tetapi hal ini menunjukkan kepada ijma' Ahlus Sunnah dalam menjelaskan prinsip dasar yang mulia ini, dan barangsiapa yang berbicara tentang hal ini dan masuk ke dalamnya dengan menyebutkan sedikit dari perselisihan dan perperangan yang terjadi antara sahabat dengan maksud celaan dan penghinaan terhadap mereka, maka sungguh ia telah menyelisihi manhaj salaf dan jalan Ahlus Sunnah.
Keistimewaan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah tentang shabat adalah Ahlus Sunnah memiliki sikap wasathiyah(adil/pertengahan) di antara madzhab orang-orang yang berlebihan terhadap sebagian sahabat dan madzhab orang-orang yang meremehkan/melecehkan/melaknat hak sebagian mereka.
Sehingga Ahlus Sunnah berada di tengah-tengah di antara sekte-sekte yang saling kontradiksi dalam permasalahan ini, sebagaimana Ahlus Sunnah senantiasa bersikap pertengahan dalam setiap masalah yang menjadi perselisihan oLeh masing-masing kelompok yang saling bertentangan.
Ahlus Sunnah cinta dan wala’ terhadap para sahabat Nabi bahkan mereka senantiasa medo’akan keridhaan dan kebaikan bagi para sahabat dengan meyakini keutamaan mereka atas setiap orang yang datang sesudah mereka dari kalangan umat ini. Dan berlepas diri dari setiap orang yang sesat dalam menyikapi mereka atau mencela dan meremehkan mereka.
AhIus Sunnah senatiasa mengikuti tuntutan nash/dalil dalam menjelaskan/menentukan tingkatan kedudukan dan keutamaan para sahabat. Maka mereka meyakini bahwa sahabat yang paling mulia adalah: Abu Bakar, kemudian Umar bin Khaththab, kemudian Utsman, kemudian Ali, kemudian sesudah mereka sisa Ahlus Syuura, kemudian sisa dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga, kemudian yang ikut perang Badr dari kalangan Muhajirin, kemudian yang ikut perang Badr dari kalangan Anshar, kemudian yang hijrah sebelum fath (perjanjian Hudaibiyah) dan ikut berperang, (mereka) lebih utama dari orang yang berinfaq setelah itu dan ikut berperang.
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: ADALATUS SHAHABAH
quote
para sahabat yang memenggal kepala cucu Nabi tercinta
tanggapan
apa ini benar
para sahabat yang memenggal kepala cucu Nabi tercinta
tanggapan
apa ini benar
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik