Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
Halaman 1 dari 1 • Share
Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
1. Islam mengajarkan agar setiap manusia untuk
saling kenal-mengenal.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qur’an mulia
49:13)
2. Islam melarang untuk saling olok-mengolok.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok) dan janganlah wanita-wanita mengolok-olok wanita
lain boleh jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik daripada
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan julukan yang buruk. Seburuk-burk panggilan ialah
panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang
tidak taubat maka mereka itulah orang yang zalim”. (Qur’an
mulia 49:11).
3. Islam mengajarkan agar berlaku baik terhadap non
muslim.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim. (Noble Verse 60:8-9)
4. Islam melarang memerangi, membunuh orang non
muslim yang tidak memerangi kita.
“Tetapi jika mereka membiarkan kamu dan tidak
memerangimu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu, maka Allah tidak memberi jalan kepadamu
(untuk memerangi) mereka”. (Noble Verse 4:90)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Noble Verse 8:61)
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah
mereka memafkaan orang-orang yang tiada takut akan hari-
hari Allah karena dia membalas suatu kaum apa yang telah
mereka kerjakan”. (Noble Verse 45:14)
“Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena
orang itu membunuh orang lain atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
memelihara seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. (Noble Verse
5:32)
“Bagaimana bisa ada perjanjian aman dari sisi Allah dan
RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-
orang yang telah mengadakan perjanjian (dengan mereka)
didekat Masjidil Haram? Maka selama mereka berlaku lurus
kepadamu, hendaknya kamu berlaku lurus (pula) terhadap
mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa. (Noble Verse 9:7)
5. Islam memerintahkan melindungi non muslim yang
minta perlindungan.
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu
meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia
supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. [Noble
Qur'an 9:6]
6. Islam melarang memaksakan agamanya pada
orang non muslim.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam”. (Noble
Qur’an 2:225)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran
Islam), maka katakanlah:”Aku menyerahkan diriku kepada
Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”.
Dan katakanlah kepada orang-orang yang ummi:”Apakah
kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya. (Noble Qur’an 3:20)
7. Islam menganjurkan agar kalau berdebat dengan
ahli kitab, dengan jalan yang paling baik.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang
zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah
satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. [Noble
Qur'an 29:46].
8. Islam menganjurkan menghormati milik orang lain
dan melarang menggangunya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta ijin dan
memberi salam kepada penghuninya, Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (Noble Verses
24:27-28
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (Noble Qur’an 4:29)
9. Islam mengajarkan agar kita berlaku adil terhadap
non Muslim.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena
agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” [Noble Qur’an 60:8]
Maka, dapat diketahui bahwa Allah menyukai dan mencintai
kaum muslimin yang berbuat baik dan berlaku adil terhadap
non-muslim, selama syarat-syarat di atas dipelihara.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah! karena adil itu lebih
dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” [5:8]
Walaupun ada rasa benci terhadap suatu kaum, itu tidak
boleh dijadikan alasan bagi umat Islam untuk semena-mena/
tidak adil terhadap kaum tersebut. Misal, seorang hakim
memutuskan sebuah perkara untuk kemenangan seorang
muslim terhadap seorang non-muslim, padahal bukti-bukti
menunjukkan sebaliknya, maka ini adalah bentuk
pelanggaran yang besar, karena peringatannya cukup keras,
“janganlah sekali-kali”.
“Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan
kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka
memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan
tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk
melawan mereka.” [Noble Qur’an 4:90]
Maka, tidak ada jalan (alasan) bagi seorang muslim untuk
melawan seorang non-muslim, jika dia tidak terbukti turut
memerangi kaum muslimin, dan sudah jelas menyatakan
perdamaiannya dengan kaum muslimin. Perlu diketahui
bahwa, kaum muslimin diwajibkan untuk membenci karena
Allah, dan mencintai karena Allah.
Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang kafir”. [Noble Qur’an 3:32]
Karena Allah tidak menyukainya, maka kaum muslimin
wajib membencinya. Tapi sesuai dengan ayat sebelumnya,
kebencian tidak boleh menyebabkan kaum muslimin berbuat
semena-mena.
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, …” [Noble Qur’an 4:148]
Maka wajib bagi kaum muslimin untuk bertutur kata yang
baik, dan membenci mereka yang bertutur kata buruk. Tapi
kebencian kita terhadap mereka tidak boleh menyebabkan
kaum muslimin berbuat semena-mena, karena:
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan
jauhilah mereka dengan cara yang baik.” [Noble Qur’an
73:10]
Begitulah aturan yang mengikat kami kaum muslimin
terhadap orang non Muslim dan yang lainnya. Sementara,
hukuman di akhir bagi mereka yang kufur dan wafat dalam
keadaan demikian, maka Allah telah menjelaskan:
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam
keadaan kafir, mereka itu mendapati laknat Allah, para
malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam
laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak
pula mereka diberi tangguh.” [Noble Qur’an 2:161-162]
10. Islam melarang umatnya untuk memaki-maki
sembahan orang non muslim.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan. [Noble Qur’an 6:108].
saling kenal-mengenal.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qur’an mulia
49:13)
2. Islam melarang untuk saling olok-mengolok.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok) dan janganlah wanita-wanita mengolok-olok wanita
lain boleh jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik daripada
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan julukan yang buruk. Seburuk-burk panggilan ialah
panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang
tidak taubat maka mereka itulah orang yang zalim”. (Qur’an
mulia 49:11).
3. Islam mengajarkan agar berlaku baik terhadap non
muslim.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim. (Noble Verse 60:8-9)
4. Islam melarang memerangi, membunuh orang non
muslim yang tidak memerangi kita.
“Tetapi jika mereka membiarkan kamu dan tidak
memerangimu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu, maka Allah tidak memberi jalan kepadamu
(untuk memerangi) mereka”. (Noble Verse 4:90)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Noble Verse 8:61)
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah
mereka memafkaan orang-orang yang tiada takut akan hari-
hari Allah karena dia membalas suatu kaum apa yang telah
mereka kerjakan”. (Noble Verse 45:14)
“Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena
orang itu membunuh orang lain atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
memelihara seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. (Noble Verse
5:32)
“Bagaimana bisa ada perjanjian aman dari sisi Allah dan
RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-
orang yang telah mengadakan perjanjian (dengan mereka)
didekat Masjidil Haram? Maka selama mereka berlaku lurus
kepadamu, hendaknya kamu berlaku lurus (pula) terhadap
mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa. (Noble Verse 9:7)
5. Islam memerintahkan melindungi non muslim yang
minta perlindungan.
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu
meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia
supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. [Noble
Qur'an 9:6]
6. Islam melarang memaksakan agamanya pada
orang non muslim.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam”. (Noble
Qur’an 2:225)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran
Islam), maka katakanlah:”Aku menyerahkan diriku kepada
Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”.
Dan katakanlah kepada orang-orang yang ummi:”Apakah
kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya. (Noble Qur’an 3:20)
7. Islam menganjurkan agar kalau berdebat dengan
ahli kitab, dengan jalan yang paling baik.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang
zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah
satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. [Noble
Qur'an 29:46].
8. Islam menganjurkan menghormati milik orang lain
dan melarang menggangunya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta ijin dan
memberi salam kepada penghuninya, Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (Noble Verses
24:27-28
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (Noble Qur’an 4:29)
9. Islam mengajarkan agar kita berlaku adil terhadap
non Muslim.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena
agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” [Noble Qur’an 60:8]
Maka, dapat diketahui bahwa Allah menyukai dan mencintai
kaum muslimin yang berbuat baik dan berlaku adil terhadap
non-muslim, selama syarat-syarat di atas dipelihara.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah! karena adil itu lebih
dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” [5:8]
Walaupun ada rasa benci terhadap suatu kaum, itu tidak
boleh dijadikan alasan bagi umat Islam untuk semena-mena/
tidak adil terhadap kaum tersebut. Misal, seorang hakim
memutuskan sebuah perkara untuk kemenangan seorang
muslim terhadap seorang non-muslim, padahal bukti-bukti
menunjukkan sebaliknya, maka ini adalah bentuk
pelanggaran yang besar, karena peringatannya cukup keras,
“janganlah sekali-kali”.
“Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan
kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka
memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan
tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk
melawan mereka.” [Noble Qur’an 4:90]
Maka, tidak ada jalan (alasan) bagi seorang muslim untuk
melawan seorang non-muslim, jika dia tidak terbukti turut
memerangi kaum muslimin, dan sudah jelas menyatakan
perdamaiannya dengan kaum muslimin. Perlu diketahui
bahwa, kaum muslimin diwajibkan untuk membenci karena
Allah, dan mencintai karena Allah.
Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang kafir”. [Noble Qur’an 3:32]
Karena Allah tidak menyukainya, maka kaum muslimin
wajib membencinya. Tapi sesuai dengan ayat sebelumnya,
kebencian tidak boleh menyebabkan kaum muslimin berbuat
semena-mena.
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, …” [Noble Qur’an 4:148]
Maka wajib bagi kaum muslimin untuk bertutur kata yang
baik, dan membenci mereka yang bertutur kata buruk. Tapi
kebencian kita terhadap mereka tidak boleh menyebabkan
kaum muslimin berbuat semena-mena, karena:
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan
jauhilah mereka dengan cara yang baik.” [Noble Qur’an
73:10]
Begitulah aturan yang mengikat kami kaum muslimin
terhadap orang non Muslim dan yang lainnya. Sementara,
hukuman di akhir bagi mereka yang kufur dan wafat dalam
keadaan demikian, maka Allah telah menjelaskan:
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam
keadaan kafir, mereka itu mendapati laknat Allah, para
malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam
laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak
pula mereka diberi tangguh.” [Noble Qur’an 2:161-162]
10. Islam melarang umatnya untuk memaki-maki
sembahan orang non muslim.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan. [Noble Qur’an 6:108].
Rahmat Allah- REGISTERED MEMBER
- Posts : 6
Join date : 03.08.11
Reputation : 4
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
postingan buruk..dan keliru
utk menilai apakah secangkir susu beracun atau tidak,bukan
dgn cara melihat seberapa besar kandungan vitaminnya!!
postingan diatas sama bodohnya seperti menilai dgn cara itu.
warna putih pada kuda zebra,tidak bisa meniadakan warna hitamnya.
utk menilai apakah secangkir susu beracun atau tidak,bukan
dgn cara melihat seberapa besar kandungan vitaminnya!!
postingan diatas sama bodohnya seperti menilai dgn cara itu.
warna putih pada kuda zebra,tidak bisa meniadakan warna hitamnya.
sai_baba- SERSAN DUA
-
Posts : 70
Join date : 09.12.11
Reputation : 0
Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
Rahmat Allah wrote:1. Islam mengajarkan agar setiap manusia untuk
saling kenal-mengenal.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qur’an mulia
49:13)
2. Islam melarang untuk saling olok-mengolok.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok) dan janganlah wanita-wanita mengolok-olok wanita
lain boleh jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik daripada
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan julukan yang buruk. Seburuk-burk panggilan ialah
panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang
tidak taubat maka mereka itulah orang yang zalim”. (Qur’an
mulia 49:11).
3. Islam mengajarkan agar berlaku baik terhadap non
muslim.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim. (Noble Verse 60:8-9)
4. Islam melarang memerangi, membunuh orang non
muslim yang tidak memerangi kita.
“Tetapi jika mereka membiarkan kamu dan tidak
memerangimu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu, maka Allah tidak memberi jalan kepadamu
(untuk memerangi) mereka”. (Noble Verse 4:90)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Noble Verse 8:61)
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah
mereka memafkaan orang-orang yang tiada takut akan hari-
hari Allah karena dia membalas suatu kaum apa yang telah
mereka kerjakan”. (Noble Verse 45:14)
“Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena
orang itu membunuh orang lain atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
memelihara seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. (Noble Verse
5:32)
“Bagaimana bisa ada perjanjian aman dari sisi Allah dan
RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-
orang yang telah mengadakan perjanjian (dengan mereka)
didekat Masjidil Haram? Maka selama mereka berlaku lurus
kepadamu, hendaknya kamu berlaku lurus (pula) terhadap
mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa. (Noble Verse 9:7)
5. Islam memerintahkan melindungi non muslim yang
minta perlindungan.
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu
meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia
supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. [Noble
Qur'an 9]
6. Islam melarang memaksakan agamanya pada
orang non muslim.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam”. (Noble
Qur’an 2:225)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran
Islam), maka katakanlah:”Aku menyerahkan diriku kepada
Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”.
Dan katakanlah kepada orang-orang yang ummi:”Apakah
kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya. (Noble Qur’an 3:20)
7. Islam menganjurkan agar kalau berdebat dengan
ahli kitab, dengan jalan yang paling baik.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang
zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah
satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. [Noble
Qur'an 29].
8. Islam menganjurkan menghormati milik orang lain
dan melarang menggangunya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta ijin dan
memberi salam kepada penghuninya, Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (Noble Verses
24:27-28
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (Noble Qur’an 4:29)
9. Islam mengajarkan agar kita berlaku adil terhadap
non Muslim.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena
agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” [Noble Qur’an 60]
Maka, dapat diketahui bahwa Allah menyukai dan mencintai
kaum muslimin yang berbuat baik dan berlaku adil terhadap
non-muslim, selama syarat-syarat di atas dipelihara.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah! karena adil itu lebih
dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” [5:8]
Walaupun ada rasa benci terhadap suatu kaum, itu tidak
boleh dijadikan alasan bagi umat Islam untuk semena-mena/
tidak adil terhadap kaum tersebut. Misal, seorang hakim
memutuskan sebuah perkara untuk kemenangan seorang
muslim terhadap seorang non-muslim, padahal bukti-bukti
menunjukkan sebaliknya, maka ini adalah bentuk
pelanggaran yang besar, karena peringatannya cukup keras,
“janganlah sekali-kali”.
“Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan
kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka
memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan
tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk
melawan mereka.” [Noble Qur’an 4]
Maka, tidak ada jalan (alasan) bagi seorang muslim untuk
melawan seorang non-muslim, jika dia tidak terbukti turut
memerangi kaum muslimin, dan sudah jelas menyatakan
perdamaiannya dengan kaum muslimin. Perlu diketahui
bahwa, kaum muslimin diwajibkan untuk membenci karena
Allah, dan mencintai karena Allah.
Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang kafir”. [Noble Qur’an 3]
Karena Allah tidak menyukainya, maka kaum muslimin
wajib membencinya. Tapi sesuai dengan ayat sebelumnya,
kebencian tidak boleh menyebabkan kaum muslimin berbuat
semena-mena.
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, …” [Noble Qur’an 4]
Maka wajib bagi kaum muslimin untuk bertutur kata yang
baik, dan membenci mereka yang bertutur kata buruk. Tapi
kebencian kita terhadap mereka tidak boleh menyebabkan
kaum muslimin berbuat semena-mena, karena:
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan
jauhilah mereka dengan cara yang baik.” [Noble Qur’an
73]
Begitulah aturan yang mengikat kami kaum muslimin
terhadap orang non Muslim dan yang lainnya. Sementara,
hukuman di akhir bagi mereka yang kufur dan wafat dalam
keadaan demikian, maka Allah telah menjelaskan:
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam
keadaan kafir, mereka itu mendapati laknat Allah, para
malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam
laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak
pula mereka diberi tangguh.” [Noble Qur’an 2-162]
10. Islam melarang umatnya untuk memaki-maki
sembahan orang non muslim.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan. [Noble Qur’an 6].
AGAMA DAMAIKAH ISLAM BILA DALAM ALQURAN DICATAT:
1. Bunuhlah orang-orang musyrikin dimana saja kamu jumpai mereka (9:5)
2. Perangilah mereka (orang-orang musyrikin), niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu (9:14)
3. Allah belum (tidak) mengetahui (dalam kenyataan) orang yang berjihat (9:16).
Perhatikan: Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (9:16)
4. Perangilah ornag-orang yang tidak beriman (9:29)
5. Perangilah orang musyrikin semuanya (9:36), Allah beserta orang-orang yang taqwa (9:36)
6. Jangan merasa berat jika diperintahkan: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” (9:38)
7. Jika tidak berangkat perang, Allah menyiksa dengan siksa yang pedih (9:39)
8. Berangkatlah (ke medan perang) kamu baik dalam keadaan ringan maupun berat (sehat maupun sakit) dengan harta dan diri (9:41)
9. Orang beriman tidak akan minta izin untuk tidak ikut berperang (9:44)
10. Allah melemahkan keinginan berperang dari orang yang tidak mau berperang (9:46)
11. Nabi Muhammad di suruh oleh Allah untuk berjihad dan bersikap keras (9:73)
12. Kisah orang yang tidak mau berjihad (berperang) (9:81-90)
13. Orang yang berjihad dan beriman adalah orang-orang beruntung (9:88)
14. Allah mengunci mati hati orang sehingga tidak mau berjihad (berperang) (9:93). Setelah Allah mengunci mati hati orang sehingga tidak mau berperang, kemudian ia menyuruh Muhammad menggorok leher mereka.
15. Orang Islam diperintahkan untuk memerangi orang kafir di sekitar mereka(9:123). Jika saat ini anda berada di antara muslim, waspadalah nyawa anda sedang terancam. Anda mungkin akan berkata, mereka muslim yang baik, tetapi anda tidak sedang berkata bahwa Islam adalah baik. Mereka baik karena menyangkal Alquran sesuai hati nurani mereka yg baik.
DENGAN ADANYA SEJUMLAH AYAT2 ALQURAN DI ATAS DAPATKAH ISLAM DIEBUT SEBAGAI AGAMA DAMAI?????
barabasmurtad- SERSAN MAYOR
- Age : 80
Posts : 408
Kepercayaan : Protestan
Location : bandung
Join date : 26.11.11
Reputation : 5
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
lagi-lagi, asal motong ayat saja, capcay deh
1 (Inilah penyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).(QS. 9:1)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 1
بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1)
Banyak masalah pokok yang diterangkan di dalam surat Al-Anfal diterangkan pula dalam surat ini dengan mengungkapkan persoalannya lebih luas dan mendalam yang adakalanya lebih nyata terperinci, sehingga surat ini dalam beberapa hal banyak menambah kesempurnaan surat Al-Anfal. Allah mengutus Nabi Muhammad saw. ke dunia ini sebagai rasul yang terakhir untuk mengembangkan agama Islam dengan dakwah yang berlandaskan dalil-dalil yang dapat meyakinkan kebenarannya, tidak dengan paksa yang berlandaskan kekuatan senjata dan harta benda. Akan tetapi kaum musyrikin terus menentangnya dengan segala macam cara, mulai dari perkataan-perkataan sampai kepada perbuatan-perbuatan yang di luar batas-batas perikemanusiaan, sehingga banyak kaum muslimin terpaksa hijrah ke negeri Habsyah (Ethiopia) dan tempat-tempat yang lain. Oleh karena Nabi Muhammad saw. dan sebagian sahabatnya masih bertahan di Mekah untuk melanjutkan dakwah, maka kaum musyrikin Quraisy mengadakan musyawarah di suatu tempat yang bernama "DARUN NADWAH" untuk mengambil suatu keputusan apakah Muhammad dibunuh atau dikurung atau dibuang saja. Akhirnya mereka memutuskan bahwa Muhammad dibunuh. Di dalam keadaan yang gawat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah, yang kemudian diikuti oleh para sahabatnya yang mampu datang ke Madinah yang disebut kaum Muhajirin. Di Madinah Nabi dan para sahabatnya yang turut berhijrah disambut penduduk kaum muslimin yang kemudian dinamakan Al-Ansar dengan sambutan luar biasa baiknya, seperti yang diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Artinya:
Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).
(Q.S. Al-Hasyr: 9)
Ketika itu kaum Muslimin dengan kaum musyrikin dalam keadaan perang, menurut cara yang berlaku di masa itu. Dan di dalam perkembangan selanjutnya, Nabi saw. mengadakan perjanjian damai dan tolong-menolong dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), tetapi mereka berkhianat dan melanggar janji dengan menolong orang musyrikin. Dalam pada itu permusuhan dari kaum musyrikin bertambah meningkat, bahkan mereka bermaksud hendak menghancurkan agama Islam itu, maka disyariatkanlah berperang. Kemudian Nabi mengadakan perjanjian damai dengan kaum musyrikin di Hudaibiyah untuk masa sepuluh tahun dengan syarat-syarat yang sangat lunak yang seakan-akan menguntungkan kaum musyrikin, tetapi kaum musyrikin melanggar perjanjian itu, sehingga tidak ada pilihan lain bagi Nabi Muhammad dan kaum Muslimin selain menghadapi tantangan itu dengan penuh keimanan dan keberanian. Akhirnya pada tahun ke 8 hijrah, kota Mekah dapat ditaklukkan oleh kaum Muslimin. Dengan demikian lemahlah kekuatan kaum musyrikin, akan tetapi mereka masih mengadakan perlawanan dengan segala cara yang masih bisa mereka lakukan sehingga turunlah surat ini untuk pembatalan perjanjian perdamaian dan pemutusan hubungan dengan kaum musyrikin.
Ayat ini menyatakan pembatalan perjanjian-perjanjian damai dengan kaum musyrikin dengan cara yang lebih tegas dan positif dari yang sudah diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ
Artinya:
Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
(Q.S. Al-Anfal: 58)
Banyak pendapat ahli tafsir tentang perjanjian apa yang dibatalkan di dalam ayat ini. Menurut Ibnu Kasir dan Ibnu Jarir bahwa pendapat yang terbaik dan terkuat ialah perjanjian yang ditentukan waktunya, sedang perjanjian yang memakai waktu harus ditunggu sampai habis waktunya, sesuai dengan ayat keempat dari surat yang akan diterangkan kemudian ini.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 1
بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1)
Inilah pernyataan (Pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya) yang ditunjuk (kepada orang-orang musyrikin yang kalian telah mengadakan perjanjian dengan mereka) yakni perjanjian yang bersifat mutlak, atau perjanjian yang berlaku kurang dari empat bulan, atau lebih dari empat bulan kemudian perjanjian itu dirusak sebagaimana yang akan disebut pada ayat berikutnya.
2 Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.(QS. 9:2)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 2
فَسِيحُوا فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَأَنَّ اللَّهَ مُخْزِي الْكَافِرِينَ (2)
Pada ayat ini Allah menerangkan supaya kaum Muslimin memberi kesempatan kepada kaum musyrikin yang selalu mengkhianati janji untuk berjalan di muka bumi selama empat bulan dengan bebas dan aman tanpa diganggu oleh siapa pun dari kaum Muslimin, supaya mereka dapat berpikir lebih tenang untuk menentukan sikap mereka, mau masuk Islam atau tetap menentang kaum Muslimin.
Adapun mulai berlakunya masa empat bulan itu, menurut pendapat yang masyhur ialah dari tanggal 10 Zulhijah tahun ke 9 Hijrah sampai dengan tanggal 10 Rabiul Akhir ke 10 Hijrah. Sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Abu Masyar Al-Madany dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazi dan lain-lain yang maksudnya: "Rasulullah saw. mengutus Abu Bakar sebagai Amir haji tahun ke 9 Hijrah dan mengutus pula Ali bin Abu Talib dengan membawa 30 atau 40 ayat Bara'ah untuk dibacakan kepada manusia di Mina.
Adapun pendapat yang lain dari itu akan tetapi agar tidak bersimpang-siur perlu dibedakan antara empat yang dimaksud di sini dengan empat bulan yang diharamkan berperang secara umum seperti yang disebut dalam hadis yang sahih yang berbunyi:
إن الزمان قد استدار كهيئة يوم خلق الله السموات والأرض السنة اثنا عشر شهرا أربعة حرم ثلاثة متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان
Artinya:
Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana keadaan (bentuknya) pada hari yang diciptakan langit dan bumi. Setahun ada dua belas bulan, empat bulan daripadanya diharamkan berperang, tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab bulan yang terjepit yang terletak di antara Jumadil (Akhir) dan Syakban.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dan empat bulan yang di dalam hadis ini pulalah yang dimaksud dalam surat-surat Al-Baqarah ayat 217, surat Al-Maidah ayat 2 dan lain-lainnya yang dilarang berperang secara umum. Selanjutnya pada ayat ini Allah menerangkan bahwa jika orang-orang musyrikin itu masih menentang dan memusuhi Allah dan Rasul, maka mereka harus mengerti bahwa mereka tidak akan dapat melemahkan Allah dan mereka sendirilah yang memikul segala akibatnya dengan kehinaan. Hal serupa itu sudah menjadi sunnatullah terhadap orang-orang kafir sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah:
كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya:
Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka. Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari kiamat (akhirat) lebih besar kalau mereka mengetahuinya.
(Q.S. Az Zumar: 25, 26)
3 Dan (inilah suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,(QS. 9:3)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 3
وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (3)
Pada ayat ini Allah menerangkan pula suatu permakluman pada hari Haji Akbar yang isinya ialah menyatakan bahwa Allah dan Rasul-Nya membebaskan diri dari kaum musyrikin dan memutuskan hubungan dan perjanjian-perjanjian dengan mereka serta membersihkan agama mereka dari semua khurafat dan kesesatan.
Banyak hadis-hadis sahih yang diriwayatkan bertalian dengan permakluman ini antara lain bahwa Abu Hurairah berkata:
بعثني أبو بكر في تلك الحجة في مؤذنين بعثهم يوم النحر يؤذنون بمنى أن لا يحج بعد العام مشرك ولا يطوف في البيت عريان، ثم أردف رسول الله صلى الله عليه وسلم بعلي بن أبي طالب فأمر أن يؤ ذن ببراة وأن لا يحج بعد العام مشرك ولا يطوف بالبيت عريان
Artinya:
Saya (Abu Hurairah) diutus oleh Abu Bakar pada hari raya haji bersama dengan orang-orang yang ditugaskan untuk memaklumkan di Mina bahwa orang musyrik tidak diperbolehkan naik haji sesudah tahun ini dan tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang. Kemudian Rasulullah saw. menyusuli dengan mengutus Ali bin Abu Talib dan memerintahkannya untuk memaklumkan (membaca ayat) Bara'ah dan orang musyrik tidak dibolehkan haji lagi sesudah tahun itu dan tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang (sebagaimana kebiasaan kaum musyrikin).
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dan berkata Abu Hurairah lagi:
كنت نع علي بن أبي طالب حين بعثه رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى أهل مكة ببراءة فقال: ما كنتم تنادون؟ قال: كنا ننادي أنه لا يدخل الجنة إلا نفس مؤمنة ولا يطوف بالبيت عريام ومن كان بينه وبين رسول الله صلى الله عليه وسلم عهد فإن أجله أو مدته إلى أربعة أشهر فإذا مضت الأربعة فإن الله بريء من المشركين ورسوله ولا يحج هذا البيت بعد عامنا هذا مشرك
Artinya:
Saya bersama-sama dengan Ali bin Abu Talib ketika ia diutus Rasulullah saw. kepada penduduk Mekah dengan (membacakan) ayat Bara'ah lalu ia bertanya: "Apakah yang kamu serukan (umumkan)?" Ali menjawab: "Kami serukan bahwa tidak ada yang masuk surga melainkan orang-orang mukmin, tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang, barang siapa yang ada janji dengan Rasulullah saw. maka temponya atau masanya sampai empat bulan dan apabila selesai empat bulan, maka Allah dan Rasul-Nya membebaskan diri dari orang-orang musyrikin, dan tidak dibolehkan orang musyrikin naik haji ke Baitullah ini sesudah tahun kita ini (tahun ke 9 Hijrah)."
(H.R. Ahmad dari Abu Hurairah)
Para ulama banyak mengemukakan pendapat tentang apa yang dimaksud dengan haji akbar, antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Abdullah bin Haris, Ibnu Sirin dan Syafii bahwa yang dimaksud dengan haji akbar ialah hari Arafah, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan Tirmizi, Nasai dan Ibnu Majah.
b. Menurut Ibnu Qayyim dan lain-lainnya bahwa yang dimaksud dengan hari haji akbar ialah hari Nahar (10 Zulhijah) berdasarkan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
c. Al-Qadi (Iyad) mengatakan: Apabila kita meneliti pendapat-pendapat itu, maka pendapat yang tersaring (terpilih) bahwa haji akbar itu ialah hari-hari mengerjakan manasik haji sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid. Tetapi apabila kita membahas tentang hari raya Haji Akbar, maka tidak diragukan lagi ialah wukuf di Arafah karena haji adalah Arafah. Barangsiapa yang dapat wukuf di Arafah, maka ia haji, dan barangsiapa yang tidak wukuf di Arafah, maka ia tidak memperoleh haji. Maka yang dimaksud dengan haji akbar dalam surat ini dan diucapkan Nabi saw. dalam khutbahnya ialah hari Nahar.
Adapun sebab dinamakan haji akbar yang berarti Haji Besar, maka sebagian ulama mengatakan ialah untuk membedakannya dengan umrah yang disebut haji kecil. Dan ada yang mengatakan karena amal-amal yang dikerjakan pada masa Haji itu lebih besar pahalanya jika dibandingkan dengan amal-amal yang dikerjakan pada masa-masa yang lain. Ada pula yang mengatakan, karena pada waktu itulah tampak kemuliaan yang lebih besar bagi kaum Muslimin dan kehinaan bagi orang-orang musyrikin. Masih banyak lagi pendapat lain.
Menurut ayat ini kelanjutan dari permakluman itu ialah jika kaum musyrikin itu bertobat menyesali kesesatan mereka dari berbuat syirik, melanggar janji dan sebagainya, dan kembali kepada jalan yang benar, yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan menghilangkan permusuhan dengan kaum Muslimin, itulah yang paling baik bagi mereka untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, maka tetapi jika mereka berpaling, tidak mau menerima kebenaran dan petunjuk tetapi tetap membangkang maka mereka tidak akan dapat melemahkan kekuasaan Allah dan tidak akan dapat menghilangkan pertolongan yang dijanjikan Allah kepada Rasulullah saw. dan kepada orang-orang mukmin, yaitu kemenangan mereka dalam mengalahkan orang-orang musyrik dan munafik. Mereka bukan saja menderita kekalahan dan kehinaan di dunia bahkan Rasulullah pun diperintahkan Allah untuk menyampaikan berita bahwa mereka akan mendapat siksa yang sangat pedih di akhirat.
4 kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatupun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.(QS. 9:4)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 4
إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (4)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa waktu yang diberikan kaum Muslimin kepada kaum musyrikin untuk menentukan sikap, tidak boleh lebih empat bulan, terkecuali terhadap mereka yang ada perjanjian dengan kaum Muslimin, dan terhadap mereka yang tidak mengurangi sesuatu pun dari syarat-syarat perjanjian itu tidak membantu orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin, maka perjanjian itu harus dipelihara dan disempurnakan sesuai dengan isinya sampai kepada batas waktunya. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan bahwa Nabi menyempurnakan janjinya dengan suku Bani Damrah dan Bani Kinanah.
Ayat-ayat ini dan ayat-ayat yang lainnya menunjukkan bahwa setiap perjanjian yang masih berlaku, wajib dipenuhi dan disempurnakan sesuai dengan syarat-syarat perjanjian itu walaupun perjanjian itu dengan kaum musyrikin selama mereka memenuhi semua syarat-syarat perjanjian itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. menyukai orang-orang yang bertakwa. Hal ini menunjukkan bahwa memelihara dan menyempurnakan janji itu termasuk takwa. Karena memelihara perjanjian artinya memelihara pertanggungjawaban terhadap keadilan antara manusia yang membawa kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 4
إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (4)
(Kecuali orang-orang musyrik yang kalian telah mengadakan perjanjian dengan mereka dan mereka tidak merusak sedikit pun) syarat-syarat yang tertera dalam perjanjian itu (dan tidak pula mereka membantu) bersekongkol dengan (seseorang untuk memusuhi kalian) dari kalangan orang-orang kafir (maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai) habis (batas waktunya.) yang telah kalian tentukan dalam perjanjian itu (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa) yakni mereka yang memenuhi janjinya.
5 Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 9:5)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 5
فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)
Pada ayat ini Allah menerangkan apabila telah selesai bulan-bulan yang diharamkan memerangi kaum musyrikin yaitu selama empat bulan terhitung mulai tanggal 10 Zulhijah sampai dengan tanggal 10 Rabiul Akhir tahun 9 Hijrah, maka Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk mengerjakan salah satu dari empat hal yang lebih bermanfaat bagi mereka yaitu:
1. Memerangi mereka di mana saja mereka berada, baik di tanah haram maupun di luarnya.
2. Menawan mereka.
3. Mengepung dan memenjarakan mereka.
4. Mengintai gerak-gerik mereka di setiap tempat yang diperlukan.
Tentang membunuh atau memerangi mereka di mana saja, menurut Ibnu Kasir, pendapat yang masyhur ialah bahwa ayat ini umum dan ditakhsiskan dengan firman Allah:
وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ
Artinya:
Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), bunuhlah mereka.
(Q.S. Al-Baqarah: 191)
Adapun tentang menawan mereka telah diperbolehkan pada ayat ini, sedang pada surat sebelumnya belum diperbolehkan seperti firman Allah:
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ
Artinya:
Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi.
(Q.S. Al-Anfal: 67)
Ayat ini sesuai dengan hadis-hadis sahih antara lain sabda Nabi saw.:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكاة
Artinya:
Saya diperintahkan membunuh (memerangi) manusia sehingga mereka mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, dan mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Ayat ini adalah salah satu dari empat ayat yang dinamakan "ayatussaif" artinya "ayat-ayat pedang" karena empat ayat ini diturunkan untuk membunuh atau berperang dengan memakai kekuatan senjata.
Pertama: ialah ayat ini untuk membunuh atau memerangi kaum musyrikin.
Kedua: untuk memerangi ahli kitab yang disebutkan dalam firman Allah:
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
Artinya:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka sampai mereka membayar fidyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
(Q.S. At Taubah: 29)
Ketiga: ialah memerangi orang-orang munafik yang disebut dalam firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
Artinya:
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik.
(Q.S. At Tahrim: 9)
Keempat: ialah memerangi orang-orang Bugat (orang-orang penganiaya dan perusuh yang disebutkan dalam firman Allah:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ
Artinya:
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya; jika salah seorang satu dari dua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu hingga golongan itu kembali kepada perintah Allah.
(Q.S. Al-Hujurat: 9)
Di antara para ulama tafsir ada yang berpendapat bahwa ayat ini dinasakhkan oleh firman Allah:
فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً
Artinya:
Sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan.
(Q.S. Muhammad: 4)
Dan ada yang berpendapat sebaliknya, yaitu ayat inilah yang menasakhkan ayat 4 surat Muhammad tersebut karena ayat ini turunnya kemudian. Dan ada pula yang berpendapat bahwa ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat 4 surat Muhammad dan ayat-ayat lainnya, karena semua ulama berpendapat tentang kewajiban memberantas kekufuran dan kesesatan yang semuanya tidak harus dengan pembunuhan atau peperangan tetapi hendaknya disesuaikan dengan faktor-faktor lainnya seperti kemampuan dan keadaan.
Selanjutnya pada ayat ini Allah menerangkan bahwa apabila kaum musyrikin itu bertobat dan kembali ke jalan yang benar dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka kepada mereka diharuskan memberikan kebebasan yang luas, tidak dibunuh atau diperangi, tidak ditawan, tidak dikurung dan tidak diintai gerak-geriknya lagi. Sebagai persaksian lahiriah beriman itu harus dengan mengucapkan dua kalimat syahadat setelah menyatakan masuk Islam. Dan yang dimaksud dengan salat di sini ialah salat fardu lima waktu yang menjadi rukun Islam dan menunjukkan kepatuhan beriman yang dituntut bagi setiap orang mukmin tanpa adanya perbedaan dari segi apa pun, demikian pula salat ini membersihkan jiwa dan memperbaiki akhlak sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Artinya:
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
(Q.S. Al-Ankabut: 45)
Dan karena salat itu mempunyai daya kekuatan mengadakan hubungan manusia dengan Tuhan. Firman Allah:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Artinya:
Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.
(Q.S. Taha: 14)
Adapun yang dimaksud dengan zakat di sini ialah zakat yang difardukan dalam Islam bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat-syaratnya, karena zakat ini selain membersihkan harta sangat diperlukan untuk fakir miskin dan untuk kepentingan umum. Tegasnya orang-orang musyrik itu tidak boleh dibunuh, atau diperangi dengan tiga syarat yaitu:
1. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
2. Mendirikan salat lima waktu yang difardukan.
3. Menunaikan wajib zakat apabila telah memenuhi syarat-syaratnya.
Sabda Rasulullah saw.:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله
Artinya:
Saya diperintahkan membunuh (memerangi) manusia hingga mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka apabila mereka telah berbuat demikian, niscaya darah dan harta benda mereka terpelihara dari saya, kecuali dengan hak Islam dan hisab mereka terserah kepada Allah.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka sebagian ulama berpendapat bahwa orang-orang yang tidak melaksanakan salat lima waktu yang difardukan tanpa uzur, dan orang-orang yang tidak mau menunaikan zakat yang sudah cukup syarat-syaratnya, maka hukumnya wajib dibunuh. Sedang pendapat ulama lain mengatakan tidak wajib dibunuh, hanya ditakzir oleh imam (penguasa) dengan memberikan hukuman penjara dan sebagainya menurut pertimbangannya, dan orang-orang yang tidak mau menunaikan zakat, maka imam berhak mengambilnya dengan paksa.
6 Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.(QS. 9:6)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 6
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ (6)
Pada ayat ini Allah menerangkan pada Rasul-Nya, jika ada seseorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepada Nabi Muhammad saw. untuk mendengar kalam Allah agar ia dapat mengetahui hakikat dakwah Islamiah yang disampaikan oleh Nabi, maka Allah memerintahkan Nabi untuk melindunginya dalam jangka masa yang tertentu. Kalau ia mau beriman, berarti ia akan aman untuk selanjutnya, dan kalau tidak, maka Nabi hanya diperintahkan untuk menyelamatkannya sampai kepada tempat yang diinginkannya buat keamanan dirinya, dan sesudah itu keadaan dalam perang kembali seperti semula.
Para ulama tafsir berbeda pendapat antara lain, bahwa perlindungan (pengamanan) yang diberikan itu hanyalah kepada kaum musyrikin yang telah habis masa perjanjian selama ini, dan mereka tidak pernah melanggarnya. Dan kaum Muslimin diperintahkan menyempurnakannya sebagaimana telah dijelaskan pada ayat empat. Bahkan orang-orang musyrikin yang sudah habis tempo empat bulan yang diberikan kepada mereka untuk menentukan sikap, karena waktunya sudah cukup dan tidak perlu ditambah lagi. Akan tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa kepada mereka yang ingin beriman masih diberi kesempatan yang lamanya empat bulan, akan tetapi menurut pendapat yang terkuat diserahkan kepada imam.
Dalam persoalan ini Ibnu Kasir berpendapat bahwa orang kafir yang datang dari negeri Harb (kafir) ke negeri Islam untuk menunaikan suatu tugas seperti dagang, minta berdamai, minta menghentikan pertempuran, membawa jizyah (upeti) dan minta pengamanan kepada mereka diberikan perlindungan selama dia berada di negeri Islam sampai dia kembali ke negerinya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 6
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ (6)
(Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu) lafal ahadun dirafa'kan oleh fi'il/kata kerja yang menafsirkan maknanya (meminta perlindungan kepadamu) maksudnya meminta suaka kepadamu supaya jangan dibunuh (maka lindungilah dia) berilah ia jaminan keamanan (supaya ia sempat mendengar firman Allah) yaitu Alquran (kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya) yaitu tempat tinggal kaumnya, bilamana ternyata ia masih belum mau beriman, supaya ia mempertimbangkan sikapnya itu (Demikian itu) hal yang disebut itu (disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui) agama Allah, maka merupakan suatu keharusan bagi mereka mendengarkan Alquran terlebih dahulu supaya mereka mengetahui dan mengerti akan agama Allah.
7 Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharam? Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.(QS. 9:7)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 7
كَيْفَ يَكُونُ لِلْمُشْرِكِينَ عَهْدٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ رَسُولِهِ إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِيمُوا لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (7)
Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak dapat meneruskan dan memelihara perjanjian dengan orang-orang musyrikin kecuali dengan mereka yang mengindahkan perjanjian di dekat Masjidil Haram. Oleh karena itu sebagai patokan umum yang harus dilaksanakan oleh kaum Muslimin terhadap kaum musyrikin Allah menjelaskan, bahwa jika mereka mematuhi syarat-syarat perjanjian, maka kaum Muslimin pun harus berbuat demikian pula terhadap mereka, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa, sedang orang-orang yang tidak mengindahkan syarat-syarat perjanjian adalah orang-orang yang berkhianat dan tidak bertakwa kepada Allah swt. Yang dimaksud dengan perjanjian Masjidil Haram di sini ialah perjanjian Hudaibiyah yang terjadi sewaktu Nabi Muhammad saw. dan sejumlah besar dari para sahabat pada tahun ke 6 Hijrah berangkat dari Madinah menuju Mekah untuk mengerjakan ibadah umrah, dan setelah mereka sampai di suatu tempat yang bernama Hudaibiyah, yang jaraknya 13 mil sebelah barat kota Mekah, mereka dicegat dan dihalang-halangi oleh orang-orang kafir Quraisy sehingga terjadilah perjanjian damai yang dinamakan dengan tempat itu.
Menurut riwayat Ibnu Hatim bahwa di antara suku Arab musyrikin yang mengindahkan perjanjian Hudaibiyah itu adalah suku Bani Damrah dan suku Kinanah, sehingga menurut sebagian mufassirin, Nabi dan kaum Muslimin menyempurnakan perjanjian Hudaibiyah dengan dua suku ini, meskipun telah habis jangka masa empat bulan yang diberikan kepada kaum musyrikin.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 7
كَيْفَ يَكُونُ لِلْمُشْرِكِينَ عَهْدٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ رَسُولِهِ إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِيمُوا لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (7)
(Bagaimana) tidak mungkin (bisa ada perjanjian aman dari Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrik) sedangkan mereka masih tetap dalam kekafirannya terhadap Allah dan Rasul-Nya lagi berbuat khianat (kecuali orang-orang yang kalian telah mengadakan perjanjian dengan mereka di dekat Masjidilharam) ketika perang Hudaibiah; mereka adalah orang-orang Quraisy yang dikecualikan sebelumnya (maka selama mereka berlaku lurus terhadap kalian) selagi mereka menepati perjanjiannya dan tidak merusaknya (hendaklah kalian berlaku lurus pula terhadap mereka) dengan menunaikan perjanjian itu. Huruf maa pada lafal famastaqaamuu adalah maa syarthiyah. (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa) Nabi saw. telah menepati perjanjiannya dengan mereka, sehingga mereka sendirilah yang merusak perjanjian itu, karena mereka membantu Bani Bakar untuk memerangi Bani Khuza'ah.
8 Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menetapi perjanjian).(QS. 9:8)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 8
كَيْفَ وَإِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لَا يَرْقُبُوا فِيكُمْ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً يُرْضُونَكُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ (8)
Pada ayat ini diterangkan tentang sebab pembatalan perjanjian itu ialah karena apabila kaum musyrikin memperoleh kemenangan terhadap kaum Muslimin, mereka tidak mempedulikan lagi hubungan kekerabatan dan ikatan perjanjian. Mereka cukup pandai menarik simpati kaum Muslimin dengan kata-kata yang manis sedang hati mereka tidak menerima apa yang mereka ucapkan itu. Mereka berbuat demikian karena kebanyakan mereka orang-orang fasik yang tidak dikendalikan oleh akidah yang benar dan akhlak yang baik sehingga mereka berbuat menurut dan mengikuti hawa nafsunya. Jadi orang-orang musyrikin yang sudah demikian rasa bencinya terhadap Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin, tentu tidak ada gunanya perjanjian dengan mereka bagaimanapun corak dan bentuknya. Mereka pada umumnya telah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 8
كَيْفَ وَإِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لَا يَرْقُبُوا فِيكُمْ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً يُرْضُونَكُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ (8)
(Bagaimana bisa) ada perjanjian bagi orang-orang musyrikin (padahal jika mereka memperoleh kemenangan atas kalian) mereka mendapat kemenangan atas kalian (mereka tidak memelihara) tidak lagi mengindahkan (hubungan kekerabatan) hubungan kefamilian (dan tidak pula mengindahkan perjanjian) bahkan mereka akan berupaya sekuat tenaga untuk menyakiti dan mengganggu kalian. Jumlah syarat merupakan hal atau kata keterangan. (Mereka menyenangkan hati kalian dengan mulutnya) yakni melalui kata-kata manis mereka (sedangkan hatinya menolak) untuk menunaikan perjanjian itu. (Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik) selalu merusak perjanjian.
9 Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.(QS. 9:9)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 9
اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (9)
Pada ayat ini Allah menjelaskan sebab kesesatan kaum musyrikin. Mereka itu menukar ayat-ayat Allah yang mengandung ajaran-ajaran tauhid, iman dan lain-lain dengan sesuatu yang sangat rendah mutu dan nilainya agar mereka dapat terus menikmati keberuntungan duniawi yang mereka kehendaki. Jadi orang musyrikin itu, demi untuk mempertahankan tradisi dan kedudukan, takut kehilangan kekuasaan dan pengaruh yang membawa keberuntungan duniawi yang mereka nikmati yang pada hakikatnya sangat sedikit dibanding dengan keberuntungan bila mereka beriman dengan ayat-ayat Allah yang membawa kebahagiaan akhirat yang kekal abadi. Tetapi kaum musyrikin itu tidak mempedulikan semuanya itu. Maka pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu sangatlah buruknya. Terutama jika hal itu dimaksudkan untuk menghalangi tersiarnya agama Islam.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 9
اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (9)
(Mereka menukarkan ayat-ayat Allah) yakni Alquran (dengan harga yang sedikit) berupa harta duniawi. Atau dengan kata lain, mereka tidak mau mengikuti Alquran demi memperturutkan hawa nafsunya dan ketamakannya (lalu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah) dari agama-Nya. (Sesungguhnya amat buruklah) amat jeleklah (apa yang mereka kerjakan) itu, seburuk-buruk pekerjaan adalah apa yang mereka lakukan.
10 Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.(QS. 9:10)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 10
لَا يَرْقُبُونَ فِي مُؤْمِنٍ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُعْتَدُونَ (10)
Pada ayat ini Allah menerangkan, bahwa disebabkan kekufuran mereka itu, lenyaplah dari jiwa mereka perasaan dan pertimbangan yang wajar, sehingga tidak segan-segan menghantam orang-orang mukmin dengan segala macam cara yang dapat mereka lakukan tanpa menghiraukan hubungan kekerabatan dan ikatan-ikatan perjanjian. Mereka berusaha mengambil setiap kesempatan untuk menghancurkan kaum Muslimin baik secara kelompok maupun perorangan, secara terang-terangan atau sembunyi pada setiap kesempatan. Maka pada akhir ayat ini Allah menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan itu benar-benar telah melampaui batas.
11 Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.(QS. 9:11)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 11
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (11)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang musyrikin yang seharusnya dibunuh atau diperangi, jika mereka tobat yakni beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan salat lima waktu dan menunaikan kewajiban zakat, maka Allah menyatakan bahwa mereka adalah saudara-saudara seagama dengan orang-orang mukmin yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama tanpa ada perbedaan. Ikatan persaudaraan yang demikian itu adalah ikatan yang sangat kuat dan luas yang dapat menghilangkan segala macam perselisihan dan permusuhan yang ditimbulkan oleh perbedaan suku, bangsa dan sebagainya yang dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله فإذا شهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله واستقبلو اقبلتنا وأكلوا ذبيتحنا وصلوا صلاتنا فقد حرمت علينا دماءهم وأموالهم إلا بحقها لهم ما للمسلمين وعليهم ما عليهم
Artinya:
Saya diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah, maka apabila mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad rasul Allah, mereka menghadap kiblat kita, memakan sembelihan dan salat seperti kita, maka haramlah atas kita darah mereka dan harta-harta mereka kecuali menurut haknya. Mereka mempunyai hak dan kewajiban seperti hak dan kewajiban orang-orang Islam.
(H.R. Ahmad dari Anas bin Malik)
Selanjutnya pada akhir ayat ini disebutkan bahwa Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada orang-orang yang mau mengetahuinya terutama mengenai kaum musyrikin yang bertobat atau tidak dan bagaimana seharusnya mereka itu diperlakukan
12 Jika mereka merusak sumpah (janji) nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti.(QS. 9:12)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 12
وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ (12)
Pada ayat ini Allah menerangkan, bahwa orang-orang musyrikin itu apabila melanggar perjanjian yang sudah mereka buat dengan orang-orang mukmin dan mereka mencerca agama Islam, maka Allah memerintahkan kaum muslimin untuk memerangi pemimpin-pemimpin mereka itu, karena tidak dapat dipegang janjinya agar supaya mereka menghentikan permusuhannya dengan kaum muslimin dan mau bertobat. Para mufassirin menerangkan bahwa yang dimaksud dengan mencerca agama Islam ialah mencerca Nabi, Alquran dan lain-lain sedang yang dimaksud membunuh atau memerangi pemimpin-pemimpin kafir di sini termasuk juga para pengikutnya. Memerangi orang-orang musyrikin itu diperkenankan agar supaya mereka berhenti dari syirik dan berhenti memusuhi kaum muslimin.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 12
وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ (12)
(Jika mereka merusak) melanggar (sumpahnya) janjinya (sesudah mereka berjanji dan mereka mencerca agama kalian) yakni mencelanya (maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir) ketua-ketuanya; di dalam ayat ini isim zhahir mengganti kedudukan isim dhamir, yakni lafal aimmatal kufri mengganti kedudukan aimmatahum (sesungguhnya tiada janji) yaitu perjanjian (dari mereka) yang dapat dipegang. Menurut suatu qiraat lafal aimaan dibaca iimaan dengan memakai harakat kasrah pada awal hurufnya (agar mereka berhenti) dari kekafirannya.
13 Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.(QS. 9:13)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 13
أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (13)
Pada ayat ini Allah menggalakkan semangat orang-orang mukmin supaya melaksanakan dengan sungguh-sungguh perintah memerangi kaum musyrikin. Allah menyebutkan tiga sebab utama yang membuktikan bahwa orang-orang musyrik tidak bisa didiamkan dan dibiarkan saja, yaitu:
1. Mereka melanggar perjanjian Hudaibiyah yang telah mereka adakan dengan Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya untuk tidak berperang selama l0 tahun, dan saling tidak boleh mengganggu antara kedua belah pihak dan sekutu-sekutunya. Tetapi kemudian tidak lama berselang setelah perjanjian itu diadakan, maka pihak musyrikin Quraisy telah membantu sekutunya dari Bani Bakar untuk menganiaya suku Khuza'ah dan sekutu Nabi yang tinggal di Mekah. Oleh karena itu Nabi merasa berkewajiban membela kaum muslimin yang akhirnya pada tahun ke 8 Hijriah, Mekah dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin.
2. Sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah, kaum musyrikin telah berusaha keras untuk mengusir Nabi Muhammad saw. dari Mekah, memenjarakan atau membunuhnya dengan mempergunakan kekuatan dan suku Quraisy agar keluarga Nabi Muhammad saw. sukar mengadakan penuntutan bela. Inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakan, atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Q.S. Al-Anfal: 30)
3. Merekalah yang memulai lebih dahulu memerangi kaum mukminin di Badar, Uhud, Khandaq dan lain-lainnya.
Selanjutnya setelah Allah menerangkan tiga sebab utama tersebut, maka Dia menggalakkan semangat dan perhatian orang-orang mukmin agar jangan takut terhadap orang-orang musyrikin itu, karena Allahlah yang lebih berhak untuk ditakuti jika benar-benar mereka beriman. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya harus berani berkorban demi kepentingan agama dan kebenaran tanpa dibayangi oleh suatu keraguan yang menimbulkan ketakutan dan kemunduran yang sangat merugikan mereka sendiri.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 13
أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (13)
(Mengapakah tidak) sebagai suatu seruan (kalian perangi orang-orang yang telah merusak) mengingkari (janjinya) perjanjian mereka (padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul) dari Mekah ketika mereka memusyawarahkan hal ini di Darun Nadwah (dan merekalah yang mulai) memerangi kalian (pada awal mulanya) di mana mereka telah memerangi Bani Khuzaah teman sepakta kalian untuk membantu Bani Bakar; apakah gerangan yang mencegah kalian untuk memerangi mereka (apakah kalian takut kepada mereka) merasa gentar menghadapi mereka (padahal Allah lah yang berhak untuk kalian takuti) bilamana kalian tidak memerangi mereka (jika kalian benar-benar orang yang beriman).
14 Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman,(QS. 9:14)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 14
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ (14)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya memerangi orang-orang musyrik. Jika mereka melaksanakan perintah itu, niscaya Allah akan menyiksa kaum musyrikin dengan kekuatan kaum mukmin. Allah menjadikan mereka hina dan menolong orang-orang mukmin dan melegakan serta menghilangkan panas hati mereka yang banyak menderita pengkhianatan orang-orang musyrikin.
Yang dimaksud dengan Allah menyiksa orang-orang musyrik dengan kekuatan kaum Muslimin ialah membunuh dan menghancurkan mereka di dalam peperangan. Dan yang menjadikan mereka hina ialah karena kekalahan mereka dalam peperangan, dan mereka dijadikan tawanan dan budak. Menurut riwayat Ikrimah dan lain-lainnya, bahwa orang-orang mukmin yang lega dan hilang panas hatinya ialah suku Khuza`ah, sedangkan menurut Ibnu Abbas ialah suku-suku dari Yaman dan Saba' yang telah masuk Islam yang pernah mendapat siksa yang berat dari orang-orang musyrik Mekah. Mereka mengirimkan utusan mengadukan penderitaan mereka kepada Rasulullah di Madinah, maka Rasulullah menyampaikan salam dan harapan kepada mereka supaya menggembirakan hati, sebab pertolongan Allah akan datang dalam waktu yang dekat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 14
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ (14)
(Perangilah mereka niscaya Allah akan menyiksa mereka) Allah pasti akan membunuh mereka (dengan perantaraan tangan kalian dan Allah akan menghinakan mereka) Dia akan membuat mereka hina melalui cara penahanan dan penindasan (dan menolong kalian terhadap mereka serta melegakan hati orang-orang yang beriman) melalui apa yang telah dilakukan oleh Bani Khuzaah terhadap mereka yang merusak perjanjian.
15 dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. 9:15)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 15
وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (15)
Ayat ini sebagai lanjutan dari ayat 14 yang maksudnya ialah bahwa kekalahan kaum musyrikin itu akan melegakan dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin yang banyak menderita siksaan dan penganiayaan dari orang-orang musyrik selama ini, karena mereka tidak mampu membela diri bertahan di Mekah dan tidak kuasa pindah ke Madinah atau ke tempat lain yang aman. Selanjutnya pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah menerima tobat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Ayat ini memberi isyarat bahwa kaum musyrikin banyak yang telah bertobat dan Allah telah menerima tobat mereka, dan mereka menjadi orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan pembela agama Islam yang tangguh. Allahlah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana mengatur hamba-Nya dan untuk mengatur kepentingan perkembangan agama-Nya di kemudian hari.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 15
وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (15)
(Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin) kegelisahannya (Dan Allah menerima tobat orang yang dikehendaki-Nya) dengan masuk Islam seperti apa yang dilakukan oleh Abu Sofyan (Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana).
16 Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. 9:16)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 16
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَا رَسُولِهِ وَلَا الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (16)
Pada ayat ini Allah memberikan peringatan yang sangat penting kepada kaum Muslimin yang disebabkan sesuatu hal sudah merasa berat untuk memerangi lagi orang-orang musyrikin, yaitu Allah menjelaskan maksudnya ialah bahwa Allah mengajak dan mendorong mereka supaya berpikir dan mempertimbangkan dengan penuh kesadaran dan keinsafan tentang hal-hal berikut:
a. Apakah mereka sudah sungguh-sungguh melaksanakan jihad selama ini sebagaimana mestinya?
b. Apakah orang-orang musyrik tidak akan memerangi mereka lagi dan tidak akan melanggar sumpah perjanjian sebagaimana yang biasa mereka lakukan?
c. Apakah orang musyrik tidak akan mencerca agama Islam lagi dan menghalang-halangi orang untuk menganutnya sebagaimana mereka lakukan semenjak lahirnya agama Islam.
d. Apakah kaum muslimin sudah lupa tingkah laku orang-orang munafik yang menikam Nabi dan kaum muslimin dari belakang?
e. Apakah orang-orang muslimin dibiarkan saja tanpa mendapat cobaan dan ujian tanpa diketahui siapa-siapa yang benar-benar beriman dan berjihad di jalan Allah dan tidak mengambil orang-orang musyrikin menjadi teman kepercayaan?
Jadi ayat ini menerangkan kepada kaum muslimin bagaimana seharusnya mereka, yaitu harus tabah menghadapi segala macam cobaan dan ujian, tidak boleh merasa cepat puas dari hasil yang sudah dicapai dan tidak boleh pula malas dan bosan untuk meneruskan jihad, mereka juga harus mengetahui kewajiban menjaga dan waspada terhadap segala tipu daya musuh, dan tidak boleh menjadikan mereka teman yang akrab. Hal ini sudah banyak diperingatkan di dalam Alquran, antara lain firman Allah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi.
(Q.S. Ali Imran: 118)
Selanjutnya pada akhir ayat diterangkan, bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan orang-orang muslim dalam melaksanakan perintah berjihad dan apa yang terkandung dalam hati mereka, dan oleh karena itulah diperintahkan supaya mereka mematuhi petunjuk dan perintah Allah sebaik-baiknya.
17 Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.(QS. 9:17)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 17
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (17)
Menurut riwayat Ibnu Abbas bahwa setelah Abbas ditawan pada perang Badar, ia dicemoohkan oleh kaum muslimin dengan mengatakan dia kafir dan memutuskan silaturahmi, dan Sayidina Ali melontarkan kata-kata yang pedas kepadanya. Lalu Abbas menjawab cemoohan dan kata-kata pedas itu dengan: "Mengapa kamu menyebut-nyebut kejahatan kami saja, dan tidak sedikit pun mengingat kebaikan yang kami perbuat." Sayidina Ali berkata lagi: "Apakah kamu mempunyai kebaikan?" Abbas menjawab: "Ada, yaitu kami mengurus dan memakmurkan Masjidil Haram, memelihara Kakbah dan memberi orang-orang haji." Maka turunlah ayat ini untuk membantahnya.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa tidak pantas kaum musyrikin memakmurkan Masjidil Haram dan mesjid-mesjid lainnya. Memakmurkan mesjid Allah itu adalah bertujuan untuk mengesakan dan mengagungkan Allah serta menaatinya. Hal ini sepantasnyalah dilakukan hanya oleh orang-orang mukmin, bukan orang-orang kafir dan orang-orang yang mempersekutukan Allah. Memakmurkan mesjid ialah membangunnya, mengurusnya, menghidupkannya dengan amal ibadah yang diridai Allah. Tetapi memakmurkan yang dilarang di sini untuk orang-orang kafir ialah bersifat kekuasaan terhadap mesjid, seperti menjadi pengurusnya. Adapun mempergunakan tenaga-tenaga orang kafir untuk membangun mesjid, seperti tukang-tukang dan sebagainya tidaklah termasuk dilarang. Begitu juga orang-orang muslimin boleh menerima mesjid yang dibangun oleh orang kafir atau yang diwasiatkan oleh orang kafir membangunnya, atau memperbaikinya selama tidak mengandung tujuan yang jahat untuk membikin mudarat.
Sekalipun para mufassirin berbeda pendapat tentang mesjid yang dimaksud dalam ayat ini, yaitu apakah Masjidil Haram saja sesuai dengan turunnya ayat ini seperti tersebut pada permulaan menafsirkan ayat ini, dan sesuai pula dengan bacaan sebagian ulama qiraat yang membacakan dengan mesjid artinya lafal muffed (tunggal) yaitu Masjidil Haram, atau yang dimaksud semua mesjid Allah sesuai dengan lafal jamak "masaajida" yang ada. Tetapi semua pendapat, baik Masjidil Haram atau pun mesjid-mesjid lainnya, tidak pantas dan tidak boleh bagi orang-orang musyrikin untuk memakmurkannya. Selanjutnya pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir itu sia-sialah amal dan pekerjaannya yang mereka bangga-banggakan, yaitu memakmurkan Masjidil Haram, memberi minum orang-orang haji, dan lain-lain yang mereka kerjakan selama mereka di dalam syirik. Ayat ini sesuai dengan ayat-ayat lain seperti firman Allah:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya:
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
(Q.S. Al-An'am: 88)
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang musyrik itu kekal dalam neraka menderita siksa, karena tidak ada amal mereka di dunia ini yang berguna untuk dapat menolong mereka di hari akhirat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 17
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (17)
(Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah) boleh dibaca mufrad dan boleh pula dibaca jamak, yakni dengan cara memasukinya dan duduk di dalamnya (sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia) batal (amal perbuatannya dan mereka kekal di dalam neraka).
18 Hanya yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. 9:18)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 18
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (18)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa yang patut memakmurkan mesjid-mesjid Allah hanyalah orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya, dan amal ibadahnya ikhlas karena Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, serta percaya akan datangnya hari akhirat tempat pembalasan segala amal perbuatan, rajin mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain Allah. Orang-orang inilah yang diharapkan termasuk golongan yang mendapat petunjuk dari Allah dan yang diridai-Nya untuk memakmurkan mesjid-mesjid-Nya di dalam dunia ini, baik memakmurkan dengan membangun dan memeliharanya maupun memakmurkan peribadatan dan lain-lainnya. Banyak hadis-hadis yang diriwayatkan tentang fadilah memakmurkan mesjid-mesjid Allah antara lain sabda Rasulullah saw.:
من بنى لله مسجدا يبتغي به وجه الله بنى الله له بيتا في الجنة
Artinya:
Barang siapa membangun atau memakmurkan mesjid bagi Allah untuk mendapatkan keridaan-Nya, niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah dalam surga.
(H.R. Bukhari, Muslim, dan Tirmizi dari Usman bin Affan)
Sabda Rasulullah saw.:
إذا رأيتم الرجل يعتاد المساجد فاشهدوا له بالإيمان
Artinya:
Apabila kamu melihat seorang laki-laki membiasakan diri (beribadah) di mesjid, maka saksikanlah bahwa ia orang yang beriman.
(H.R. Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim dari Abu Said Al-Khudri)
Dan sabdanya:
أن امرأة كانت تقم المسجد أي تكنسه فماتت فسأل عنها النبي صلى الله عليه وسلم فقيل له: ماتت، أفلا كنتم آذنتموني بها لأصلي عليها؟ دلوني على قبرها، فأتى قبرها فصلى عليها
Artinya:
Sesungguhnya ada seorang perempuan yang biasa menyapu mesjid lalu meninggal dunia, Rasulullah saw. menanyakannya dan tatkala dikatakan kepadanya bahwa perempuan itu sudah meninggal, Rasulullah berkata: "Mengapa kamu tidak memberitahukan kepada saya agar saya salatkan ia. Tunjukkanlah kepadaku di mana kuburnya." Maka Rasulullah mendatangi kuburan itu lalu beliau salat atasnya.
(H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Dan sabda Rasulullah saw.:
مهور الحور العين كنس المساجد وعمارتها
Artinya:
Membersihkan mesjid dan meramaikannya adalah mahar (maskawin) bidadari.
(H.R. Abu Bakar Asy Syafi'i dari Abu Qursafah)
Dan sabda Rasulullah lagi:
من أسرج سراجا في مسجد لم تزل الملائكة وحملة العرش يستغفرون له ما دام في ذلك المسجد ضوءه
Artinya:
Barang siapa yang menyalakan penerangan dalam mesjid, niscaya para malaikat dan pemikul-pemikul Arasy senantiasa memohon ampun kepada Allah agar diampuni dosanya selama lampu itu bercahaya dalam mesjid.
(H.R. Salim Ar Razi dari Anas ra.)
19 Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim.(QS. 9:19)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 19
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (19)
Imam Muslim dan Imam Abu Daud meriwayatkan dari Nu`man bin Basyir yang berkata: "Aku pernah berada didekat mimbar Rasulullah saw. bersama-sama dengan beberapa orang sahabat. Seorang dari mereka mengatakan, bahwa setelah ia masuk Islam dia tidak memperhatikan amal saleh kecuali memberi minuman
1 (Inilah penyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).(QS. 9:1)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 1
بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1)
Banyak masalah pokok yang diterangkan di dalam surat Al-Anfal diterangkan pula dalam surat ini dengan mengungkapkan persoalannya lebih luas dan mendalam yang adakalanya lebih nyata terperinci, sehingga surat ini dalam beberapa hal banyak menambah kesempurnaan surat Al-Anfal. Allah mengutus Nabi Muhammad saw. ke dunia ini sebagai rasul yang terakhir untuk mengembangkan agama Islam dengan dakwah yang berlandaskan dalil-dalil yang dapat meyakinkan kebenarannya, tidak dengan paksa yang berlandaskan kekuatan senjata dan harta benda. Akan tetapi kaum musyrikin terus menentangnya dengan segala macam cara, mulai dari perkataan-perkataan sampai kepada perbuatan-perbuatan yang di luar batas-batas perikemanusiaan, sehingga banyak kaum muslimin terpaksa hijrah ke negeri Habsyah (Ethiopia) dan tempat-tempat yang lain. Oleh karena Nabi Muhammad saw. dan sebagian sahabatnya masih bertahan di Mekah untuk melanjutkan dakwah, maka kaum musyrikin Quraisy mengadakan musyawarah di suatu tempat yang bernama "DARUN NADWAH" untuk mengambil suatu keputusan apakah Muhammad dibunuh atau dikurung atau dibuang saja. Akhirnya mereka memutuskan bahwa Muhammad dibunuh. Di dalam keadaan yang gawat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah, yang kemudian diikuti oleh para sahabatnya yang mampu datang ke Madinah yang disebut kaum Muhajirin. Di Madinah Nabi dan para sahabatnya yang turut berhijrah disambut penduduk kaum muslimin yang kemudian dinamakan Al-Ansar dengan sambutan luar biasa baiknya, seperti yang diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Artinya:
Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).
(Q.S. Al-Hasyr: 9)
Ketika itu kaum Muslimin dengan kaum musyrikin dalam keadaan perang, menurut cara yang berlaku di masa itu. Dan di dalam perkembangan selanjutnya, Nabi saw. mengadakan perjanjian damai dan tolong-menolong dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), tetapi mereka berkhianat dan melanggar janji dengan menolong orang musyrikin. Dalam pada itu permusuhan dari kaum musyrikin bertambah meningkat, bahkan mereka bermaksud hendak menghancurkan agama Islam itu, maka disyariatkanlah berperang. Kemudian Nabi mengadakan perjanjian damai dengan kaum musyrikin di Hudaibiyah untuk masa sepuluh tahun dengan syarat-syarat yang sangat lunak yang seakan-akan menguntungkan kaum musyrikin, tetapi kaum musyrikin melanggar perjanjian itu, sehingga tidak ada pilihan lain bagi Nabi Muhammad dan kaum Muslimin selain menghadapi tantangan itu dengan penuh keimanan dan keberanian. Akhirnya pada tahun ke 8 hijrah, kota Mekah dapat ditaklukkan oleh kaum Muslimin. Dengan demikian lemahlah kekuatan kaum musyrikin, akan tetapi mereka masih mengadakan perlawanan dengan segala cara yang masih bisa mereka lakukan sehingga turunlah surat ini untuk pembatalan perjanjian perdamaian dan pemutusan hubungan dengan kaum musyrikin.
Ayat ini menyatakan pembatalan perjanjian-perjanjian damai dengan kaum musyrikin dengan cara yang lebih tegas dan positif dari yang sudah diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ
Artinya:
Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
(Q.S. Al-Anfal: 58)
Banyak pendapat ahli tafsir tentang perjanjian apa yang dibatalkan di dalam ayat ini. Menurut Ibnu Kasir dan Ibnu Jarir bahwa pendapat yang terbaik dan terkuat ialah perjanjian yang ditentukan waktunya, sedang perjanjian yang memakai waktu harus ditunggu sampai habis waktunya, sesuai dengan ayat keempat dari surat yang akan diterangkan kemudian ini.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 1
بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1)
Inilah pernyataan (Pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya) yang ditunjuk (kepada orang-orang musyrikin yang kalian telah mengadakan perjanjian dengan mereka) yakni perjanjian yang bersifat mutlak, atau perjanjian yang berlaku kurang dari empat bulan, atau lebih dari empat bulan kemudian perjanjian itu dirusak sebagaimana yang akan disebut pada ayat berikutnya.
2 Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.(QS. 9:2)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 2
فَسِيحُوا فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَأَنَّ اللَّهَ مُخْزِي الْكَافِرِينَ (2)
Pada ayat ini Allah menerangkan supaya kaum Muslimin memberi kesempatan kepada kaum musyrikin yang selalu mengkhianati janji untuk berjalan di muka bumi selama empat bulan dengan bebas dan aman tanpa diganggu oleh siapa pun dari kaum Muslimin, supaya mereka dapat berpikir lebih tenang untuk menentukan sikap mereka, mau masuk Islam atau tetap menentang kaum Muslimin.
Adapun mulai berlakunya masa empat bulan itu, menurut pendapat yang masyhur ialah dari tanggal 10 Zulhijah tahun ke 9 Hijrah sampai dengan tanggal 10 Rabiul Akhir ke 10 Hijrah. Sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Abu Masyar Al-Madany dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazi dan lain-lain yang maksudnya: "Rasulullah saw. mengutus Abu Bakar sebagai Amir haji tahun ke 9 Hijrah dan mengutus pula Ali bin Abu Talib dengan membawa 30 atau 40 ayat Bara'ah untuk dibacakan kepada manusia di Mina.
Adapun pendapat yang lain dari itu akan tetapi agar tidak bersimpang-siur perlu dibedakan antara empat yang dimaksud di sini dengan empat bulan yang diharamkan berperang secara umum seperti yang disebut dalam hadis yang sahih yang berbunyi:
إن الزمان قد استدار كهيئة يوم خلق الله السموات والأرض السنة اثنا عشر شهرا أربعة حرم ثلاثة متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان
Artinya:
Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana keadaan (bentuknya) pada hari yang diciptakan langit dan bumi. Setahun ada dua belas bulan, empat bulan daripadanya diharamkan berperang, tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab bulan yang terjepit yang terletak di antara Jumadil (Akhir) dan Syakban.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dan empat bulan yang di dalam hadis ini pulalah yang dimaksud dalam surat-surat Al-Baqarah ayat 217, surat Al-Maidah ayat 2 dan lain-lainnya yang dilarang berperang secara umum. Selanjutnya pada ayat ini Allah menerangkan bahwa jika orang-orang musyrikin itu masih menentang dan memusuhi Allah dan Rasul, maka mereka harus mengerti bahwa mereka tidak akan dapat melemahkan Allah dan mereka sendirilah yang memikul segala akibatnya dengan kehinaan. Hal serupa itu sudah menjadi sunnatullah terhadap orang-orang kafir sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah:
كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya:
Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka. Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari kiamat (akhirat) lebih besar kalau mereka mengetahuinya.
(Q.S. Az Zumar: 25, 26)
3 Dan (inilah suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,(QS. 9:3)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 3
وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (3)
Pada ayat ini Allah menerangkan pula suatu permakluman pada hari Haji Akbar yang isinya ialah menyatakan bahwa Allah dan Rasul-Nya membebaskan diri dari kaum musyrikin dan memutuskan hubungan dan perjanjian-perjanjian dengan mereka serta membersihkan agama mereka dari semua khurafat dan kesesatan.
Banyak hadis-hadis sahih yang diriwayatkan bertalian dengan permakluman ini antara lain bahwa Abu Hurairah berkata:
بعثني أبو بكر في تلك الحجة في مؤذنين بعثهم يوم النحر يؤذنون بمنى أن لا يحج بعد العام مشرك ولا يطوف في البيت عريان، ثم أردف رسول الله صلى الله عليه وسلم بعلي بن أبي طالب فأمر أن يؤ ذن ببراة وأن لا يحج بعد العام مشرك ولا يطوف بالبيت عريان
Artinya:
Saya (Abu Hurairah) diutus oleh Abu Bakar pada hari raya haji bersama dengan orang-orang yang ditugaskan untuk memaklumkan di Mina bahwa orang musyrik tidak diperbolehkan naik haji sesudah tahun ini dan tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang. Kemudian Rasulullah saw. menyusuli dengan mengutus Ali bin Abu Talib dan memerintahkannya untuk memaklumkan (membaca ayat) Bara'ah dan orang musyrik tidak dibolehkan haji lagi sesudah tahun itu dan tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang (sebagaimana kebiasaan kaum musyrikin).
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dan berkata Abu Hurairah lagi:
كنت نع علي بن أبي طالب حين بعثه رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى أهل مكة ببراءة فقال: ما كنتم تنادون؟ قال: كنا ننادي أنه لا يدخل الجنة إلا نفس مؤمنة ولا يطوف بالبيت عريام ومن كان بينه وبين رسول الله صلى الله عليه وسلم عهد فإن أجله أو مدته إلى أربعة أشهر فإذا مضت الأربعة فإن الله بريء من المشركين ورسوله ولا يحج هذا البيت بعد عامنا هذا مشرك
Artinya:
Saya bersama-sama dengan Ali bin Abu Talib ketika ia diutus Rasulullah saw. kepada penduduk Mekah dengan (membacakan) ayat Bara'ah lalu ia bertanya: "Apakah yang kamu serukan (umumkan)?" Ali menjawab: "Kami serukan bahwa tidak ada yang masuk surga melainkan orang-orang mukmin, tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang, barang siapa yang ada janji dengan Rasulullah saw. maka temponya atau masanya sampai empat bulan dan apabila selesai empat bulan, maka Allah dan Rasul-Nya membebaskan diri dari orang-orang musyrikin, dan tidak dibolehkan orang musyrikin naik haji ke Baitullah ini sesudah tahun kita ini (tahun ke 9 Hijrah)."
(H.R. Ahmad dari Abu Hurairah)
Para ulama banyak mengemukakan pendapat tentang apa yang dimaksud dengan haji akbar, antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Abdullah bin Haris, Ibnu Sirin dan Syafii bahwa yang dimaksud dengan haji akbar ialah hari Arafah, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan Tirmizi, Nasai dan Ibnu Majah.
b. Menurut Ibnu Qayyim dan lain-lainnya bahwa yang dimaksud dengan hari haji akbar ialah hari Nahar (10 Zulhijah) berdasarkan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
c. Al-Qadi (Iyad) mengatakan: Apabila kita meneliti pendapat-pendapat itu, maka pendapat yang tersaring (terpilih) bahwa haji akbar itu ialah hari-hari mengerjakan manasik haji sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid. Tetapi apabila kita membahas tentang hari raya Haji Akbar, maka tidak diragukan lagi ialah wukuf di Arafah karena haji adalah Arafah. Barangsiapa yang dapat wukuf di Arafah, maka ia haji, dan barangsiapa yang tidak wukuf di Arafah, maka ia tidak memperoleh haji. Maka yang dimaksud dengan haji akbar dalam surat ini dan diucapkan Nabi saw. dalam khutbahnya ialah hari Nahar.
Adapun sebab dinamakan haji akbar yang berarti Haji Besar, maka sebagian ulama mengatakan ialah untuk membedakannya dengan umrah yang disebut haji kecil. Dan ada yang mengatakan karena amal-amal yang dikerjakan pada masa Haji itu lebih besar pahalanya jika dibandingkan dengan amal-amal yang dikerjakan pada masa-masa yang lain. Ada pula yang mengatakan, karena pada waktu itulah tampak kemuliaan yang lebih besar bagi kaum Muslimin dan kehinaan bagi orang-orang musyrikin. Masih banyak lagi pendapat lain.
Menurut ayat ini kelanjutan dari permakluman itu ialah jika kaum musyrikin itu bertobat menyesali kesesatan mereka dari berbuat syirik, melanggar janji dan sebagainya, dan kembali kepada jalan yang benar, yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan menghilangkan permusuhan dengan kaum Muslimin, itulah yang paling baik bagi mereka untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, maka tetapi jika mereka berpaling, tidak mau menerima kebenaran dan petunjuk tetapi tetap membangkang maka mereka tidak akan dapat melemahkan kekuasaan Allah dan tidak akan dapat menghilangkan pertolongan yang dijanjikan Allah kepada Rasulullah saw. dan kepada orang-orang mukmin, yaitu kemenangan mereka dalam mengalahkan orang-orang musyrik dan munafik. Mereka bukan saja menderita kekalahan dan kehinaan di dunia bahkan Rasulullah pun diperintahkan Allah untuk menyampaikan berita bahwa mereka akan mendapat siksa yang sangat pedih di akhirat.
4 kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatupun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.(QS. 9:4)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 4
إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (4)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa waktu yang diberikan kaum Muslimin kepada kaum musyrikin untuk menentukan sikap, tidak boleh lebih empat bulan, terkecuali terhadap mereka yang ada perjanjian dengan kaum Muslimin, dan terhadap mereka yang tidak mengurangi sesuatu pun dari syarat-syarat perjanjian itu tidak membantu orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin, maka perjanjian itu harus dipelihara dan disempurnakan sesuai dengan isinya sampai kepada batas waktunya. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan bahwa Nabi menyempurnakan janjinya dengan suku Bani Damrah dan Bani Kinanah.
Ayat-ayat ini dan ayat-ayat yang lainnya menunjukkan bahwa setiap perjanjian yang masih berlaku, wajib dipenuhi dan disempurnakan sesuai dengan syarat-syarat perjanjian itu walaupun perjanjian itu dengan kaum musyrikin selama mereka memenuhi semua syarat-syarat perjanjian itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. menyukai orang-orang yang bertakwa. Hal ini menunjukkan bahwa memelihara dan menyempurnakan janji itu termasuk takwa. Karena memelihara perjanjian artinya memelihara pertanggungjawaban terhadap keadilan antara manusia yang membawa kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 4
إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (4)
(Kecuali orang-orang musyrik yang kalian telah mengadakan perjanjian dengan mereka dan mereka tidak merusak sedikit pun) syarat-syarat yang tertera dalam perjanjian itu (dan tidak pula mereka membantu) bersekongkol dengan (seseorang untuk memusuhi kalian) dari kalangan orang-orang kafir (maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai) habis (batas waktunya.) yang telah kalian tentukan dalam perjanjian itu (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa) yakni mereka yang memenuhi janjinya.
5 Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 9:5)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 5
فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)
Pada ayat ini Allah menerangkan apabila telah selesai bulan-bulan yang diharamkan memerangi kaum musyrikin yaitu selama empat bulan terhitung mulai tanggal 10 Zulhijah sampai dengan tanggal 10 Rabiul Akhir tahun 9 Hijrah, maka Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk mengerjakan salah satu dari empat hal yang lebih bermanfaat bagi mereka yaitu:
1. Memerangi mereka di mana saja mereka berada, baik di tanah haram maupun di luarnya.
2. Menawan mereka.
3. Mengepung dan memenjarakan mereka.
4. Mengintai gerak-gerik mereka di setiap tempat yang diperlukan.
Tentang membunuh atau memerangi mereka di mana saja, menurut Ibnu Kasir, pendapat yang masyhur ialah bahwa ayat ini umum dan ditakhsiskan dengan firman Allah:
وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ
Artinya:
Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), bunuhlah mereka.
(Q.S. Al-Baqarah: 191)
Adapun tentang menawan mereka telah diperbolehkan pada ayat ini, sedang pada surat sebelumnya belum diperbolehkan seperti firman Allah:
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ
Artinya:
Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi.
(Q.S. Al-Anfal: 67)
Ayat ini sesuai dengan hadis-hadis sahih antara lain sabda Nabi saw.:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكاة
Artinya:
Saya diperintahkan membunuh (memerangi) manusia sehingga mereka mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, dan mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Ayat ini adalah salah satu dari empat ayat yang dinamakan "ayatussaif" artinya "ayat-ayat pedang" karena empat ayat ini diturunkan untuk membunuh atau berperang dengan memakai kekuatan senjata.
Pertama: ialah ayat ini untuk membunuh atau memerangi kaum musyrikin.
Kedua: untuk memerangi ahli kitab yang disebutkan dalam firman Allah:
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
Artinya:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka sampai mereka membayar fidyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
(Q.S. At Taubah: 29)
Ketiga: ialah memerangi orang-orang munafik yang disebut dalam firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
Artinya:
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik.
(Q.S. At Tahrim: 9)
Keempat: ialah memerangi orang-orang Bugat (orang-orang penganiaya dan perusuh yang disebutkan dalam firman Allah:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ
Artinya:
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya; jika salah seorang satu dari dua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu hingga golongan itu kembali kepada perintah Allah.
(Q.S. Al-Hujurat: 9)
Di antara para ulama tafsir ada yang berpendapat bahwa ayat ini dinasakhkan oleh firman Allah:
فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً
Artinya:
Sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan.
(Q.S. Muhammad: 4)
Dan ada yang berpendapat sebaliknya, yaitu ayat inilah yang menasakhkan ayat 4 surat Muhammad tersebut karena ayat ini turunnya kemudian. Dan ada pula yang berpendapat bahwa ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat 4 surat Muhammad dan ayat-ayat lainnya, karena semua ulama berpendapat tentang kewajiban memberantas kekufuran dan kesesatan yang semuanya tidak harus dengan pembunuhan atau peperangan tetapi hendaknya disesuaikan dengan faktor-faktor lainnya seperti kemampuan dan keadaan.
Selanjutnya pada ayat ini Allah menerangkan bahwa apabila kaum musyrikin itu bertobat dan kembali ke jalan yang benar dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka kepada mereka diharuskan memberikan kebebasan yang luas, tidak dibunuh atau diperangi, tidak ditawan, tidak dikurung dan tidak diintai gerak-geriknya lagi. Sebagai persaksian lahiriah beriman itu harus dengan mengucapkan dua kalimat syahadat setelah menyatakan masuk Islam. Dan yang dimaksud dengan salat di sini ialah salat fardu lima waktu yang menjadi rukun Islam dan menunjukkan kepatuhan beriman yang dituntut bagi setiap orang mukmin tanpa adanya perbedaan dari segi apa pun, demikian pula salat ini membersihkan jiwa dan memperbaiki akhlak sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Artinya:
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
(Q.S. Al-Ankabut: 45)
Dan karena salat itu mempunyai daya kekuatan mengadakan hubungan manusia dengan Tuhan. Firman Allah:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Artinya:
Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.
(Q.S. Taha: 14)
Adapun yang dimaksud dengan zakat di sini ialah zakat yang difardukan dalam Islam bagi orang-orang yang telah memenuhi syarat-syaratnya, karena zakat ini selain membersihkan harta sangat diperlukan untuk fakir miskin dan untuk kepentingan umum. Tegasnya orang-orang musyrik itu tidak boleh dibunuh, atau diperangi dengan tiga syarat yaitu:
1. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
2. Mendirikan salat lima waktu yang difardukan.
3. Menunaikan wajib zakat apabila telah memenuhi syarat-syaratnya.
Sabda Rasulullah saw.:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله
Artinya:
Saya diperintahkan membunuh (memerangi) manusia hingga mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka apabila mereka telah berbuat demikian, niscaya darah dan harta benda mereka terpelihara dari saya, kecuali dengan hak Islam dan hisab mereka terserah kepada Allah.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka sebagian ulama berpendapat bahwa orang-orang yang tidak melaksanakan salat lima waktu yang difardukan tanpa uzur, dan orang-orang yang tidak mau menunaikan zakat yang sudah cukup syarat-syaratnya, maka hukumnya wajib dibunuh. Sedang pendapat ulama lain mengatakan tidak wajib dibunuh, hanya ditakzir oleh imam (penguasa) dengan memberikan hukuman penjara dan sebagainya menurut pertimbangannya, dan orang-orang yang tidak mau menunaikan zakat, maka imam berhak mengambilnya dengan paksa.
6 Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.(QS. 9:6)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 6
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ (6)
Pada ayat ini Allah menerangkan pada Rasul-Nya, jika ada seseorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepada Nabi Muhammad saw. untuk mendengar kalam Allah agar ia dapat mengetahui hakikat dakwah Islamiah yang disampaikan oleh Nabi, maka Allah memerintahkan Nabi untuk melindunginya dalam jangka masa yang tertentu. Kalau ia mau beriman, berarti ia akan aman untuk selanjutnya, dan kalau tidak, maka Nabi hanya diperintahkan untuk menyelamatkannya sampai kepada tempat yang diinginkannya buat keamanan dirinya, dan sesudah itu keadaan dalam perang kembali seperti semula.
Para ulama tafsir berbeda pendapat antara lain, bahwa perlindungan (pengamanan) yang diberikan itu hanyalah kepada kaum musyrikin yang telah habis masa perjanjian selama ini, dan mereka tidak pernah melanggarnya. Dan kaum Muslimin diperintahkan menyempurnakannya sebagaimana telah dijelaskan pada ayat empat. Bahkan orang-orang musyrikin yang sudah habis tempo empat bulan yang diberikan kepada mereka untuk menentukan sikap, karena waktunya sudah cukup dan tidak perlu ditambah lagi. Akan tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa kepada mereka yang ingin beriman masih diberi kesempatan yang lamanya empat bulan, akan tetapi menurut pendapat yang terkuat diserahkan kepada imam.
Dalam persoalan ini Ibnu Kasir berpendapat bahwa orang kafir yang datang dari negeri Harb (kafir) ke negeri Islam untuk menunaikan suatu tugas seperti dagang, minta berdamai, minta menghentikan pertempuran, membawa jizyah (upeti) dan minta pengamanan kepada mereka diberikan perlindungan selama dia berada di negeri Islam sampai dia kembali ke negerinya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 6
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ (6)
(Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu) lafal ahadun dirafa'kan oleh fi'il/kata kerja yang menafsirkan maknanya (meminta perlindungan kepadamu) maksudnya meminta suaka kepadamu supaya jangan dibunuh (maka lindungilah dia) berilah ia jaminan keamanan (supaya ia sempat mendengar firman Allah) yaitu Alquran (kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya) yaitu tempat tinggal kaumnya, bilamana ternyata ia masih belum mau beriman, supaya ia mempertimbangkan sikapnya itu (Demikian itu) hal yang disebut itu (disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui) agama Allah, maka merupakan suatu keharusan bagi mereka mendengarkan Alquran terlebih dahulu supaya mereka mengetahui dan mengerti akan agama Allah.
7 Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharam? Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.(QS. 9:7)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 7
كَيْفَ يَكُونُ لِلْمُشْرِكِينَ عَهْدٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ رَسُولِهِ إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِيمُوا لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (7)
Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak dapat meneruskan dan memelihara perjanjian dengan orang-orang musyrikin kecuali dengan mereka yang mengindahkan perjanjian di dekat Masjidil Haram. Oleh karena itu sebagai patokan umum yang harus dilaksanakan oleh kaum Muslimin terhadap kaum musyrikin Allah menjelaskan, bahwa jika mereka mematuhi syarat-syarat perjanjian, maka kaum Muslimin pun harus berbuat demikian pula terhadap mereka, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa, sedang orang-orang yang tidak mengindahkan syarat-syarat perjanjian adalah orang-orang yang berkhianat dan tidak bertakwa kepada Allah swt. Yang dimaksud dengan perjanjian Masjidil Haram di sini ialah perjanjian Hudaibiyah yang terjadi sewaktu Nabi Muhammad saw. dan sejumlah besar dari para sahabat pada tahun ke 6 Hijrah berangkat dari Madinah menuju Mekah untuk mengerjakan ibadah umrah, dan setelah mereka sampai di suatu tempat yang bernama Hudaibiyah, yang jaraknya 13 mil sebelah barat kota Mekah, mereka dicegat dan dihalang-halangi oleh orang-orang kafir Quraisy sehingga terjadilah perjanjian damai yang dinamakan dengan tempat itu.
Menurut riwayat Ibnu Hatim bahwa di antara suku Arab musyrikin yang mengindahkan perjanjian Hudaibiyah itu adalah suku Bani Damrah dan suku Kinanah, sehingga menurut sebagian mufassirin, Nabi dan kaum Muslimin menyempurnakan perjanjian Hudaibiyah dengan dua suku ini, meskipun telah habis jangka masa empat bulan yang diberikan kepada kaum musyrikin.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 7
كَيْفَ يَكُونُ لِلْمُشْرِكِينَ عَهْدٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ رَسُولِهِ إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِيمُوا لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (7)
(Bagaimana) tidak mungkin (bisa ada perjanjian aman dari Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrik) sedangkan mereka masih tetap dalam kekafirannya terhadap Allah dan Rasul-Nya lagi berbuat khianat (kecuali orang-orang yang kalian telah mengadakan perjanjian dengan mereka di dekat Masjidilharam) ketika perang Hudaibiah; mereka adalah orang-orang Quraisy yang dikecualikan sebelumnya (maka selama mereka berlaku lurus terhadap kalian) selagi mereka menepati perjanjiannya dan tidak merusaknya (hendaklah kalian berlaku lurus pula terhadap mereka) dengan menunaikan perjanjian itu. Huruf maa pada lafal famastaqaamuu adalah maa syarthiyah. (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa) Nabi saw. telah menepati perjanjiannya dengan mereka, sehingga mereka sendirilah yang merusak perjanjian itu, karena mereka membantu Bani Bakar untuk memerangi Bani Khuza'ah.
8 Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menetapi perjanjian).(QS. 9:8)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 8
كَيْفَ وَإِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لَا يَرْقُبُوا فِيكُمْ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً يُرْضُونَكُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ (8)
Pada ayat ini diterangkan tentang sebab pembatalan perjanjian itu ialah karena apabila kaum musyrikin memperoleh kemenangan terhadap kaum Muslimin, mereka tidak mempedulikan lagi hubungan kekerabatan dan ikatan perjanjian. Mereka cukup pandai menarik simpati kaum Muslimin dengan kata-kata yang manis sedang hati mereka tidak menerima apa yang mereka ucapkan itu. Mereka berbuat demikian karena kebanyakan mereka orang-orang fasik yang tidak dikendalikan oleh akidah yang benar dan akhlak yang baik sehingga mereka berbuat menurut dan mengikuti hawa nafsunya. Jadi orang-orang musyrikin yang sudah demikian rasa bencinya terhadap Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin, tentu tidak ada gunanya perjanjian dengan mereka bagaimanapun corak dan bentuknya. Mereka pada umumnya telah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 8
كَيْفَ وَإِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لَا يَرْقُبُوا فِيكُمْ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً يُرْضُونَكُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ (8)
(Bagaimana bisa) ada perjanjian bagi orang-orang musyrikin (padahal jika mereka memperoleh kemenangan atas kalian) mereka mendapat kemenangan atas kalian (mereka tidak memelihara) tidak lagi mengindahkan (hubungan kekerabatan) hubungan kefamilian (dan tidak pula mengindahkan perjanjian) bahkan mereka akan berupaya sekuat tenaga untuk menyakiti dan mengganggu kalian. Jumlah syarat merupakan hal atau kata keterangan. (Mereka menyenangkan hati kalian dengan mulutnya) yakni melalui kata-kata manis mereka (sedangkan hatinya menolak) untuk menunaikan perjanjian itu. (Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik) selalu merusak perjanjian.
9 Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.(QS. 9:9)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 9
اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (9)
Pada ayat ini Allah menjelaskan sebab kesesatan kaum musyrikin. Mereka itu menukar ayat-ayat Allah yang mengandung ajaran-ajaran tauhid, iman dan lain-lain dengan sesuatu yang sangat rendah mutu dan nilainya agar mereka dapat terus menikmati keberuntungan duniawi yang mereka kehendaki. Jadi orang musyrikin itu, demi untuk mempertahankan tradisi dan kedudukan, takut kehilangan kekuasaan dan pengaruh yang membawa keberuntungan duniawi yang mereka nikmati yang pada hakikatnya sangat sedikit dibanding dengan keberuntungan bila mereka beriman dengan ayat-ayat Allah yang membawa kebahagiaan akhirat yang kekal abadi. Tetapi kaum musyrikin itu tidak mempedulikan semuanya itu. Maka pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu sangatlah buruknya. Terutama jika hal itu dimaksudkan untuk menghalangi tersiarnya agama Islam.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 9
اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (9)
(Mereka menukarkan ayat-ayat Allah) yakni Alquran (dengan harga yang sedikit) berupa harta duniawi. Atau dengan kata lain, mereka tidak mau mengikuti Alquran demi memperturutkan hawa nafsunya dan ketamakannya (lalu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah) dari agama-Nya. (Sesungguhnya amat buruklah) amat jeleklah (apa yang mereka kerjakan) itu, seburuk-buruk pekerjaan adalah apa yang mereka lakukan.
10 Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.(QS. 9:10)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 10
لَا يَرْقُبُونَ فِي مُؤْمِنٍ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُعْتَدُونَ (10)
Pada ayat ini Allah menerangkan, bahwa disebabkan kekufuran mereka itu, lenyaplah dari jiwa mereka perasaan dan pertimbangan yang wajar, sehingga tidak segan-segan menghantam orang-orang mukmin dengan segala macam cara yang dapat mereka lakukan tanpa menghiraukan hubungan kekerabatan dan ikatan-ikatan perjanjian. Mereka berusaha mengambil setiap kesempatan untuk menghancurkan kaum Muslimin baik secara kelompok maupun perorangan, secara terang-terangan atau sembunyi pada setiap kesempatan. Maka pada akhir ayat ini Allah menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan itu benar-benar telah melampaui batas.
11 Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.(QS. 9:11)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 11
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (11)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang musyrikin yang seharusnya dibunuh atau diperangi, jika mereka tobat yakni beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan salat lima waktu dan menunaikan kewajiban zakat, maka Allah menyatakan bahwa mereka adalah saudara-saudara seagama dengan orang-orang mukmin yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama tanpa ada perbedaan. Ikatan persaudaraan yang demikian itu adalah ikatan yang sangat kuat dan luas yang dapat menghilangkan segala macam perselisihan dan permusuhan yang ditimbulkan oleh perbedaan suku, bangsa dan sebagainya yang dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله فإذا شهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله واستقبلو اقبلتنا وأكلوا ذبيتحنا وصلوا صلاتنا فقد حرمت علينا دماءهم وأموالهم إلا بحقها لهم ما للمسلمين وعليهم ما عليهم
Artinya:
Saya diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah, maka apabila mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad rasul Allah, mereka menghadap kiblat kita, memakan sembelihan dan salat seperti kita, maka haramlah atas kita darah mereka dan harta-harta mereka kecuali menurut haknya. Mereka mempunyai hak dan kewajiban seperti hak dan kewajiban orang-orang Islam.
(H.R. Ahmad dari Anas bin Malik)
Selanjutnya pada akhir ayat ini disebutkan bahwa Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada orang-orang yang mau mengetahuinya terutama mengenai kaum musyrikin yang bertobat atau tidak dan bagaimana seharusnya mereka itu diperlakukan
12 Jika mereka merusak sumpah (janji) nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti.(QS. 9:12)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 12
وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ (12)
Pada ayat ini Allah menerangkan, bahwa orang-orang musyrikin itu apabila melanggar perjanjian yang sudah mereka buat dengan orang-orang mukmin dan mereka mencerca agama Islam, maka Allah memerintahkan kaum muslimin untuk memerangi pemimpin-pemimpin mereka itu, karena tidak dapat dipegang janjinya agar supaya mereka menghentikan permusuhannya dengan kaum muslimin dan mau bertobat. Para mufassirin menerangkan bahwa yang dimaksud dengan mencerca agama Islam ialah mencerca Nabi, Alquran dan lain-lain sedang yang dimaksud membunuh atau memerangi pemimpin-pemimpin kafir di sini termasuk juga para pengikutnya. Memerangi orang-orang musyrikin itu diperkenankan agar supaya mereka berhenti dari syirik dan berhenti memusuhi kaum muslimin.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 12
وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ (12)
(Jika mereka merusak) melanggar (sumpahnya) janjinya (sesudah mereka berjanji dan mereka mencerca agama kalian) yakni mencelanya (maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir) ketua-ketuanya; di dalam ayat ini isim zhahir mengganti kedudukan isim dhamir, yakni lafal aimmatal kufri mengganti kedudukan aimmatahum (sesungguhnya tiada janji) yaitu perjanjian (dari mereka) yang dapat dipegang. Menurut suatu qiraat lafal aimaan dibaca iimaan dengan memakai harakat kasrah pada awal hurufnya (agar mereka berhenti) dari kekafirannya.
13 Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.(QS. 9:13)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 13
أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (13)
Pada ayat ini Allah menggalakkan semangat orang-orang mukmin supaya melaksanakan dengan sungguh-sungguh perintah memerangi kaum musyrikin. Allah menyebutkan tiga sebab utama yang membuktikan bahwa orang-orang musyrik tidak bisa didiamkan dan dibiarkan saja, yaitu:
1. Mereka melanggar perjanjian Hudaibiyah yang telah mereka adakan dengan Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya untuk tidak berperang selama l0 tahun, dan saling tidak boleh mengganggu antara kedua belah pihak dan sekutu-sekutunya. Tetapi kemudian tidak lama berselang setelah perjanjian itu diadakan, maka pihak musyrikin Quraisy telah membantu sekutunya dari Bani Bakar untuk menganiaya suku Khuza'ah dan sekutu Nabi yang tinggal di Mekah. Oleh karena itu Nabi merasa berkewajiban membela kaum muslimin yang akhirnya pada tahun ke 8 Hijriah, Mekah dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin.
2. Sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah, kaum musyrikin telah berusaha keras untuk mengusir Nabi Muhammad saw. dari Mekah, memenjarakan atau membunuhnya dengan mempergunakan kekuatan dan suku Quraisy agar keluarga Nabi Muhammad saw. sukar mengadakan penuntutan bela. Inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakan, atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Q.S. Al-Anfal: 30)
3. Merekalah yang memulai lebih dahulu memerangi kaum mukminin di Badar, Uhud, Khandaq dan lain-lainnya.
Selanjutnya setelah Allah menerangkan tiga sebab utama tersebut, maka Dia menggalakkan semangat dan perhatian orang-orang mukmin agar jangan takut terhadap orang-orang musyrikin itu, karena Allahlah yang lebih berhak untuk ditakuti jika benar-benar mereka beriman. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya harus berani berkorban demi kepentingan agama dan kebenaran tanpa dibayangi oleh suatu keraguan yang menimbulkan ketakutan dan kemunduran yang sangat merugikan mereka sendiri.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 13
أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (13)
(Mengapakah tidak) sebagai suatu seruan (kalian perangi orang-orang yang telah merusak) mengingkari (janjinya) perjanjian mereka (padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul) dari Mekah ketika mereka memusyawarahkan hal ini di Darun Nadwah (dan merekalah yang mulai) memerangi kalian (pada awal mulanya) di mana mereka telah memerangi Bani Khuzaah teman sepakta kalian untuk membantu Bani Bakar; apakah gerangan yang mencegah kalian untuk memerangi mereka (apakah kalian takut kepada mereka) merasa gentar menghadapi mereka (padahal Allah lah yang berhak untuk kalian takuti) bilamana kalian tidak memerangi mereka (jika kalian benar-benar orang yang beriman).
14 Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman,(QS. 9:14)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 14
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ (14)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya memerangi orang-orang musyrik. Jika mereka melaksanakan perintah itu, niscaya Allah akan menyiksa kaum musyrikin dengan kekuatan kaum mukmin. Allah menjadikan mereka hina dan menolong orang-orang mukmin dan melegakan serta menghilangkan panas hati mereka yang banyak menderita pengkhianatan orang-orang musyrikin.
Yang dimaksud dengan Allah menyiksa orang-orang musyrik dengan kekuatan kaum Muslimin ialah membunuh dan menghancurkan mereka di dalam peperangan. Dan yang menjadikan mereka hina ialah karena kekalahan mereka dalam peperangan, dan mereka dijadikan tawanan dan budak. Menurut riwayat Ikrimah dan lain-lainnya, bahwa orang-orang mukmin yang lega dan hilang panas hatinya ialah suku Khuza`ah, sedangkan menurut Ibnu Abbas ialah suku-suku dari Yaman dan Saba' yang telah masuk Islam yang pernah mendapat siksa yang berat dari orang-orang musyrik Mekah. Mereka mengirimkan utusan mengadukan penderitaan mereka kepada Rasulullah di Madinah, maka Rasulullah menyampaikan salam dan harapan kepada mereka supaya menggembirakan hati, sebab pertolongan Allah akan datang dalam waktu yang dekat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 14
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ (14)
(Perangilah mereka niscaya Allah akan menyiksa mereka) Allah pasti akan membunuh mereka (dengan perantaraan tangan kalian dan Allah akan menghinakan mereka) Dia akan membuat mereka hina melalui cara penahanan dan penindasan (dan menolong kalian terhadap mereka serta melegakan hati orang-orang yang beriman) melalui apa yang telah dilakukan oleh Bani Khuzaah terhadap mereka yang merusak perjanjian.
15 dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. 9:15)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 15
وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (15)
Ayat ini sebagai lanjutan dari ayat 14 yang maksudnya ialah bahwa kekalahan kaum musyrikin itu akan melegakan dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin yang banyak menderita siksaan dan penganiayaan dari orang-orang musyrik selama ini, karena mereka tidak mampu membela diri bertahan di Mekah dan tidak kuasa pindah ke Madinah atau ke tempat lain yang aman. Selanjutnya pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah menerima tobat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Ayat ini memberi isyarat bahwa kaum musyrikin banyak yang telah bertobat dan Allah telah menerima tobat mereka, dan mereka menjadi orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan pembela agama Islam yang tangguh. Allahlah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana mengatur hamba-Nya dan untuk mengatur kepentingan perkembangan agama-Nya di kemudian hari.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 15
وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (15)
(Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin) kegelisahannya (Dan Allah menerima tobat orang yang dikehendaki-Nya) dengan masuk Islam seperti apa yang dilakukan oleh Abu Sofyan (Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana).
16 Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. 9:16)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 16
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَا رَسُولِهِ وَلَا الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (16)
Pada ayat ini Allah memberikan peringatan yang sangat penting kepada kaum Muslimin yang disebabkan sesuatu hal sudah merasa berat untuk memerangi lagi orang-orang musyrikin, yaitu Allah menjelaskan maksudnya ialah bahwa Allah mengajak dan mendorong mereka supaya berpikir dan mempertimbangkan dengan penuh kesadaran dan keinsafan tentang hal-hal berikut:
a. Apakah mereka sudah sungguh-sungguh melaksanakan jihad selama ini sebagaimana mestinya?
b. Apakah orang-orang musyrik tidak akan memerangi mereka lagi dan tidak akan melanggar sumpah perjanjian sebagaimana yang biasa mereka lakukan?
c. Apakah orang musyrik tidak akan mencerca agama Islam lagi dan menghalang-halangi orang untuk menganutnya sebagaimana mereka lakukan semenjak lahirnya agama Islam.
d. Apakah kaum muslimin sudah lupa tingkah laku orang-orang munafik yang menikam Nabi dan kaum muslimin dari belakang?
e. Apakah orang-orang muslimin dibiarkan saja tanpa mendapat cobaan dan ujian tanpa diketahui siapa-siapa yang benar-benar beriman dan berjihad di jalan Allah dan tidak mengambil orang-orang musyrikin menjadi teman kepercayaan?
Jadi ayat ini menerangkan kepada kaum muslimin bagaimana seharusnya mereka, yaitu harus tabah menghadapi segala macam cobaan dan ujian, tidak boleh merasa cepat puas dari hasil yang sudah dicapai dan tidak boleh pula malas dan bosan untuk meneruskan jihad, mereka juga harus mengetahui kewajiban menjaga dan waspada terhadap segala tipu daya musuh, dan tidak boleh menjadikan mereka teman yang akrab. Hal ini sudah banyak diperingatkan di dalam Alquran, antara lain firman Allah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi.
(Q.S. Ali Imran: 118)
Selanjutnya pada akhir ayat diterangkan, bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan orang-orang muslim dalam melaksanakan perintah berjihad dan apa yang terkandung dalam hati mereka, dan oleh karena itulah diperintahkan supaya mereka mematuhi petunjuk dan perintah Allah sebaik-baiknya.
17 Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.(QS. 9:17)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 17
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (17)
Menurut riwayat Ibnu Abbas bahwa setelah Abbas ditawan pada perang Badar, ia dicemoohkan oleh kaum muslimin dengan mengatakan dia kafir dan memutuskan silaturahmi, dan Sayidina Ali melontarkan kata-kata yang pedas kepadanya. Lalu Abbas menjawab cemoohan dan kata-kata pedas itu dengan: "Mengapa kamu menyebut-nyebut kejahatan kami saja, dan tidak sedikit pun mengingat kebaikan yang kami perbuat." Sayidina Ali berkata lagi: "Apakah kamu mempunyai kebaikan?" Abbas menjawab: "Ada, yaitu kami mengurus dan memakmurkan Masjidil Haram, memelihara Kakbah dan memberi orang-orang haji." Maka turunlah ayat ini untuk membantahnya.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa tidak pantas kaum musyrikin memakmurkan Masjidil Haram dan mesjid-mesjid lainnya. Memakmurkan mesjid Allah itu adalah bertujuan untuk mengesakan dan mengagungkan Allah serta menaatinya. Hal ini sepantasnyalah dilakukan hanya oleh orang-orang mukmin, bukan orang-orang kafir dan orang-orang yang mempersekutukan Allah. Memakmurkan mesjid ialah membangunnya, mengurusnya, menghidupkannya dengan amal ibadah yang diridai Allah. Tetapi memakmurkan yang dilarang di sini untuk orang-orang kafir ialah bersifat kekuasaan terhadap mesjid, seperti menjadi pengurusnya. Adapun mempergunakan tenaga-tenaga orang kafir untuk membangun mesjid, seperti tukang-tukang dan sebagainya tidaklah termasuk dilarang. Begitu juga orang-orang muslimin boleh menerima mesjid yang dibangun oleh orang kafir atau yang diwasiatkan oleh orang kafir membangunnya, atau memperbaikinya selama tidak mengandung tujuan yang jahat untuk membikin mudarat.
Sekalipun para mufassirin berbeda pendapat tentang mesjid yang dimaksud dalam ayat ini, yaitu apakah Masjidil Haram saja sesuai dengan turunnya ayat ini seperti tersebut pada permulaan menafsirkan ayat ini, dan sesuai pula dengan bacaan sebagian ulama qiraat yang membacakan dengan mesjid artinya lafal muffed (tunggal) yaitu Masjidil Haram, atau yang dimaksud semua mesjid Allah sesuai dengan lafal jamak "masaajida" yang ada. Tetapi semua pendapat, baik Masjidil Haram atau pun mesjid-mesjid lainnya, tidak pantas dan tidak boleh bagi orang-orang musyrikin untuk memakmurkannya. Selanjutnya pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir itu sia-sialah amal dan pekerjaannya yang mereka bangga-banggakan, yaitu memakmurkan Masjidil Haram, memberi minum orang-orang haji, dan lain-lain yang mereka kerjakan selama mereka di dalam syirik. Ayat ini sesuai dengan ayat-ayat lain seperti firman Allah:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya:
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
(Q.S. Al-An'am: 88)
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang musyrik itu kekal dalam neraka menderita siksa, karena tidak ada amal mereka di dunia ini yang berguna untuk dapat menolong mereka di hari akhirat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 17
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (17)
(Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah) boleh dibaca mufrad dan boleh pula dibaca jamak, yakni dengan cara memasukinya dan duduk di dalamnya (sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia) batal (amal perbuatannya dan mereka kekal di dalam neraka).
18 Hanya yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. 9:18)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 18
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (18)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa yang patut memakmurkan mesjid-mesjid Allah hanyalah orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya, dan amal ibadahnya ikhlas karena Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, serta percaya akan datangnya hari akhirat tempat pembalasan segala amal perbuatan, rajin mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain Allah. Orang-orang inilah yang diharapkan termasuk golongan yang mendapat petunjuk dari Allah dan yang diridai-Nya untuk memakmurkan mesjid-mesjid-Nya di dalam dunia ini, baik memakmurkan dengan membangun dan memeliharanya maupun memakmurkan peribadatan dan lain-lainnya. Banyak hadis-hadis yang diriwayatkan tentang fadilah memakmurkan mesjid-mesjid Allah antara lain sabda Rasulullah saw.:
من بنى لله مسجدا يبتغي به وجه الله بنى الله له بيتا في الجنة
Artinya:
Barang siapa membangun atau memakmurkan mesjid bagi Allah untuk mendapatkan keridaan-Nya, niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah dalam surga.
(H.R. Bukhari, Muslim, dan Tirmizi dari Usman bin Affan)
Sabda Rasulullah saw.:
إذا رأيتم الرجل يعتاد المساجد فاشهدوا له بالإيمان
Artinya:
Apabila kamu melihat seorang laki-laki membiasakan diri (beribadah) di mesjid, maka saksikanlah bahwa ia orang yang beriman.
(H.R. Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim dari Abu Said Al-Khudri)
Dan sabdanya:
أن امرأة كانت تقم المسجد أي تكنسه فماتت فسأل عنها النبي صلى الله عليه وسلم فقيل له: ماتت، أفلا كنتم آذنتموني بها لأصلي عليها؟ دلوني على قبرها، فأتى قبرها فصلى عليها
Artinya:
Sesungguhnya ada seorang perempuan yang biasa menyapu mesjid lalu meninggal dunia, Rasulullah saw. menanyakannya dan tatkala dikatakan kepadanya bahwa perempuan itu sudah meninggal, Rasulullah berkata: "Mengapa kamu tidak memberitahukan kepada saya agar saya salatkan ia. Tunjukkanlah kepadaku di mana kuburnya." Maka Rasulullah mendatangi kuburan itu lalu beliau salat atasnya.
(H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Dan sabda Rasulullah saw.:
مهور الحور العين كنس المساجد وعمارتها
Artinya:
Membersihkan mesjid dan meramaikannya adalah mahar (maskawin) bidadari.
(H.R. Abu Bakar Asy Syafi'i dari Abu Qursafah)
Dan sabda Rasulullah lagi:
من أسرج سراجا في مسجد لم تزل الملائكة وحملة العرش يستغفرون له ما دام في ذلك المسجد ضوءه
Artinya:
Barang siapa yang menyalakan penerangan dalam mesjid, niscaya para malaikat dan pemikul-pemikul Arasy senantiasa memohon ampun kepada Allah agar diampuni dosanya selama lampu itu bercahaya dalam mesjid.
(H.R. Salim Ar Razi dari Anas ra.)
19 Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim.(QS. 9:19)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 19
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (19)
Imam Muslim dan Imam Abu Daud meriwayatkan dari Nu`man bin Basyir yang berkata: "Aku pernah berada didekat mimbar Rasulullah saw. bersama-sama dengan beberapa orang sahabat. Seorang dari mereka mengatakan, bahwa setelah ia masuk Islam dia tidak memperhatikan amal saleh kecuali memberi minuman
bahdar- SERSAN MAYOR
-
Posts : 259
Kepercayaan : Islam
Join date : 23.12.11
Reputation : 5
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
21 Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keredhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal,(QS. 9:21)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 21
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ (21)
Ayat ini menerangkan, bahwa Allah swt. memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang berhijrah dan berjihad fisabilillah akan mendapat balasan berupa rahmat yang luas, keridaan yang sempurna dan surga yang menjadi tempat tinggal mereka selama lamanya. Di dalamnya mereka akan menerima segala macam kenikmatan yang kekal dan abadi. Sebesar-besar pahala dari Allah swt. adalah memperoleh rida-Nya sebagaimana firman-Nya:
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya:
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Aden. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
(Q.S. At Taubah :72)
Hal ini disebutkan juga dalam hadis Nabi Muhammad saw.:
إن الله يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنة فيقولون: لبيك ربنا وسعديك فيقول: هل رضيتم؟ فيقولون: وما لنا لا نرضى وقد أعطتينا ما لم تعط احدا من خلقك فيقول: انا أعطيكم افضل من ذلك فيقولون ربنا وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: أحل عليكم رضواني فلا أسخط عليكم بعده أبدا
Artinya:
Allah berkata kepada ahli surga, "Wahai ahli surga!" Mereka menjawab, "Kami patuh kepada Engkau ya Tuhan kami." Allah berkata, "Apakah kamu sekalian telah rida?" Mereka menjawab, "Bagaimanakah kami tidak akan rida sedangkan Kami telah Engkau karuniakan sesuatu yang belum pernah Engkau karuniakan kepada siapa pun?" Allah berkata lagi, "Aku akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan." Mereka bertanya, "Ya Tuhan kami pemberian apakah yang lebih utama itu?" Allah berkata, "Aku telah meridai kamu sekalian dan tidak akan memurkaimu sesudah itu selama-lamanya."
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmizi, dan Nasa'i dari Abi Said Al-Khudri)
22 mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.(QS. 9:22)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 22
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (22)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan selanjutnya bahwa orang-orang yang memperoleh karunia tersebut akan tetap tinggal di dalam surga untuk selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah telah tersedia pahala yang sangat besar bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh terutama bagi orang-orang yang beriman dengan berhijrah dan berjihad dengan harta dan jiwa raganya.
23 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali (mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.(QS. 9:23)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 23
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (23)
Ayat ini diturunkan sehubungan dengan sikap sebagian kaum Muslimin sewaktu diperintah hijrah ke Madinah, mereka menjawab: "Jika kami hijrah, putuslah hubungan kami dengan orang-orang tua kami, anak-anak dan famili-famili kami, hancurlah perdagangan kami dan akhirnya kami menjadi orang yang sia-sia."
Di dalam ayat ini Allah swt. melarang orang yang beriman menjadikan ibu bapak dan saudara-saudara mereka yang masih kafir menjadi pemimpin karena dikhawatirkan mereka akan mengetahui keadaan kaum muslim dan kekuatan persiapannya. Perbuatan yang serupa itu akan berarti kekuatan bagi kaum kafir untuk menentang kaum Muslimin.
Orang-orang mukmin yang tidak menaati larangan itu, yaitu di dalam keadaan perang, mereka masih membantu orang-orang kafir karena yang dibantu itu ada hubungan kekeluargaan. Orang yang demikian itu adalah orang yang lalim terhadap dirinya dan terhadap pengikut-pengikutnya.
24 Katakanlah: `Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.` Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(QS. 9:24)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 24
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (24)
Pada ayat ini Allah memberikan peringatan bahwa jika orang-orang yang beriman lebih mencintai bapak-bapaknya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, istri-istrinya, kaum keluarganya, harta kekayaannya, perniagaannya dan rumah-rumahnya daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad menegakkan Asma-Nya, maka biarlah mereka berbuat demikian sampai datang saatnya, bahwa Allah akan mendatangkan siksa kepada mereka cepat atau lambat, mereka yang bersikap demikian itu adalah orang-orang fasik yang tidak akan mendapat hidayah dari Allah swt. Dengan demikian ayat ini memberi peringatan sebagai berikut:
1. Bahwa cinta anak terhadap bapak adalah naluri yang ada pada tiap-tiap diri manusia. Anak sebagai keturunan dari bapaknya adalah mewarisi sebagian sifat-sifat dari tabiat-tabiat bapaknya.
2. Bahwa cinta bapak kepada anaknya adalah naluri juga, bahkan lebih mendalam lagi karena anak merupakan jantung hati yang diharapkan melanjutkan keturunan dan meneruskan sejarah hidupnya. Dalam hal ini bapak rela menanggung segala macam pengorbanan untuk kebahagiaan masa depan anaknya.
3. Bahwa cinta kepada saudara dan karib kerabat adalah suatu cinta yang berjalan dalam rangka pelaksanaan hidup dan kehidupan tolong-menolong, bantu-membantu dan bela-membela baik kehidupan rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Cinta yang demikian itu akan menumbuhkan perasaan hormat-menghormati dan sayang-menyayangi.
4. Bahwa cinta suami istri adalah cinta yang terpadu antara dua jenis makhluk yang akan membina keturunan dan membangun rumah tangga untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan dalam dunia dan akhirat. Oleh karena itu keutuhan hubungan suami istri yang harmonis menjadi pokok bagi kerukunan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan yang diidam-idamkan.
5. Bahwa cinta terhadap harta dalam segala jenis bentuknya baik harta usaha, warisan, perdagangan maupun rumah tempat tinggal dan lain-lain adalah cinta yang sudah menjadi tabiat manusia. Semua yang dicintai merupakan kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan bagi hidup dan kehidupan manusia yang diusahakannya dengan menempuh segala jalan yang dihalalkan Allah swt. Adapun cinta kepada Allah swt. wajib didahulukan daripada segala macam cinta tersebut di atas karena Dialah yang memberi hidup dan kehidupan dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dialah yang bersifat sempurna dan Maha Suci dari segala kekurangan. Begitu juga cinta kepada Rasulullah saw. haruslah lebih dahulu diutamakan pula karena Rasulullah saw. itu diutus Allah swt. untuk membawa petunjuk dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Firman Allah:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Artinya:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.
(Q.S. Ali Imran: 31)
Dan sabda Rasulullah saw.:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
Artinya:
Tidaklah sempurna iman salah seorang kamu sebelum ia mencintai aku lebih dari mencintai orang tuanya, anak anaknya dan manusia seluruhnya.
(H.R. Bukhari, dan Muslim dari Anas)
25 Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.(QS. 9:25)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang mukminin mendapat pertolongan yang banyak dari Allah di dalam peperangan menghadapi kaum musyrikin yang menghalang-halangi tersiarnya agama Islam. Pertolongan itu adalah berupa kemenangan yang sempurna baik cepat maupun lambat, seperti perang Badar yang mendapat kemenangan yang besar, dan perang Hunain yang pada mulanya kalah kemudian menang. Pada perang Hunain itu kaum Muslimin memiliki tentara yang sangat banyak, sedang orang kafir memiliki tentara dalam jumlah yang lebih kecil dari tentara kaum Muslimin. Dengan jumlah tentara yang banyak itu kaum Muslimin merasa bangga dan merasa tidak akan dapat dikalahkan, tetapi kenyataan tidak demikian kaum Muslimin dipukul mundur oleh orang kafir, seolah-olah tentara yang banyak, harta serta persiapan perang yang demikian lengkapnya tidak berguna sedikit pun sehingga terasa bagi mereka bahwa bumi yang luas ini telah menjadi sempit yang menyebabkan mereka lari ke belakang dalam keadaan bercerai-berai.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi dan lain-lain dari Aksam bin Aljan bahwa peperangan Hunain itu terjadi pada tahun kedelapan Hijrah, sesudah penaklukan Mekah di suatu tempat yang bernama Hunain, yaitu suatu lembah terletak antara Mekah dan Taif. Tentara kaum Muslimin berjumlah 12.000 orang, sedang tentara orang kafir hanya 4.000 orang saja. Pada peperangan ini kaum Muslimin mengalami kekalahan sampai mundur, tetapi akhirnya turunlah pertolongan Allah dan menanglah kaum Muslimin.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Al-Barra' bin Azib r.a. yang menggambarkan suasana perang Hunain. Yaitu seorang laki-laki dari Qais bertanya: "Hai Abu Ammarah, apakah kamu turut meninggalkan Rasulullah pada perang Hunain?" Abu Ammarah menjawab: "Rasulullah tidak lari sekalipun orang-orang Hunain, tukang pemanah yang jitu dan pihak musuh dapat melancarkan serangannya, tetapi masih dapat kami lumpuhkan." Pada waktu kaum Muslimin sedang berebutan harta rampasan, maka musuh menghujani mereka dengan anak panah sehingga kaum Muslimin menderita kekalahan dan musuh mendapat kemenangan. Di waktu itu aku lihat Rasulullah saw. berkuda tampil ke muka sambil mengatakan dengan secara gagah berani: "Akulah nabi, anak Abdul Muttalib, jangan ragu, ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25)
(Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di tempat-tempat) peperangan (yang banyak) seperti dalam perang Badar, perang melawan Bani Quraizhah dan perang melawan Bani Nadhir (dan) ingatlah (peperangan Hunain) Hunain adalah nama sebuah lembah yang terletak di antara kota Mekah dan Thaif. Artinya ingatlah sewaktu kalian berperang melawan orang-orang Hawazin, yaitu dalam bulan Syawal, tahun 8 Hijriah (yaitu di waktu) lafal idz menjadi kata ganti dari lafal yaum (kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian) lalu pada saat itu kalian mengatakan bahwa kami tidak akan dapat dikalahkan oleh golongan yang sedikit. Pada saat itu jumlah pasukan kaum Muslimin ada dua belas ribu orang sedangkan pasukan orang kafir hanya berjumlah empat ribu orang (maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh kalian) huruf maa adalah mashdariyah, artinya sekalipun bumi itu luas tetapi kalian tidak dapat menemukan tempat yang aman sebagai akibat dari pengaruh rasa takut yang menimpa pada saat itu (kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai) karena terpukul akan tetapi Nabi saw. tetap bertahan pada posisinya seraya menaiki kendaraan bagal putihnya dan tiada yang menemaninya selain Abbas serta Abu Sofyan yang memegang tali kendali kendaraan beliau.
26 Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.(QS. 9:26)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 26
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (26)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sesudah kaum Muslimin sedih dan duka cita akibat kekalahan dalam peperangan Hunain, maka Allah menurunkan pertolongan kepada mereka yang merupakan ketetapan hati dan mendatangkan bala tentara yang tak dapat mereka lihat. Bala tentara itu terdiri dari malaikat-malaikat yang gagah perkasa. Perasaan sedih dan berduka cita bagi kaum Muslimin berubah menjadi tenang, berani dan maju ke depan. Akhirnya orang-orang kafir menderita kekalahan, dibunuh, ditawan dan hartanya menjadi rampasan. Kekalahan itu adalah merupakan azab bagi mereka itulah balasan atas kekafiran mereka dan balasan atas permusuhan mereka terhadap kaum Muslimin.
Firman Allah swt.:
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ
Artinya:
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka.
(Q.S. At Taubah: 14)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 26
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (26)
(Kemudian Allah menurunkan ketenangan) rasa aman (kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mukmin) sehingga mereka kembali lagi bergabung dengan Nabi saw. sewaktu Abbas memanggil/menyeru mereka atas instruksi dari Nabi, lalu mereka meneruskan peperangan itu (dan Allah menurunkan bala tentara yang kalian tiada melihatnya) yakni para malaikat (dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir) sehingga banyak di antara mereka yang terbunuh dan tertawan (dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang kafir).
27 Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 9:27)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 27
ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (27)
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa terhadap orang-orang yang sudah mendapat azab dari Allah di dunia ini karena kekafiran, mereka dapat diberi ampunan dan diterima tobatnya bilamana mereka itu telah mendapat petunjuk dari Allah masuk Islam. Bilamana mereka telah masuk Islam dan tidak lagi mempersekutukan Allah. Maka hapuslah kesalahannya dan diampuni oleh Allah segala dosanya karena Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
28 Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. 9:28)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 28
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)
Setelah Rasulullah saw. menunjuk Abu Bakar menjadi Amirul Hajj, maka Rasulullah memberi tugas kepada Ali bin Abu Talib supaya mendampingi Abu Bakar membacakan ayat-ayat permulaan surat At-Taubah di hadapan orang banyak. Maka timbullah kecemasan di kalangan kaum muslimin karena khawatir akan menghadapi kesulitan makanan akibat orang-orang musyrik tidak dibolehkan masuk ke Mekah untuk melakukan ibadah haji. Orang-orang musyrik itu biasanya apabila datang ke Mekah untuk mengerjakan haji mereka membawa bahan-bahan makanan sebagai barang dagangan. Hal ini mempengaruhi orang-orang Islam sehingga mereka bertanya satu sama lain, dari manakah kita akan mendapat makanan sekiranya orang-orang musyrik itu tidak dibolehkan lagi masuk Mekah. Maka turunlah ayat ini yang menerangkan kepada orang-orang mukmin bahwa orang-orang musyrik itu adalah hukumnya najis, disebabkan akidah mereka kotor dan rusak, mereka menyembah berhala dan patung, percaya kepada tahayul dan khurafat. Mereka makan barang yang kotor, seperti bangkai dan darah. Perjudian dan perzinaan mereka anggap perbuatan yang baik; Orang-orang yang kotor akidah dan perbuatannya dilarang datang ke Masjidil Haram. Karena itu setelah berakhir tahun 9 hijriah mereka dilarang masuk ke tanah suci terutama memasuki Masjidil Haram.
Pada akhirnya ayat ini Allah menjamin kehidupan orang-orang mukmin dari kemelaratan. Mereka tidak perlu khawatir akan kekurangan makanan dan barang-barang dagangan akibat larangan Allah terhadap orang-orang musyrik tersebut yang biasanya datang ke tanah suci membawa barang dagangan. Jaminan Allah kepada orang-orang mukmin untuk mendapat kehidupan yang baik tergantung kepada kegiatan usaha dan ikhtiar seseorang. Namun demikian tidak terlepas daripada kehendak Allah swt. kepada siapa Allah memberikan karunia-Nya. Oleh karena itu orang-orang mukmin hendaklah mempertebal keimanan dan tawakalnya kepada Allah di samping melakukan usaha dan ikhtiar.
Allah Taala Maha Mengetahui urusan yang akan datang, baik yang mengenai kemakmuran atau kemelaratan yang menimpa penduduk suatu negeri. Allah Maha Bijaksana dalam segala sesuatu terutama yang mengenai ketentuannya, baik merupakan perintah maupun berupa larangan.
Allah Taala telah memenuhi janji-Nya karena kenyataannya penduduk tanah suci Mekah tidak mengalami kesulitan kehidupan. Setelah tersiarnya larangan tersebut maka semakin banyaklah orang-orang musyrik masuk Islam, bukan saja mereka yang berada di sekitar Jazirah Arab, malahan hampir sampai ke segenap penjuru dunia. Mereka tentulah berkewajiban menunaikan ibadah haji di samping mereka bebas mengunjungi tanah suci. Hal yang demikian ini merupakan salah satu jalan bagi penduduk Mekah untuk memperoleh kemakmuran hidup. Dengan adanya larangan Allah terhadap orang-orang musyrik memasuki Masjidil Haram terjadilah perselisihan pendapat antara ulama fikih sebagai berikut:
1. Orang-orang yang musyrik termasuk ahli kitab tidak dibolehkan memasuki Masjidil Haram, sedang mesjid lainnya dibolehkan terhadap orang-orang kafir ahli kitab. Demikian menurut mazhab Imam Syafii.
2. Orang-orang musyrik termasuk Ahli Kitab tidak dibolehkan memasuki seluruh mesjid. Demikian menurut mazhab Maliki.
3. Yang dilarang memasuki Masjidil Haram adalah orang-orang yang musyrik saja (tidak termasuk Ahli Kitab). Demikian menurut mazhab Hanafi.
4. Sebagian ulama berpendapat bahwa orang-orang musyrik dilarang memasuki tanah haram dan jikalau dia datang secara diam-diam (menyamar) kemudian ia mati dan dikuburkan, maka setelah diketahui wajiblah digali mayatnya dan dikuburkan di luar tanah haram.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 28
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)
(Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis) maksudnya kotor karena batin mereka najis (maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam) artinya, mereka tidak boleh memasuki tanah suci (sesudah tahun ini) yakni tahun kesembilan Hijriah. (Dan jika kalian khawatir menjadi beban) fakir oleh sebab orang-orang musyrik itu tidak mau lagi berdagang dengan kalian (maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepada kalian dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki) dan memang Allah telah membuat mereka kaya sesudah itu melalui banyaknya futuh/kemenangan dan jizyah yang berhasil mereka peroleh. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana).
29 Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.(QS. 9:29)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 29
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya memerangi Ahli Kitab karena pada mereka terdapat empat unsur yang menyebabkan mereka memusuhi Islam. Empat unsur itu ialah:
1. Mereka tidak beriman kepada Allah karena mereka telah menghancurkan asas ketauhidan. Mereka menjadikan pendeta-pendeta selaku orang suci yang berhak menentukan sesuatu, baik mengenai peraturan yang berkenaan dengan ibadat maupun yang berhubungan dengan halal dan haram. Demikian juga orang-orang Nasrani memandang bahwa Isa itu anak Allah atau Allah, sedangkan orang-orang Yahudi memandang pula Uzair anak Allah. Hal itu dengan tegas menunjukkan bahwa semua mereka mempersekutukan Allah dalam membuat peraturan agama.
2. Mereka tidak beriman kepada hari kemudian, karena mereka menganggap bahwa kehidupan di akhirat sekadar kehidupan rohaniah belaka di mana manusia menjadi malaikat. Kesesatan anggapan mereka seperti ini karena tidak ada ketegasan, baik dalam Taurat maupun dalam Injil tentang adanya hari kebangkitan dan pembalasan sesudah mati di mana manusia bangkit kembali sebagai kejadiannya semula, yaitu terdiri dari jasad dan roh yang masing-masing akan merasakan kenikmatan karunia Allah sebagaimana ditegaskan dalam Alquran.
3. Mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang-orang Yahudi tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat yang dibawa oleh Musa dan yang sebagiannya dinasakhkan oleh Isa, yakni dinyatakan tidak berlaku lagi hukumnya. Mereka memandang halal memakan harta manusia dengan jalan yang tidak halal (batal), seperti riba dan sebagainya dan mereka mengikuti cara-cara orang musyrik dalam keganasan berperang dan dalam memperlakukan orang-orang tawanan. Sedangkan orang-orang Nasrani memandang halal apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat Musa yang belum dinasakhkan oleh Injil. Dalam Taurat Allah mengharamkan memakan gajih daging atau harga penjualannya. Orang-orang Nasrani tidak memandangnya haram.
4. Mereka tidak berpegang kepada agama yang benar yaitu agama yang Allah wahyukan kepada Musa dan Isa a.s. Apa yang mereka anggap agama sebenarnya adalah merupakan suatu cara yang dibuat oleh pendeta-pendeta mereka berdasarkan pikiran dan kepentingan. Yang membawa pendeta kepada perbuatan tersebut karena pendeta Yahudi tidak sanggup menghafal kitab Taurat yang dibawa oleh Musa, demikian juga pendeta-pendeta Nasrani tidak dapat menghafal apa-apa yang disampaikan oleh Isa. Injil yang mereka terima jumlahnya puluhan, kemudian setelah melalui beberapa abad dari kenaikan Isa mereka memilih empat Injil daripadanya yang masing-masing terdapat pertentangan. Demikianlah keadaan mereka diisyaratkan oleh firman Allah:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka berubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S. Al-Ma'idah: 13)
Karena itulah Allah swt. memerintahkan orang-orang mukmin supaya memerangi Ahli Kitab ketika mereka melakukan perbuatan-perbuatan permusuhan yang mengancam keamanan orang-orang mukmin, baik mengenai kehidupan beragama maupun kehidupan sosial. Jika mereka menerima Islam sebagai pengganti agamanya, maka mereka telah kembali kepada agama yang benar; dan jika mereka tunduk, takluk dan bertekuk lutut sehingga tidak sanggup lagi mengganggu dan mengancam kehidupan orang-orang mukmin, maka hendaklah mereka membayar jizyah sebagai tanda bahwa mereka berada dalam posisi yang rendah di mana kewajiban orang-orang mukmin seluruhnya menjamin kepada mereka, membela mereka, memberikan kebebasan kepada mereka terutama dalam menjalankan ibadat menurut agama mereka dan memperlakukan mereka dengan keadilan dan persamaan dalam kehidupan sosial sebagaimana diperlakukan terhadap kaum Muslimin sendiri.
Dengan membayar jizyah mereka disebut ahli zimmah atau kafir zimmi.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 29
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29)
(Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian) jika tidak demikian niscaya dari dahulu mereka sudah beriman kepada Nabi saw. (dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya) seperti khamar (dan tidak beragama dengan agama yang benar) yakni agama yang telah ditetapkan oleh Allah yang mengganti agama-agama lainnya, yaitu agama Islam (yaitu orang-orang) lafal alladziina pada ayat ini berkedudukan menjelaskan lafal alladziina pada awal ayat (yang diberikan Alkitab kepada mereka) kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (sampai mereka membayar jizyah) kharaj yang dibebankan kepada mereka untuk membayarnya setiap tahun (dengan patuh) lafal yadin berkedudukan menjadi hal/kata keterangan, artinya, secara taat dan patuh, atau mereka menyerahkannya secara langsung tanpa memakai perantara atau wakil (sedangkan mereka dalam keadaan tunduk) yaitu patuh dan taat terhadap peraturan/hukum Islam.
30 Orang-orang Yahudi berkata: `Uzair itu putera Allah` dan orang Nasrani berkata: `Al Masih itu putera Allah`. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?(QS. 9:30)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 30
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan keyakinan ahli kitab yang salah, baik orang-orang Yahudi atau pun orang-orang Nasrani. Mereka berkeyakinan bahwa "Uzair itu putra Allah". Kepercayaan ini bertentangan sekali dengan pengertian iman yang sebenarnya kepada Allah. Karena iman yang benar ialah bahwa Allah itu esa, tunggal, tidak beranak, tidak berbapak dan tidak bersekutu dengan apa dan siapa pun. Dia Maha Sempurna, Maha Kuasa dan tidak ada satu pun yang menyerupai dan menyamai-Nya.
Uzair adalah seorang tukang tenung bangsa Yahudi, penduduk negeri Babylon, hidup di sekitar tahun 457 sebelum Masehi. Dia seorang pengarang ulung, pendiri suatu perhimpunan besar, dan rajin mengumpulkan naskah-naskah Kitab Suci dari berbagai daerah. Dialah yang memasukkan huruf-huruf Kaldaniyah sebagai pengganti huruf-huruf Ibrani kuno. Dia juga yang menulis hal-hal yang mengenai peredaran matahari, menyusun kembali kitab-kitab bermutu yang telah hancur binasa. Semasa hidupnya dianggap orang sebagai masa kesuburan agama Yahudi karena dialah penyair syariat Taurat yang terkemuka, menghidupkan syariat itu kembali sesudah sekian lama dilupakan orang. Oleh karena kaum Yahudi menganggapnya sebagai seorang suci yang lebih dekat kepada Allah bahkan sebagian dari mereka yang fanatik menganggap dan memanggilnya dengan "anak Allah". Meskipun hanya sebagian dari kaum Yahudi yang berkepercayaan demikian tetapi dapat dianggap bahwa kepercayaan itu adalah kepercayaan mereka seluruhnya karena ucapan yang salah itu tidak dibantah dan diingkari oleh golongan yang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.
(Q.S. Al-Anfal: 25)
Demikian juga halnya kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih. Mereka beriktikad bahwa Isa itu anak Allah. Kepercayaan ini pun sangat bertentangan dengan iman kepada Allah swt. Sekalipun pada mulanya kata-kata "Isa itu anak Allah" hanyalah merupakan ucapan nenek moyang mereka yang bermaksud bahwa dia itu adalah seorang yang mulia, dikasihi Allah dan terhormat, dan bukanlah ucapan itu berarti anak Allah sebenarnya. Tetapi lambat laun, terutama ketika kepercayaan agama Hindu menyusup masuk ke dalam kaum Nasrani dan kedua agama itu berdampingan rapat, bahu-membahu, tertanamlah di dalam hati mereka kepercayaan bahwa Isa Al-Masih itu adalah benar-benar anak Allah. Kemudian setelah berlalu beberapa waktu lamanya, timbullah perubahan baru di dalam kepercayaan mereka, bahwa arti anak Allah dan Allah juga Roh Kudus (ruh suci) yang kemudian dikenal dengan "Bapak, anak dan ruh suci".
Menurut keyakinan mereka, tiga oknum tersebut yaitu "Anak Allah, Allah dan Ruh Suci" pada hakikatnya hanya satu. Ajaran Gereja ini sudah menjadi ketetapan di dalam agama Nasrani, tiga abad sepeninggal Isa Al-Masih dan murid-muridnya. Meskipun kepercayaan ini ditentang oleh sebagian dari mereka yang tidak sedikit jumlahnya, tetapi gereja-gereja Katholik, Ortodoks dan Protestan tetap pada pendiriannya. Bahkan orang-orang yang tidak membenarkan kepercayaan yang salah itu, dianggap tidak lagi termasuk kaum Nasrani dan telah murtad dari agamanya.
Mengatakan Isa Al-Masih anak Allah dan meyakini bahwa tiga oknum suci itu adalah hakikat Tuhan Yang Maha Esa, tidak dibenarkan oleh Allah swt. dan tidak dapat diterima oleh akal yang sehat dan belum ada satu juga agama Nabi-nabi sebelum itu menganut kepercayaan demikian. Allah swt. menandaskan bahwa ucapan mereka seperti itu adalah bohong, tidak mempunyai hakikat kebenaran sedikit juga dan tidak ada satu dalil dan bukti yang nyata dapat menguatkannya. Sejalan dengan ini Allah swt. berfirman:
كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
Artinya:
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
(Q.S. Al-Kahfi: 5)
Di dalam kitab-kitab perjanjian baru sendiri tidak terdapat keterangan yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih itu anak Allah. Sesungguhnya mereka sudah sesat jauh dari yang sebenarnya. Mereka meniru-niru ucapan orang-orang kafir sebelumnya, seperti orang-orang musyrik bangsa Arab yang mengatakan "Malaikat-malaikat itu adalah putri-putri Allah".
Sejarah mencatat bahwa kepercayaan "Tuhan beranak, Tuhan menjelma dalam tiga oknum berhakikat satu" adalah kepercayaan kaum Brahma dan Budha di India, kepercayaan bangsa-bangsa Jepang, Persia, Mesir, Yunani dan Romawi zaman dahulu. Keadaan orang-orang Yahudi dan orang Nasrani mempercayai bahwa Allah swt. itu beranak, belum pernah ada seorang pun dari bangsa Arab yang mengetahuinya, begitu pula orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan baru dengan turunnya Alquran diketahui. Ini adalah salah satu mukjizat Alquran.
Allah swt. mengutuk mereka karena mereka belum mau menginsafi dan menyadari kekeliruan dan kesesatannya. Meskipun Rasul-rasul Allah telah menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, namun mereka tidak mau kembali ke akidah tauhid, bahkan tetap bertahan pada iktikadnya yang keliru, yaitu menganggap bahwa Uzair dan Isa Al-Masih adalah anak Allah, padahal keduanya itu adalah manusia-manusia hamba-Nya seperti juga manusia-manusia lain, sekalipun diakui bahwa keduanya itu adalah manusia yang saleh, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mulia dan dihormati sebagaimana firman Allah:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ
Artinya:
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak." Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan.
(Q.S. Al-Anbiya': 26)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 30
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30)
(Orang-orang Yahudi berkata, "Uzair itu putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Almasih itu) yakni Nabi Isa (adalah putra Allah." Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka tanpa ada sandaran dalil yang mendukung perkataannya itu, bahkan (mereka meniru-niru) perkataan mereka itu meniru (perkataan orang-orang kafir yang terdahulu) dari kalangan nenek moyang mereka, karena menuruti tradisi mereka. (Semoga mereka dilaknat) dikutuk (oleh Allah, bagaimana) mengapa (mereka sampai berpaling) maksudnya bagaimana mereka sampai berani berpaling dari kebenaran, padahal dalilnya sudah jelas dan gamblang.
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 21
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ (21)
Ayat ini menerangkan, bahwa Allah swt. memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang berhijrah dan berjihad fisabilillah akan mendapat balasan berupa rahmat yang luas, keridaan yang sempurna dan surga yang menjadi tempat tinggal mereka selama lamanya. Di dalamnya mereka akan menerima segala macam kenikmatan yang kekal dan abadi. Sebesar-besar pahala dari Allah swt. adalah memperoleh rida-Nya sebagaimana firman-Nya:
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya:
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Aden. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
(Q.S. At Taubah :72)
Hal ini disebutkan juga dalam hadis Nabi Muhammad saw.:
إن الله يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنة فيقولون: لبيك ربنا وسعديك فيقول: هل رضيتم؟ فيقولون: وما لنا لا نرضى وقد أعطتينا ما لم تعط احدا من خلقك فيقول: انا أعطيكم افضل من ذلك فيقولون ربنا وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: أحل عليكم رضواني فلا أسخط عليكم بعده أبدا
Artinya:
Allah berkata kepada ahli surga, "Wahai ahli surga!" Mereka menjawab, "Kami patuh kepada Engkau ya Tuhan kami." Allah berkata, "Apakah kamu sekalian telah rida?" Mereka menjawab, "Bagaimanakah kami tidak akan rida sedangkan Kami telah Engkau karuniakan sesuatu yang belum pernah Engkau karuniakan kepada siapa pun?" Allah berkata lagi, "Aku akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan." Mereka bertanya, "Ya Tuhan kami pemberian apakah yang lebih utama itu?" Allah berkata, "Aku telah meridai kamu sekalian dan tidak akan memurkaimu sesudah itu selama-lamanya."
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmizi, dan Nasa'i dari Abi Said Al-Khudri)
22 mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.(QS. 9:22)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 22
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (22)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan selanjutnya bahwa orang-orang yang memperoleh karunia tersebut akan tetap tinggal di dalam surga untuk selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah telah tersedia pahala yang sangat besar bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh terutama bagi orang-orang yang beriman dengan berhijrah dan berjihad dengan harta dan jiwa raganya.
23 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali (mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.(QS. 9:23)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 23
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (23)
Ayat ini diturunkan sehubungan dengan sikap sebagian kaum Muslimin sewaktu diperintah hijrah ke Madinah, mereka menjawab: "Jika kami hijrah, putuslah hubungan kami dengan orang-orang tua kami, anak-anak dan famili-famili kami, hancurlah perdagangan kami dan akhirnya kami menjadi orang yang sia-sia."
Di dalam ayat ini Allah swt. melarang orang yang beriman menjadikan ibu bapak dan saudara-saudara mereka yang masih kafir menjadi pemimpin karena dikhawatirkan mereka akan mengetahui keadaan kaum muslim dan kekuatan persiapannya. Perbuatan yang serupa itu akan berarti kekuatan bagi kaum kafir untuk menentang kaum Muslimin.
Orang-orang mukmin yang tidak menaati larangan itu, yaitu di dalam keadaan perang, mereka masih membantu orang-orang kafir karena yang dibantu itu ada hubungan kekeluargaan. Orang yang demikian itu adalah orang yang lalim terhadap dirinya dan terhadap pengikut-pengikutnya.
24 Katakanlah: `Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.` Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(QS. 9:24)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 24
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (24)
Pada ayat ini Allah memberikan peringatan bahwa jika orang-orang yang beriman lebih mencintai bapak-bapaknya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, istri-istrinya, kaum keluarganya, harta kekayaannya, perniagaannya dan rumah-rumahnya daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad menegakkan Asma-Nya, maka biarlah mereka berbuat demikian sampai datang saatnya, bahwa Allah akan mendatangkan siksa kepada mereka cepat atau lambat, mereka yang bersikap demikian itu adalah orang-orang fasik yang tidak akan mendapat hidayah dari Allah swt. Dengan demikian ayat ini memberi peringatan sebagai berikut:
1. Bahwa cinta anak terhadap bapak adalah naluri yang ada pada tiap-tiap diri manusia. Anak sebagai keturunan dari bapaknya adalah mewarisi sebagian sifat-sifat dari tabiat-tabiat bapaknya.
2. Bahwa cinta bapak kepada anaknya adalah naluri juga, bahkan lebih mendalam lagi karena anak merupakan jantung hati yang diharapkan melanjutkan keturunan dan meneruskan sejarah hidupnya. Dalam hal ini bapak rela menanggung segala macam pengorbanan untuk kebahagiaan masa depan anaknya.
3. Bahwa cinta kepada saudara dan karib kerabat adalah suatu cinta yang berjalan dalam rangka pelaksanaan hidup dan kehidupan tolong-menolong, bantu-membantu dan bela-membela baik kehidupan rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Cinta yang demikian itu akan menumbuhkan perasaan hormat-menghormati dan sayang-menyayangi.
4. Bahwa cinta suami istri adalah cinta yang terpadu antara dua jenis makhluk yang akan membina keturunan dan membangun rumah tangga untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan dalam dunia dan akhirat. Oleh karena itu keutuhan hubungan suami istri yang harmonis menjadi pokok bagi kerukunan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan yang diidam-idamkan.
5. Bahwa cinta terhadap harta dalam segala jenis bentuknya baik harta usaha, warisan, perdagangan maupun rumah tempat tinggal dan lain-lain adalah cinta yang sudah menjadi tabiat manusia. Semua yang dicintai merupakan kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan bagi hidup dan kehidupan manusia yang diusahakannya dengan menempuh segala jalan yang dihalalkan Allah swt. Adapun cinta kepada Allah swt. wajib didahulukan daripada segala macam cinta tersebut di atas karena Dialah yang memberi hidup dan kehidupan dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dialah yang bersifat sempurna dan Maha Suci dari segala kekurangan. Begitu juga cinta kepada Rasulullah saw. haruslah lebih dahulu diutamakan pula karena Rasulullah saw. itu diutus Allah swt. untuk membawa petunjuk dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Firman Allah:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Artinya:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.
(Q.S. Ali Imran: 31)
Dan sabda Rasulullah saw.:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
Artinya:
Tidaklah sempurna iman salah seorang kamu sebelum ia mencintai aku lebih dari mencintai orang tuanya, anak anaknya dan manusia seluruhnya.
(H.R. Bukhari, dan Muslim dari Anas)
25 Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.(QS. 9:25)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang mukminin mendapat pertolongan yang banyak dari Allah di dalam peperangan menghadapi kaum musyrikin yang menghalang-halangi tersiarnya agama Islam. Pertolongan itu adalah berupa kemenangan yang sempurna baik cepat maupun lambat, seperti perang Badar yang mendapat kemenangan yang besar, dan perang Hunain yang pada mulanya kalah kemudian menang. Pada perang Hunain itu kaum Muslimin memiliki tentara yang sangat banyak, sedang orang kafir memiliki tentara dalam jumlah yang lebih kecil dari tentara kaum Muslimin. Dengan jumlah tentara yang banyak itu kaum Muslimin merasa bangga dan merasa tidak akan dapat dikalahkan, tetapi kenyataan tidak demikian kaum Muslimin dipukul mundur oleh orang kafir, seolah-olah tentara yang banyak, harta serta persiapan perang yang demikian lengkapnya tidak berguna sedikit pun sehingga terasa bagi mereka bahwa bumi yang luas ini telah menjadi sempit yang menyebabkan mereka lari ke belakang dalam keadaan bercerai-berai.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi dan lain-lain dari Aksam bin Aljan bahwa peperangan Hunain itu terjadi pada tahun kedelapan Hijrah, sesudah penaklukan Mekah di suatu tempat yang bernama Hunain, yaitu suatu lembah terletak antara Mekah dan Taif. Tentara kaum Muslimin berjumlah 12.000 orang, sedang tentara orang kafir hanya 4.000 orang saja. Pada peperangan ini kaum Muslimin mengalami kekalahan sampai mundur, tetapi akhirnya turunlah pertolongan Allah dan menanglah kaum Muslimin.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Al-Barra' bin Azib r.a. yang menggambarkan suasana perang Hunain. Yaitu seorang laki-laki dari Qais bertanya: "Hai Abu Ammarah, apakah kamu turut meninggalkan Rasulullah pada perang Hunain?" Abu Ammarah menjawab: "Rasulullah tidak lari sekalipun orang-orang Hunain, tukang pemanah yang jitu dan pihak musuh dapat melancarkan serangannya, tetapi masih dapat kami lumpuhkan." Pada waktu kaum Muslimin sedang berebutan harta rampasan, maka musuh menghujani mereka dengan anak panah sehingga kaum Muslimin menderita kekalahan dan musuh mendapat kemenangan. Di waktu itu aku lihat Rasulullah saw. berkuda tampil ke muka sambil mengatakan dengan secara gagah berani: "Akulah nabi, anak Abdul Muttalib, jangan ragu, ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25)
(Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di tempat-tempat) peperangan (yang banyak) seperti dalam perang Badar, perang melawan Bani Quraizhah dan perang melawan Bani Nadhir (dan) ingatlah (peperangan Hunain) Hunain adalah nama sebuah lembah yang terletak di antara kota Mekah dan Thaif. Artinya ingatlah sewaktu kalian berperang melawan orang-orang Hawazin, yaitu dalam bulan Syawal, tahun 8 Hijriah (yaitu di waktu) lafal idz menjadi kata ganti dari lafal yaum (kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian) lalu pada saat itu kalian mengatakan bahwa kami tidak akan dapat dikalahkan oleh golongan yang sedikit. Pada saat itu jumlah pasukan kaum Muslimin ada dua belas ribu orang sedangkan pasukan orang kafir hanya berjumlah empat ribu orang (maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh kalian) huruf maa adalah mashdariyah, artinya sekalipun bumi itu luas tetapi kalian tidak dapat menemukan tempat yang aman sebagai akibat dari pengaruh rasa takut yang menimpa pada saat itu (kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai) karena terpukul akan tetapi Nabi saw. tetap bertahan pada posisinya seraya menaiki kendaraan bagal putihnya dan tiada yang menemaninya selain Abbas serta Abu Sofyan yang memegang tali kendali kendaraan beliau.
26 Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.(QS. 9:26)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 26
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (26)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sesudah kaum Muslimin sedih dan duka cita akibat kekalahan dalam peperangan Hunain, maka Allah menurunkan pertolongan kepada mereka yang merupakan ketetapan hati dan mendatangkan bala tentara yang tak dapat mereka lihat. Bala tentara itu terdiri dari malaikat-malaikat yang gagah perkasa. Perasaan sedih dan berduka cita bagi kaum Muslimin berubah menjadi tenang, berani dan maju ke depan. Akhirnya orang-orang kafir menderita kekalahan, dibunuh, ditawan dan hartanya menjadi rampasan. Kekalahan itu adalah merupakan azab bagi mereka itulah balasan atas kekafiran mereka dan balasan atas permusuhan mereka terhadap kaum Muslimin.
Firman Allah swt.:
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ
Artinya:
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka.
(Q.S. At Taubah: 14)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 26
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (26)
(Kemudian Allah menurunkan ketenangan) rasa aman (kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mukmin) sehingga mereka kembali lagi bergabung dengan Nabi saw. sewaktu Abbas memanggil/menyeru mereka atas instruksi dari Nabi, lalu mereka meneruskan peperangan itu (dan Allah menurunkan bala tentara yang kalian tiada melihatnya) yakni para malaikat (dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir) sehingga banyak di antara mereka yang terbunuh dan tertawan (dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang kafir).
27 Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 9:27)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 27
ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (27)
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa terhadap orang-orang yang sudah mendapat azab dari Allah di dunia ini karena kekafiran, mereka dapat diberi ampunan dan diterima tobatnya bilamana mereka itu telah mendapat petunjuk dari Allah masuk Islam. Bilamana mereka telah masuk Islam dan tidak lagi mempersekutukan Allah. Maka hapuslah kesalahannya dan diampuni oleh Allah segala dosanya karena Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
28 Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. 9:28)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 28
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)
Setelah Rasulullah saw. menunjuk Abu Bakar menjadi Amirul Hajj, maka Rasulullah memberi tugas kepada Ali bin Abu Talib supaya mendampingi Abu Bakar membacakan ayat-ayat permulaan surat At-Taubah di hadapan orang banyak. Maka timbullah kecemasan di kalangan kaum muslimin karena khawatir akan menghadapi kesulitan makanan akibat orang-orang musyrik tidak dibolehkan masuk ke Mekah untuk melakukan ibadah haji. Orang-orang musyrik itu biasanya apabila datang ke Mekah untuk mengerjakan haji mereka membawa bahan-bahan makanan sebagai barang dagangan. Hal ini mempengaruhi orang-orang Islam sehingga mereka bertanya satu sama lain, dari manakah kita akan mendapat makanan sekiranya orang-orang musyrik itu tidak dibolehkan lagi masuk Mekah. Maka turunlah ayat ini yang menerangkan kepada orang-orang mukmin bahwa orang-orang musyrik itu adalah hukumnya najis, disebabkan akidah mereka kotor dan rusak, mereka menyembah berhala dan patung, percaya kepada tahayul dan khurafat. Mereka makan barang yang kotor, seperti bangkai dan darah. Perjudian dan perzinaan mereka anggap perbuatan yang baik; Orang-orang yang kotor akidah dan perbuatannya dilarang datang ke Masjidil Haram. Karena itu setelah berakhir tahun 9 hijriah mereka dilarang masuk ke tanah suci terutama memasuki Masjidil Haram.
Pada akhirnya ayat ini Allah menjamin kehidupan orang-orang mukmin dari kemelaratan. Mereka tidak perlu khawatir akan kekurangan makanan dan barang-barang dagangan akibat larangan Allah terhadap orang-orang musyrik tersebut yang biasanya datang ke tanah suci membawa barang dagangan. Jaminan Allah kepada orang-orang mukmin untuk mendapat kehidupan yang baik tergantung kepada kegiatan usaha dan ikhtiar seseorang. Namun demikian tidak terlepas daripada kehendak Allah swt. kepada siapa Allah memberikan karunia-Nya. Oleh karena itu orang-orang mukmin hendaklah mempertebal keimanan dan tawakalnya kepada Allah di samping melakukan usaha dan ikhtiar.
Allah Taala Maha Mengetahui urusan yang akan datang, baik yang mengenai kemakmuran atau kemelaratan yang menimpa penduduk suatu negeri. Allah Maha Bijaksana dalam segala sesuatu terutama yang mengenai ketentuannya, baik merupakan perintah maupun berupa larangan.
Allah Taala telah memenuhi janji-Nya karena kenyataannya penduduk tanah suci Mekah tidak mengalami kesulitan kehidupan. Setelah tersiarnya larangan tersebut maka semakin banyaklah orang-orang musyrik masuk Islam, bukan saja mereka yang berada di sekitar Jazirah Arab, malahan hampir sampai ke segenap penjuru dunia. Mereka tentulah berkewajiban menunaikan ibadah haji di samping mereka bebas mengunjungi tanah suci. Hal yang demikian ini merupakan salah satu jalan bagi penduduk Mekah untuk memperoleh kemakmuran hidup. Dengan adanya larangan Allah terhadap orang-orang musyrik memasuki Masjidil Haram terjadilah perselisihan pendapat antara ulama fikih sebagai berikut:
1. Orang-orang yang musyrik termasuk ahli kitab tidak dibolehkan memasuki Masjidil Haram, sedang mesjid lainnya dibolehkan terhadap orang-orang kafir ahli kitab. Demikian menurut mazhab Imam Syafii.
2. Orang-orang musyrik termasuk Ahli Kitab tidak dibolehkan memasuki seluruh mesjid. Demikian menurut mazhab Maliki.
3. Yang dilarang memasuki Masjidil Haram adalah orang-orang yang musyrik saja (tidak termasuk Ahli Kitab). Demikian menurut mazhab Hanafi.
4. Sebagian ulama berpendapat bahwa orang-orang musyrik dilarang memasuki tanah haram dan jikalau dia datang secara diam-diam (menyamar) kemudian ia mati dan dikuburkan, maka setelah diketahui wajiblah digali mayatnya dan dikuburkan di luar tanah haram.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 28
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)
(Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis) maksudnya kotor karena batin mereka najis (maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam) artinya, mereka tidak boleh memasuki tanah suci (sesudah tahun ini) yakni tahun kesembilan Hijriah. (Dan jika kalian khawatir menjadi beban) fakir oleh sebab orang-orang musyrik itu tidak mau lagi berdagang dengan kalian (maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepada kalian dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki) dan memang Allah telah membuat mereka kaya sesudah itu melalui banyaknya futuh/kemenangan dan jizyah yang berhasil mereka peroleh. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana).
29 Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.(QS. 9:29)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 29
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya memerangi Ahli Kitab karena pada mereka terdapat empat unsur yang menyebabkan mereka memusuhi Islam. Empat unsur itu ialah:
1. Mereka tidak beriman kepada Allah karena mereka telah menghancurkan asas ketauhidan. Mereka menjadikan pendeta-pendeta selaku orang suci yang berhak menentukan sesuatu, baik mengenai peraturan yang berkenaan dengan ibadat maupun yang berhubungan dengan halal dan haram. Demikian juga orang-orang Nasrani memandang bahwa Isa itu anak Allah atau Allah, sedangkan orang-orang Yahudi memandang pula Uzair anak Allah. Hal itu dengan tegas menunjukkan bahwa semua mereka mempersekutukan Allah dalam membuat peraturan agama.
2. Mereka tidak beriman kepada hari kemudian, karena mereka menganggap bahwa kehidupan di akhirat sekadar kehidupan rohaniah belaka di mana manusia menjadi malaikat. Kesesatan anggapan mereka seperti ini karena tidak ada ketegasan, baik dalam Taurat maupun dalam Injil tentang adanya hari kebangkitan dan pembalasan sesudah mati di mana manusia bangkit kembali sebagai kejadiannya semula, yaitu terdiri dari jasad dan roh yang masing-masing akan merasakan kenikmatan karunia Allah sebagaimana ditegaskan dalam Alquran.
3. Mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang-orang Yahudi tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat yang dibawa oleh Musa dan yang sebagiannya dinasakhkan oleh Isa, yakni dinyatakan tidak berlaku lagi hukumnya. Mereka memandang halal memakan harta manusia dengan jalan yang tidak halal (batal), seperti riba dan sebagainya dan mereka mengikuti cara-cara orang musyrik dalam keganasan berperang dan dalam memperlakukan orang-orang tawanan. Sedangkan orang-orang Nasrani memandang halal apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat Musa yang belum dinasakhkan oleh Injil. Dalam Taurat Allah mengharamkan memakan gajih daging atau harga penjualannya. Orang-orang Nasrani tidak memandangnya haram.
4. Mereka tidak berpegang kepada agama yang benar yaitu agama yang Allah wahyukan kepada Musa dan Isa a.s. Apa yang mereka anggap agama sebenarnya adalah merupakan suatu cara yang dibuat oleh pendeta-pendeta mereka berdasarkan pikiran dan kepentingan. Yang membawa pendeta kepada perbuatan tersebut karena pendeta Yahudi tidak sanggup menghafal kitab Taurat yang dibawa oleh Musa, demikian juga pendeta-pendeta Nasrani tidak dapat menghafal apa-apa yang disampaikan oleh Isa. Injil yang mereka terima jumlahnya puluhan, kemudian setelah melalui beberapa abad dari kenaikan Isa mereka memilih empat Injil daripadanya yang masing-masing terdapat pertentangan. Demikianlah keadaan mereka diisyaratkan oleh firman Allah:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka berubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S. Al-Ma'idah: 13)
Karena itulah Allah swt. memerintahkan orang-orang mukmin supaya memerangi Ahli Kitab ketika mereka melakukan perbuatan-perbuatan permusuhan yang mengancam keamanan orang-orang mukmin, baik mengenai kehidupan beragama maupun kehidupan sosial. Jika mereka menerima Islam sebagai pengganti agamanya, maka mereka telah kembali kepada agama yang benar; dan jika mereka tunduk, takluk dan bertekuk lutut sehingga tidak sanggup lagi mengganggu dan mengancam kehidupan orang-orang mukmin, maka hendaklah mereka membayar jizyah sebagai tanda bahwa mereka berada dalam posisi yang rendah di mana kewajiban orang-orang mukmin seluruhnya menjamin kepada mereka, membela mereka, memberikan kebebasan kepada mereka terutama dalam menjalankan ibadat menurut agama mereka dan memperlakukan mereka dengan keadilan dan persamaan dalam kehidupan sosial sebagaimana diperlakukan terhadap kaum Muslimin sendiri.
Dengan membayar jizyah mereka disebut ahli zimmah atau kafir zimmi.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 29
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29)
(Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian) jika tidak demikian niscaya dari dahulu mereka sudah beriman kepada Nabi saw. (dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya) seperti khamar (dan tidak beragama dengan agama yang benar) yakni agama yang telah ditetapkan oleh Allah yang mengganti agama-agama lainnya, yaitu agama Islam (yaitu orang-orang) lafal alladziina pada ayat ini berkedudukan menjelaskan lafal alladziina pada awal ayat (yang diberikan Alkitab kepada mereka) kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (sampai mereka membayar jizyah) kharaj yang dibebankan kepada mereka untuk membayarnya setiap tahun (dengan patuh) lafal yadin berkedudukan menjadi hal/kata keterangan, artinya, secara taat dan patuh, atau mereka menyerahkannya secara langsung tanpa memakai perantara atau wakil (sedangkan mereka dalam keadaan tunduk) yaitu patuh dan taat terhadap peraturan/hukum Islam.
30 Orang-orang Yahudi berkata: `Uzair itu putera Allah` dan orang Nasrani berkata: `Al Masih itu putera Allah`. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?(QS. 9:30)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 30
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan keyakinan ahli kitab yang salah, baik orang-orang Yahudi atau pun orang-orang Nasrani. Mereka berkeyakinan bahwa "Uzair itu putra Allah". Kepercayaan ini bertentangan sekali dengan pengertian iman yang sebenarnya kepada Allah. Karena iman yang benar ialah bahwa Allah itu esa, tunggal, tidak beranak, tidak berbapak dan tidak bersekutu dengan apa dan siapa pun. Dia Maha Sempurna, Maha Kuasa dan tidak ada satu pun yang menyerupai dan menyamai-Nya.
Uzair adalah seorang tukang tenung bangsa Yahudi, penduduk negeri Babylon, hidup di sekitar tahun 457 sebelum Masehi. Dia seorang pengarang ulung, pendiri suatu perhimpunan besar, dan rajin mengumpulkan naskah-naskah Kitab Suci dari berbagai daerah. Dialah yang memasukkan huruf-huruf Kaldaniyah sebagai pengganti huruf-huruf Ibrani kuno. Dia juga yang menulis hal-hal yang mengenai peredaran matahari, menyusun kembali kitab-kitab bermutu yang telah hancur binasa. Semasa hidupnya dianggap orang sebagai masa kesuburan agama Yahudi karena dialah penyair syariat Taurat yang terkemuka, menghidupkan syariat itu kembali sesudah sekian lama dilupakan orang. Oleh karena kaum Yahudi menganggapnya sebagai seorang suci yang lebih dekat kepada Allah bahkan sebagian dari mereka yang fanatik menganggap dan memanggilnya dengan "anak Allah". Meskipun hanya sebagian dari kaum Yahudi yang berkepercayaan demikian tetapi dapat dianggap bahwa kepercayaan itu adalah kepercayaan mereka seluruhnya karena ucapan yang salah itu tidak dibantah dan diingkari oleh golongan yang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.
(Q.S. Al-Anfal: 25)
Demikian juga halnya kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih. Mereka beriktikad bahwa Isa itu anak Allah. Kepercayaan ini pun sangat bertentangan dengan iman kepada Allah swt. Sekalipun pada mulanya kata-kata "Isa itu anak Allah" hanyalah merupakan ucapan nenek moyang mereka yang bermaksud bahwa dia itu adalah seorang yang mulia, dikasihi Allah dan terhormat, dan bukanlah ucapan itu berarti anak Allah sebenarnya. Tetapi lambat laun, terutama ketika kepercayaan agama Hindu menyusup masuk ke dalam kaum Nasrani dan kedua agama itu berdampingan rapat, bahu-membahu, tertanamlah di dalam hati mereka kepercayaan bahwa Isa Al-Masih itu adalah benar-benar anak Allah. Kemudian setelah berlalu beberapa waktu lamanya, timbullah perubahan baru di dalam kepercayaan mereka, bahwa arti anak Allah dan Allah juga Roh Kudus (ruh suci) yang kemudian dikenal dengan "Bapak, anak dan ruh suci".
Menurut keyakinan mereka, tiga oknum tersebut yaitu "Anak Allah, Allah dan Ruh Suci" pada hakikatnya hanya satu. Ajaran Gereja ini sudah menjadi ketetapan di dalam agama Nasrani, tiga abad sepeninggal Isa Al-Masih dan murid-muridnya. Meskipun kepercayaan ini ditentang oleh sebagian dari mereka yang tidak sedikit jumlahnya, tetapi gereja-gereja Katholik, Ortodoks dan Protestan tetap pada pendiriannya. Bahkan orang-orang yang tidak membenarkan kepercayaan yang salah itu, dianggap tidak lagi termasuk kaum Nasrani dan telah murtad dari agamanya.
Mengatakan Isa Al-Masih anak Allah dan meyakini bahwa tiga oknum suci itu adalah hakikat Tuhan Yang Maha Esa, tidak dibenarkan oleh Allah swt. dan tidak dapat diterima oleh akal yang sehat dan belum ada satu juga agama Nabi-nabi sebelum itu menganut kepercayaan demikian. Allah swt. menandaskan bahwa ucapan mereka seperti itu adalah bohong, tidak mempunyai hakikat kebenaran sedikit juga dan tidak ada satu dalil dan bukti yang nyata dapat menguatkannya. Sejalan dengan ini Allah swt. berfirman:
كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
Artinya:
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
(Q.S. Al-Kahfi: 5)
Di dalam kitab-kitab perjanjian baru sendiri tidak terdapat keterangan yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih itu anak Allah. Sesungguhnya mereka sudah sesat jauh dari yang sebenarnya. Mereka meniru-niru ucapan orang-orang kafir sebelumnya, seperti orang-orang musyrik bangsa Arab yang mengatakan "Malaikat-malaikat itu adalah putri-putri Allah".
Sejarah mencatat bahwa kepercayaan "Tuhan beranak, Tuhan menjelma dalam tiga oknum berhakikat satu" adalah kepercayaan kaum Brahma dan Budha di India, kepercayaan bangsa-bangsa Jepang, Persia, Mesir, Yunani dan Romawi zaman dahulu. Keadaan orang-orang Yahudi dan orang Nasrani mempercayai bahwa Allah swt. itu beranak, belum pernah ada seorang pun dari bangsa Arab yang mengetahuinya, begitu pula orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan baru dengan turunnya Alquran diketahui. Ini adalah salah satu mukjizat Alquran.
Allah swt. mengutuk mereka karena mereka belum mau menginsafi dan menyadari kekeliruan dan kesesatannya. Meskipun Rasul-rasul Allah telah menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, namun mereka tidak mau kembali ke akidah tauhid, bahkan tetap bertahan pada iktikadnya yang keliru, yaitu menganggap bahwa Uzair dan Isa Al-Masih adalah anak Allah, padahal keduanya itu adalah manusia-manusia hamba-Nya seperti juga manusia-manusia lain, sekalipun diakui bahwa keduanya itu adalah manusia yang saleh, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mulia dan dihormati sebagaimana firman Allah:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ
Artinya:
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak." Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan.
(Q.S. Al-Anbiya': 26)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 30
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30)
(Orang-orang Yahudi berkata, "Uzair itu putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Almasih itu) yakni Nabi Isa (adalah putra Allah." Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka tanpa ada sandaran dalil yang mendukung perkataannya itu, bahkan (mereka meniru-niru) perkataan mereka itu meniru (perkataan orang-orang kafir yang terdahulu) dari kalangan nenek moyang mereka, karena menuruti tradisi mereka. (Semoga mereka dilaknat) dikutuk (oleh Allah, bagaimana) mengapa (mereka sampai berpaling) maksudnya bagaimana mereka sampai berani berpaling dari kebenaran, padahal dalilnya sudah jelas dan gamblang.
bahdar- SERSAN MAYOR
-
Posts : 259
Kepercayaan : Islam
Join date : 23.12.11
Reputation : 5
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
31 Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS. 9:31)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 31
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (31)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan bentuk kesesatan ahli kitab, baik kaum Yahudi maupun kaum Nasrani, masing-masing mengambil dan mengangkat Tuhan selain Allah swt. sebagaimana halnya orang-orang musyrik Arab yang ditiru-tirunya itu. Orang-orang Yahudi menjadikan pemuka-pemuka agama mereka sebagai Tuhan yang mempunyai hak menetapkan hukum menghalalkan dan mengharamkan. Sedang orang-orang Nasrani menjadikan rahib-rahib mereka yaitu pemuka-pemuka agama mereka sebagai Tuhan yang harus ditaati dan disembah. Adapun kedudukan pemuka-pemuka agama, baik ia sebagai pemuka Yahudi atau sebagai rahib Nasrani maupun sebagai alim ulama Islam, tidak lebih dari kedudukan seorang ahli yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang seluk-beluk syariat agamanya masing-masing. Segala pendapat dan fatwa yang dikemukakannya hanyalah sebagai penerangan dari hukum-hukum Allah yang harus disertai dan didasarkan atas dalil-dalil yang nyata dari firman Allah swt. atau sunah Rasul yang disampaikan oleh Rasul-Nya. Mereka tidak berhak sedikit pun membuat syariat-syariat agama, karena yang demikian itu adalah hak Allah semata-mata.
Menurut penganut agama Nasrani, di samping Isa Al-Masih itu dianggap sebagai Tuhan yang disembah, ada juga yang menyembah ibunya, yaitu Maryam padahal Isa itu adalah seorang rasul seperti rasul-rasul sebelumnya dan Maryam ibunya hanya seorang yang benar, dan keduanya makan dan minum juga sebagaimana halnya manusia-manusia yang lain.
Firman Allah:
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ
Artinya:
Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar; kedua-duanya biasa memakan makanan.
(Q.S. Al-Ma'idah: 75)
Kaum Katolik dan orang-orang Ortodoks menyembah murid-murid Isa dan pesuruh-pesuruhnya begitu juga kepala-kepala dan pemuka-pemuka agamanya yang dianggap suci, dan dijadikannya perantara yang akan menyampaikan ibadat mereka kepada Allah. Juga mereka menganggap pendeta-pendeta mereka mempunyai hak mengampuni, atau pun tidak mengampuninya sesuai dengan keinginannya padahal tidak ada yang berhak mengampuni dosa kecuali Allah swt. sebagaimana firman-Nya:
وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
Artinya:
Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah.
(Q.S. Ali Imran: 135)
Adapun kaum Yahudi, mereka menambah-nambah hukum lain kepada syariat agamanya. Mereka tidak mencukupkan dan membatasi diri pada hukum yang terdapat dalam kitab Taurat sebagai pedoman hidupnya tetapi menambah dan memasukkan hukum-hukum lain yang didengarnya dari kepala-kepala agama mereka sebelum hukum-hukum itu dibukukan jadilah ia peraturan umum yang harus dituruti dan ditaati oleh kaum Yahudi.
Demikianlah kesesatan-kesesatan yang telah diperbuat Ahli Kitab padahal mereka itu tidak diperintahkan kecuali menyembah Tuhan Yang Satu Tuhan Seru sekalian alam yaitu Allah swt. karena tidak ada Tuhan Yang berhak disembah kecuali Dia; Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya baik mengenal zat-Nya sifat-sifat-Nya maupun af`al-Nya. Maha Suci Allah swt. dari apa yang mereka persekutukan. Dan apabila mereka mempercayai bahwa pemimpin-pemimpin mereka itu berhak menentukan sesuatu hukum berarti mereka mempunyai kepercayaan bahwa ada Tuhan yang disembah selain dari Allah swt. yang dapat menyakitkan dan menyembuhkan, menghidupkan dan mematikan tanpa izin dari Allah swt. dan lain sebagainya. Dan bahwa ada Tuhan yang wajib ditaati dan dipatuhi segala perintah dan larangannya, segala apa yang dihalalkan dan diharamkannya sekalipun semuanya itu hanya timbul dari kehendak hawa nafsu dan akal pikirannya tidak bersumber dari wahyu Ilahi.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 31
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (31)
(Mereka menjadikan orang-orang alimnya) dimaksud adalah ulama-ulama Yahudi (dan rahib-rahib mereka) para pendeta Nasrani (sebagai tuhan selain Allah) karena para pengikut agama Yahudi dan Nasrani mengikuti mereka dalam hal menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh-Nya (dan juga mereka mempertuhankan Almasih putra Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan) oleh kitab Taurat dan kitab Injil mereka (melainkan hanya menyembah) maksudnya mereka disuruh supaya menyembah (Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Suci Allah) lafal subhaanahu mengandung arti menyucikan Allah (dari apa yang mereka persekutukan).
32 Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.(QS. 9:32)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 32
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (32)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan iktikad jahat Ahli Kitab. Mereka berkehendak memadamkan dan melenyapkan agama tauhid, yaitu agama yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw., agama yang penuh dengan bukti-bukti yang menunjukkan keesaan Allah swt. dan hal-hal yang tidak wajar bagi-Nya seperti yang dituduhkan oleh mereka bahwa Dia itu mempunyai anak dan lain sebagainya, agama yang berkitab sucikan Alquranul Karim yang penuh petunjuk dari Allah swt. kitab suci yang merupakan mukjizat terbesar sejak diturunkannya sampai akhir zaman nanti.
Untuk memenuhi kehendak busuknya itu, orang-orang Ahli Kitab menyebarkan fitnah dan celaan terhadap Rasulullah saw., sahabat-sahabatnya dan juga kepada kaum Muslimin. Mereka tidak senang melihat agama Islam itu mendapat sambutan baik dari masyarakat dan mendapat kedudukan yang tinggi pada permukaan bumi ini sehingga tidak ada agama yang lebih tinggi pada permukaan bumi ini sebagaimana sabda Nabi saw.:
الإسلام يعلو ولا يعلى عليه
Artinya:
Islam itu tinggi dan tidak ada (agama) yang melebihi ketinggiannya.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Segala macam usaha dan ikhtiar dilakukan oleh mereka, baik dengan jalan halus maupun dengan jalan kasar, berupa kekerasan, penganiayaan, peperangan dan lain sebagainya, demi untuk menghancurkan agama Allah itu yang diumpamakan nur atau cahaya yang menyinari alam semesta ini. Tetapi Allah tidak merestui maksud jahat itu. Semua usaha mereka gagal tidak berhasil, sedang agama Islam makin hari makin meluas, menembus celah-celah dinding sampai ke sasarannya, meluas sampai ke pelosok-pelosok sehingga dunia mengakui kemurniannya sekalipun belum semua umat manusia memeluknya.
Meskipun bukti-bukti telah cukup dan kenyataan-kenyataan telah jelas menunjukkan kebenaran agama Islam, namun mereka tetap membangkang dan memungkirinya. Mereka bekerja keras dengan segala macam usaha dan cara agar kaum Muslimin rela meninggalkan agamanya atau memeluk agama mereka. Janganlah terpedaya dengan sikap lemah lembut yang diperlihatkan mereka, karena semuanya itu adalah tipu muslihat dendam yang disembunyikan di dalam hati mereka adalah lebih hebat dan berbahaya. Camkanlah firman Allah swt.:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Artinya:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang pada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
(Q.S. Al-Baqarah: 120)
Dan Firman-Nya:
قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ
Artinya:
Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.
(Q.S. Ali Imran: 118)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 32
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (32)
(Mereka berkehendak memadamkan cahaya/agama Allah) yakni syariat dan bukti-bukti-Nya (dengan mulut mereka) melalui perkataan-perkataan mereka dalam hal ini (dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan) memenangkan (cahaya-Nya walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai) hal tersebut.
33 Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.(QS. 9:33)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 33
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (33)
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa sebagai jaminan atas kesempurnaan agama-Nya, maka diutuslah seorang rasul yaitu Nabi Muhammad saw. dan dibekali sebuah kitab Suci yaitu Alquranul karim yang penuh berisi petunjuk yang menjelaskan segala sesuatunya dan mencakup isi kitab-kitab suci sebelumnya. Selain itu dibekali juga dengan agama yang hak, agama yang lebih lengkap dari agama sebelumnya secara keseluruhan yaitu agama Islam. Agama yang telah diridai dan direstui Allah swt. untuk menjadi agama yang dianut oleh segenap umat manusia.
Firman Allah swt.:
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Artinya:
Dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.
(Q.S. Al-Ma'idah: 3)
Agama Islam sesuai dengan segala keadaan dan tempat berlaku sepanjang masa sejak disyariatkannya sampai akhir zaman. Oleh karena itu tidak heran kalau agama Islam itu mendapat sambutan yang baik dari segenap umat yang maju dengan pesatnya sehingga dalam waktu-waktu yang singkat sudah tersebar ke segala penjuru dunia menempati tempat yang mulia dan tinggi, lebih tinggi dari agama-agama sebelumnya.
Meskipun orang musyrik tidak senang atas kenyataan-kenyataan itu, bahkan tetap menghalang-halangi dan kalau dapat menghancurkannya, tetapi kodrat iradat Allah jua yang akan berlaku, tak ada suatu kekuatan apa pun yang dapat menghambat dan menghalanginya.
Camkanlah firman Allah swt.:
سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا
Artinya:
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-sekali tidak akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
(Q.S. Al-Fath: 23)
34 Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,(QS. 9:34)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 34
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (34)
Pada ayat ini diterangkan bahwa kebanyakan pemimpin dan pendeta orang Yahudi dan Nasrani telah dipengaruhi oleh cinta harta dan pangkat. Karena itu mereka tidak segan-segan menguasai harta orang lain dengan jalan yang tidak benar dan dengan terang-terangan menghalang-halangi manusia beriman kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Sebab kalau mereka membiarkan pengikut mereka membenarkan dan menerima dakwah Islam tentulah mereka tidak dapat lagi bersikap sewenang-wenang terhadap mereka dan akan hilanglah pengaruh dan kedudukan yang mereka nikmati selama ini. Pemimpin-pemimpin dan pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani itu telah melakukan berbagai cara untuk mengambil harta orang lain, di antaranya:
1. Membangun makam nabi-nabi dan pendeta-pendeta dan mendirikan gereja-gereja yang dinamai dengan nama-Nya itu. Dengan demikian mereka dapat hadiah, nazar dan wakaf-wakaf yang dihadiahkan kepada makam dan gereja itu. Kadang-kadang mereka meletakkan gambar orang-orang suci mereka atau patung-patungnya, lalu gambar-gambar, patung-patung itu disembah dan dimintai bermacam-macam permintaan dan keinginan sebagai imbalannya. Supaya permintaan mereka dikabulkan, mereka hendaklah memberikan hadiah uang dan sebagainya. Dengan demikian terkumpullah uang yang banyak dan uang itu dikuasai sepenuhnya oleh pendeta itu. Ini adalah suatu tindakan yang bertentangan dengan agama yang dibawa oleh para rasul karena membawa kepada kemusyrikan dan mengambil harta orang dengan memakai nama nabi dan orang-orang suci.
2. Yang khusus dilakukan oleh pendeta-pendeta Nasrani yaitu menerima uang dari seseorang sebagai imbalan atas pengampunan dosa yang diperbuatnya. Seseorang yang berdosa dapat diampuni dosanya bila ia datang ke gereja menemui bapak pendeta dan mengakui di hadapannya semua dosa dan maksiat yang dilakukannya, mereka percaya dengan penuh keyakinan bahwa bila bapak pendeta itu telah mengampuni dosanya, ini berarti Tuhan telah mengampuninya karena bapak pendeta itu adalah wakil Tuhan di atas bumi. Kepada mereka yang telah memberikan uang tebusan dosa itu diberikan kartu pengampunan seakan-akan kartu ini nanti yang akan diperlihatkannya kepada Tuhan di akhirat nanti di hari pembalasan yang menunjukkan bahwa mereka sudah bersih dari segala dosa.
3. Imbalan memberikan fatwa-fatwa baik menghalalkan yang haram maupun mengharamkan yang halal sesuai dengan keinginan raja-raja, penguasa-penguasa dan orang-orang kaya. Bila pembesar dan orang kaya itu ingin melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan kebenaran seperti membalas dendam dan bertindak kejam terhadap suatu golongan yang mereka anggap sebagai penghalang bagi terlaksananya keinginan mereka atau mereka anggap sebagai musuh, mereka minta kepada pendeta supaya dikeluarkan suatu fatwa yang membolehkan mereka bertindak sewenang-wenang terhadap orang-orang itu, meskipun fatwa itu bertentangan dengan ajaran agama mereka seakan-akan ajaran agama itu dianggap sepi dan seakan-akan kitab Taurat itu hanya lemberan kertas yang boleh diubah-ubah semau mereka. Hal ini sangat dicela oleh Allah dalam firman-Nya:
قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ
Artinya:
Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Nabi Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia; kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya.
(Q.S. Al-An'am: 91)
4. Mengambil harta orang lain yang bukan sebangsa atau seagama dengan mereka dengan melaksanakan kecurangan, pengkhianatan pencurian dan sebagainya dengan alasan bahwa Allah mengharamkan penipuan dan pengkhianatan hanya terhadap orang-orang Yahudi saja. Adapun terhadap orang-orang yang tidak sebangsa dan seagama dengan mereka maka hal ini dibolehkan. Hal ini dijelaskan Allah dengan firman-Nya:
وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya:
Di antara ahli kitab ada orang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikan kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi." Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahuinya.
(Q.S. Ali Imran: 75)
5. Mengambil rente (riba). Orang-orang Yahudi sangat terkenal dalam hal ini, karena ada di antara pendeta-pendeta mereka yang menghalalkannya meskipun dalam kitab mereka riba itu diharamkan. Ada pula di antara pendeta-pendeta itu yang menfatwakan bahwa mengambil riba dari orang-orang Yahudi adalah halal. Demikian pula pendeta-pendeta Nasrani ada yang menghalalkan sebagian riba meskipun mengharamkan sebagian yang lain.
Demikian cara-cara yang mereka praktekkan dalam mengambil dan menguasai harta orang lain untuk kepentingan diri mereka sendiri dan untuk memuaskan nafsu dan keinginan mereka. Adapun cara-cara mereka menghalangi manusia dari jalan Allah ialah dengan merusak akidah tauhid dan merusak ajaran agama yang murni. Orang-orang Yahudi telah pernah menyembah patung anak sapi, pernah mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah, dan banyak sekali mereka memutarbalikkan ayat-ayat Allah dan mengubah-ubahnya sesuai dengan keinginan dan hawa nafsu mereka sebagaimana telah dijelaskan pada ayat-ayat yang lalu yang tersebut dalam surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa' dan Al-Maidah. Mereka secara terang-terangan mengingkari Nabi Musa a.s. sebagai nabi padahal dialah pembawa akidah yang murni yang kemudian dirusak oleh pendeta-pendeta Yahudi. Demikian pula orang-orang Nasrani telah menyelewengkan akidah tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. sehingga mereka menganggapnya sebagai Tuhan. Oleh karena itu mereka baik kaum Yahudi maupun Nasrani selalu menentang ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. bahkan selalu menghina beliau dengan berbagai cara dan selalu menentang dan mendustakan Alquranul Karim. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk memadamkan cahaya Allah tetapi Allah sudah menetapkan bahwa Dia akan menyempurnakan cahaya itu. Tentulah segala usaha dan daya upaya mereka akan menemui kegagalan tetapi pastilah hanya kehendak Allahlah yang berlaku dan terlaksana. Allah berfirman:
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Artinya:
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.
(Q.S. At Taubah: 32)
Demikianlah tindak-tanduk kebanyakan dari pimpinan dan pendeta kaum Yahudi dan Nasrani. Mereka karena sifat serakah, loba dan tamak akan harta benda, mengumpulkan sebanyak-banyaknya dan mempergunakan sebagian dari harta itu untuk menghalangi manusia mengikuti jalan Allah. Oleh sebab itu Allah akan melemparkan mereka kelak di akhirat ke dalam neraka dan akan menyiksa mereka dengan azab yang sangat pedih. Mengenai pengumpulan harta ini dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, walaupun ditujukan kepada kaum Yahudi dan Nasrani, tetapi para mufassirin berpendapat bahwa ayat ini mencakup juga kaum muslimin. Maka siapa saja yang karena tamak dan serakahnya berusaha mengumpulkan harta kemudian menyimpannya dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka ia diancam Allah akan dimasukkan ke dalam neraka baik dia beragama Yahudi, Nasrani maupun beragama Islam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa setelah turun ayat ini, maka kaum Muslimin merasa berkeberatan dan berkata: "Kami tidak sampai hati bila kami tidak meninggalkan untuk anak-anak kami barang sedikit dari harta kami." Umar berkata: "Saya akan melapangkan hartamu." Lalu beliau pergi bersama Saban kepada Nabi dan mengatakan kepadanya: "Hai Nabi Allah, ayat ini amat terasa berat bagi sahabat engkau." Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan zakat melainkan agar harta yang tinggal di tanganmu menjadi bersih." Allah hanya menetapkan hukum warisan terhadap harta yang masih ada sesudah matimu." Umar mengucapkan takbir atas penjelasan Rasulullah itu, kemudian Nabi berkata kepada Umar: "Aku akan memberitahukan kepadamu sesuatu yang paling baik untuk dipelihara, yaitu perempuan saleh yang apabila seorang suami memandangnya dia merasa senang, dan apabila disuruh dia mematuhinya dan apabila dia berada di tempat lain perempuan itu menjaga kehormatannya."
35 pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengan dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: `Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.`(QS. 9:35)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 35
يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ (35)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang mengumpulkan harta dan menyimpannya tanpa dinafkahkan sebagiannya pada jalan Allah (dibayarkan zakat) bagi orang mukmin akan dimasukkan ke dalam neraka pada hari akhirat dan di dalam neraka itu semua harta itu akan dipanaskan dengan api lalu disetrikakan pada dahi pemiliknya begitu pula lambung dan punggungnya, lalu diucapkan kepadanya inilah harta bendamu yang kamu simpan dahulu. Sehubungan dengan ini ada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
ما من مسلم لا يؤدي زكاة ماله إلاا جعل له يوم القيامة صفائح من نار بها جنبه وجبهته وظهره
Artinya:
Tidak ada seorang laki-laki yang tidak menunaikan zakat hartanya melainkan hartanya itu akan dijadikan kepingan-kepingan api lalu disetrikakan pada lambung, dahi dan punggungnya.
(H.R. Muslim dari Abu Hurairah)
Demikianlah nasib orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengumpulkan harta dan menumpuknya serta mempergunakan sebagian harta itu untuk menghalangi manusia dari jalan Allah. Demikian pula nasib seorang muslim yang tidak menunaikan zakat hartanya. Harta itu sendirilah yang akan dijadikan alat penyiksanya. Bagaimana caranya apakah harta yang mereka peroleh di dunia itu dijadikan kepingan-kepingan api atau sebagai gambaran saja. Allah Yang Maha Mengetahui, karena hal itu termasuk urusan gaib yang tidak diketahui kecuali oleh Allah saja.
36 Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.(QS. 9:36)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 36
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (36)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah menetapkan bilangan bulan itu dua belas semenjak Dia menciptakan langit dan bumi. Yang dimaksud dengan bulan di sini ialah bulan Qamariah karena dengan perhitungan Qamariah itulah Allah menetapkan waktu untuk mengerjakan ibadat yang fardu dan ibadat yang sunat dan beberapa ketentuan lain. Maka menunaikan ibadah haji, puasa, ketetapan mengenai idah wanita yang diceraikan dan masa menyusui ditentukan dengan bulan Qamariah.
Di antara bulan-bulan yang dua belas itu ada empat bulan yang ditetapkan sebagai bulan haram yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab. Keempat bulan itu harus dihormati dan pada waktu itu tidak boleh melakukan peperangan. Ketetapan ini berlaku pula dalam syariat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai kepada syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Kalau ada yang melanggar ketentuan ini maka pelanggaran itu bukanlah karena ketetapan itu sudah berubah, tetapi semata-mata karena menuruti kemauan hawa nafsu sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum musyrikin. Biasanya orang-orang Arab amat patuh kepada ketetapan ini sehingga apabila seseorang terbunuh saudaranya atau bapaknya lalu ia bertemu dengan pembunuhnya pada salah satu bulan haram ini dia tidak akan berani menuntut balas, karena menghormati bulan haram itu. Padahal orang Arab sangat terkenal semangatnya untuk menuntut bela dan membalas dendam. Itulah ketetapan yang harus dipenuhi karena pelanggaran terhadap ketentuan ini sama saja dengan menganiaya diri sendiri karena Allah telah memuliakan dan menjadikannya bulan-bulan yang harus dihormati. Kecuali kalau kita dikhianati atau diserang pada bulan haram itu maka dalam hal ini wajib mempertahankan diri dan membalas kejahatan dengan kejahatan pula sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram, katakanlah: "Berperang pada bulan itu adalah dosa besar tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan membuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh." Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran).
(Q.S. Al-Baqarah: 217)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin supaya memerangi kaum musyrikin karena mereka memerangi kaum Muslimin. Mereka memerangi kaum Muslimin bukan karena balas dendam, atau fanatik kesukuan atau merampas harta benda sebagaimana biasa mereka lakukan di masa yang lalu terhadap kabilah lain, tetapi maksud utama adalah menghancurkan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan memadamkan cahayanya. Maka wajiblah bagi setiap muslim bangun serentak memerangi mereka sampai agama Islam itu tegak dan agama mereka hancur binasa. Hendaklah ditanamkan ke dalam dada setiap muslim semangat jihad yang berkobar-kobar serta tekad dan keyakinan bahwa mereka pasti menang karena Allah selamanya menolong orang-orang yang bertakwa kepada-Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 36
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (36)
(Sesungguhnya bilangan bulan) jumlah bulan pertahunnya (pada sisi Allah adalah dua belas bulan dalam Kitabullah) dalam Lohmahfuz (di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya) bulan-bulan tersebut (empat bulan suci) yang disucikan, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab. (Itulah) penyucian bulan-bulan yang empat tersebut (agama yang lurus) artinya agama yang mustaqim (maka janganlah kalian menganiaya dalam bulan-bulan tersebut) dalam bulan-bulan yang empat itu (diri kalian sendiri) dengan melakukan kemaksiatan. Karena sesungguhnya perbuatan maksiat yang dilakukan dalam bulan-bulan tersebut dosanya lebih besar lagi. Menurut suatu penafsiran disebutkan bahwa dhamir fiihinna kembali kepada itsnaa `asyara, artinya dalam bulan-bulan yang dua belas itu (dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya) seluruhnya dalam bulan-bulan yang dua belas itu (sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang takwa) pertolongan dan bantuan-Nya selalu menyertai mereka.
37 Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(QS. 9:37)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 37
إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (37)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa pengunduran bulan haram kepada bulan berikutnya seperti pengunduran bulan Muharam ke bulan Safar dengan maksud agar pada bulan Muharam itu diperbolehkan berperang adalah suatu kekafiran. Di samping orang yang berani mengundurkan bulan haram itu telah kafir kepada Tuhan dia pun bertambah kekafirannya karena menganggap dirinya sama dengan Tuhan dalam menetapkan hukum.
Telah jelas dan diakui semenjak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bahwa pada bulan-bulan haram itu tidak dibolehkan berperang tetapi karena orang-orang musyrikin itu tidak dapat menguasai dirinya untuk meninggalkan berperang selama tiga bulan berturut-turut yaitu pada bulan Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam, maka bulan itu digeser ke bulan lain sehingga mereka mendapat kesempatan untuk berperang pada bulan Muharam.
Hal ini biasa mereka lakukan ketika mereka berada di Mina. Ketika para jemaah haji berkumpul di sana berdirilah seorang pemimpin dari Bani Kinanah dan berkata: "Sayalah orang yang tak dapat ditolak keputusannya." Para jemaah menjawab: "Benarlah apa yang engkau katakan itu dan tangguhkanlah untuk kami bulan Muharam ke bulan Safar." Lalu pemimpin itu menghalalkan bagi mereka bulan Muharam dan mengharamkan bulan Safar, dan menamakan bulan Muharam itu dengan nama yang lain yaitu "Nasik".
Demikianlah watak orang musyrik, mereka karena didorong oleh keinginan dan hawa nafsu, berani menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan berani pula mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, karena mereka telah dipengaruhi nafsu setan, dan tentu saja orang yang berwatak itu tidak akan mendapat petunjuk dari Allah swt.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 37
إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (37)
(Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu) yaitu menangguhkan kesucian bulan haram tersebut kepada bulan yang lain seperti tradisi yang biasa dilakukan pada zaman jahiliah. Mereka biasa mengakhirkan kesucian bulan Muharam, bilamana waktu bulan Muharam tiba sedangkan mereka masih dalam peperangan, maka mereka memindahkan kesucian bulan Muharam kepada bulan Safar (adalah menambah kekafiran) karena kekafiran terhadap ketentuan hukum yang telah ditetapkan Allah dalam bulan Muharam itu (disesatkan) dapat dibaca yadhallu dan dapat pula dibaca yadhillu (orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkan) perbuatan mengundur-undurkan itu (pada suatu tahun dan mereka mengharamkannya pada tahun yang lain agar mereka dapat menyesuaikan) supaya penghalalan dan pengharaman bulan mereka dan pergantiannya cocok (dengan bilangan) hitungan (yang Allah mengharamkannya) yakni bulan-bulan yang diharamkan oleh Allah. Dalam hal ini mereka tidak menambah-nambahkan atas empat bulan yang diharamkan itu dan pula mereka tidak menguranginya hanya mereka tidak memperhatikan lagi ketentuan-ketentuan waktu yang telah ditetapkan Allah (maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Setan menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu) sehingga mereka menduganya sebagai perbuatan yang baik (Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir).
38 Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: `Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah)` kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.(QS. 9:38)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 38
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38)
Pada tahun ke 9 hijrah Nabi Muhammad saw. memerintahkan kaum Muslimin supaya bersiap-siap berperang melawan orang-orang Nasrani di Tabuk, yaitu suatu tempat yang terletak antara Madinah dan Damsyik, lebih kurang 610 km dari Madinah dan 692 km dari Damsyik. Perintah persiapan ini didasarkan atas berita yang sampai kepada kaum Muslimin dari kaum Nibty yang membawa dagangan minyak negeri Syam, bahwa bangsa Romawi bersama kaum Nasrani Arab yang terdiri dari kaum Lakhmin, Juzam dan lain-lain yang jumlahnya kira-kira 40 ribu orang lengkap dengan persenjataan dan perbekalan serta dipimpin seorang panglima besar bernama Qubaz. Mereka telah siap untuk menyerbu kota Madinah memerangi kaum Muslimin. Barisan perintis mereka sudah sampai pada suatu tempat di perbatasan yang bernama Baqias. Suatu kebiasaan Nabi Muhammad saw. apabila menghadapi suatu peperangan dengan pertimbangan kemaslahatan beliau merahasiakan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan itu. Tetapi kali ini Nabi Besar Muhammad saw. secara terbuka memberitahukan kaum Muslimin tentang keadaan yang serba sulit dan susah, serta kekurangan, jauhnya jarak yang ditempuh, jumlah bala tentara dan kekuatan musuh yang akan dihadapi agar mereka benar-benar mengadakan persiapan yang mantap.
Kaum Muslimin yang imannya teguh, kuat membaja, tanpa memikir keadaan yang serba sulit serta menyedihkan, bersiap-siap menunggu komando pemberangkatan. Para dermawan tidak segan-segan menyumbangkan kekayaannya demi untuk kepentingan jihad fisabilillah. Sayidina Usman menyumbang 10.000 dinar, 300 unta, lengkap dengan persenjataannya dan 50 kuda. Sayidina Abu Bakar menyumbangkan semua kekayaannya yaitu 4.000 dirham. Nabi Muhammad saw. bertanya: "Apakah masih ada sesuatu yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" Beliau menjawab: "Yang saya tinggalkan untuk keluargaku ialah Allah dan Rasul-Nya." Sayidina Umar bin Khatab menyumbang seperdua dari harta kekayaannya.
Asim bin `Adi menyumbangkan 70 wasaq kurma (satu wasaq = 60 gantang). Kaum ibu juga tidak mau ketinggalan. Perhiasan emas mereka berupa gelang, anting-anting, kalung dan lain sebagainya disumbangkan dengan penuh keikhlasan demi untuk suksesnya perjuangan kaum Muslimin. Setelah segala sesuatunya dianggap siap, berangkatlah Nabi Besar Muhammad saw. bersama 30.000 orang menuju Tabuk. Muhammad bin Maslamah ditunjuk oleh Rasulullah saw. untuk mengurus kota Madinah dan mempercayakan kepada Ali bin Talib mengurus rumah tangganya.
Di samping itu tidak sedikit tentara kaum Muslimin yang bermalas-malas dan tidak ikut serta bersama ke Tabuk dengan dalih antara lain, bahwa belum lama mereka kembali dari perang Hunain dan Taif. Juga pada waktu musim panas sangat teriknya, musim paceklik, sukar dan susah memperoleh kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan lain sebagainya. Karena sulitnya mendapat makanan sebiji kurma untuk makanan dua orang, sedang pada waktu itu buah-buahan di Madinah seperti kurma sudah mulai masak, dan sebentar lagi dipetik.
Dengan ayat ini Allah swt. mencela dan mengutuk perbuatan mereka. Dan dari kejadian ini dapat diketahui dengan jelas, siapa di antara kaum Muslimin yang benar-benar beriman, dan siapa di antara mereka yang munafik, yang imannya hanya pura-pura saja. Salah satu tanda bahwa iman seseorang itu benar ialah dia rela mengorbankan harta dan kalau perlu jiwanya untuk jihad di jalan Allah, sebagaimana firman Allah swt.:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak raga-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.
(Q.S. Al-Hujurat: 15)
Sedangkan orang-orang munafik yaitu orang-orang yang imannya hanya pura-pura, mereka lebih mengutamakan kesenangan hidup di dunia yang fana ini yang segala sesuatunya bersifat sementara daripada kebahagiaan di akhirat kelak yang sifatnya kekal abadi. Padahal kesenangan di dunia bagaimanapun hebatnya tidaklah mempunyai arti apa-apa jika dibandingkan dengan kebahagiaan di akhirat. Sabda Rasulullah saw.:
والله ما الدنيا في الآخرة إلا كما يجعل أحدكم أصبعه في اليم ثم يرفعها فلينظر بم يرجع
Artinya:
Demi Allah tiadalah dunia ini (jika dibandingkan) dengan akhirat kecuali (hanya) seperti salah seorang kamu yang meletakkan jarinya di dalam laut kemudian diangkatnya. Maka lihatlah apa yang hanya terbawa oleh jarinya.
(H.R. Muslim, Ahmad, dan Tirmizi dari Al Miswar)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 38
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38)
Ayat ini diturunkan sewaktu Nabi saw. menyeru kaum muslimin untuk berangkat ke perang Tabuk sedangkan pada saat itu udara sangat panas dan cuacanya sulit sehingga hal itu membuat mereka berat untuk melakukannya (Hai orang-orang yang beriman apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kalian, "Berangkatlah untuk berperang pada jalan Allah lalu kalian merasa berat) lafal itstsaaqaltum pada asalnya tatsaaqaltum kemudian huruf ta diganti dengan huruf tsa lalu diidgamkan atau digabungkan dengan huruf tsa yang asli setelah itu ditarik hamzah washal sehingga jadilah itstsaaqaltum. Artinya kalian malas dan enggan untuk melakukan jihad (dan ingin tinggal di tempat kalian saja?) artinya ingin tetap di tempat tinggal, istifham/kata tanya pada permulaan ayat mengandung makna taubikh/celaan. (Apakah kalian puas dengan kehidupan di dunia) dengan kesenang-kesenangannya (sebagai ganti kehidupan akhirat?) sebagai ganti kenikmatan ukhrawi (padahal kenikmatan hidup di dunia ini di) dibandingkan dengan kenikmatan (akhirat hanyalah sedikit") sangat kecil dan tidak ada artinya.
39 Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 9:39)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 39
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39)
Pada ayat ini Allah swt. mengancam orang-orang yang tidak patuh dan tidak mau tunduk memenuhi anjuran dan perintah Nabi Muhammad saw. untuk pergi berperang. Mereka akan disiksa di dunia ini antara lain dengan kehancuran, kelaparan, dan lain-lainnya, dan mereka akan diganti dengan satu kaum yang taat kepada Allah swt., patuh pada Rasul-Nya mencintai Rasul-Nya dan membantu Nabi saw. menegakkan agama yang dibawanya. Pembangkangan mereka terhadap anjuran dan perintah Nabi Muhammad saw. pergi berperang untuk menegakkan agama, tidaklah akan memberi mudarat kepada Allah swt. sedikit pun dan tidak pula memberikan manfaat sebagaimana firman Allah yang disabdakan Rasulullah saw.:
ياعبادي إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني ولن تبلغوا نفعي فتننفعوني
Artinya:
Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan membikin mudarat kepada-Ku hingga kamu dapat menyusahkan Aku, begitu juga kamu tidak dapat memberikan manfaat kepada-Ku hingga kamu dapat memberikan pertolongan kepada-Ku.
\(H.R. Muslim dari Abu Zar Giffari)
Allah swt. Maha Kuasa membinasakan sesuatu kaum dan menggantinya dengan kaum yang lain yang mau berjihad di jalan Allah dengan hartanya dan kalau perlu dengan jiwanya. Mereka tidak takut akan celaan dan cercaan orang dalam menegakkan kebenaran.
Firman Allah swt.:
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
Artinya:
Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).
(Q.S. Muhammad: 38)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 39
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39)
(Jika) lafal illaa di sini pada asalnya ialah gabungan antara in syarthiyah dan laa nafi (kalian tidak berangkat) keluar bersama dengan Nabi saw. untuk melakukan jihad (niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih)) yang menyakitkan (dan diganti-Nya kalian dengan kaum yang lain) artinya Allah akan mendatangkan kaum yang lain sebagai pengganti kalian (dan kalian tidak dapat memberi kemudaratan kepada-Nya) yakni kepada Allah atau kepada Nabi saw. (sedikit pun) dikarenakan kalian tidak mau membantunya, maka sesungguhnya Allahlah yang akan menolong agama-Nya (Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) yang antara lain ialah menolong agama dan Nabi-Nya.
40 Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.` Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 9:40)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 40
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40)
Pada ayat ini Allah swt. tidak membenarkan sangkaan orang-orang musyrik, bahwa perjuangan Nabi Muhammad saw. tidak akan berhasil apabila mereka tidak ikut membantunya. Sekali pun mereka tidak ikut membantunya, maka sudah tentu Allah akan membantunya. Hal ini telah dibuktikan oleh Allah swt., yaitu ketika rumah Nabi Muhammad saw. dikepung rapat-rapat oleh orang-orang Quraisy yang akan membunuhnya. Pembunuhan itu dimaksudkan untuk membendung dan menghentikan dakwah Islamiah yang mereka khawatirkan, makin hari makin meluas pengaruhnya. Atas pertolongan dan bantuan Allah swt. Nabi Muhammad saw. dapat lolos dari kepungan mereka yang ketat sehingga dengan perasaan aman beliau keluar dari rumahnya menuju suatu gua di gunung Sur tempat persembunyiannya untuk sementara ditemani oleh sahabat setianya Abu Bakar. Sedang di waktu Nabi keluar dari rumahnya itu orang yang mengepung itu pun berada dalam keadaan tidur nyenyak sampai pagi.
Demikianlah Allah swt. menggagalkan niat jahat mereka. Setelah mereka bangun dari tidurnya dan melihat Nabi Muhammad saw. sudah tidak ada lagi di tempat tidurnya, tetapi yang ada ialah Ali bin Abu Talib, mereka merasa kecewa dan marahnya pun bertambah terutama ketika mereka yakin bahwa yang menaburkan pasir ke telinga mereka ialah Nabi Muhammad saw. sendiri. Segeralah mereka mengikuti jejak Nabi saw. dengan penuh amarah sehingga sampai di gua Sur. Melihat situasi gawat itu Abu Bakar merasa cemas dan berkata: "Wahai Rasulullah, demi Allah andaikata ada salah seorang di antara mereka mengangkat kakinya pasti dia dapat melihat kita berada di bawah kakinya." Nabi Muhammad saw. menjawab: "Wahai Abu Bakar, janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."
Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar di dalam gua Sur, senantiasa berada di bawah pertolongan, bantuan, kekuasaan dan lindungan Allah. Allah menetapkan ketenangan hati Nabi saw. dan Abu Bakar serta memberikan bantuan tentara yang tidak dilihatnya sehingga selamatlah keduanya di dalam gua Sur, dan gagallah niat jahat mereka itu.
Firman Allah swt.:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuh atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
(Q.S. Al-Anfal: 30)
Dan firman-Nya:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Artinya:
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia.
(Q.S. Mu'min: 51)
Allah swt. selalu menempatkan orang-orang kafir itu di tingkat yang rendah, selalu kalah. Dan kalimat Allah yaitu agama yang didasarkan atas tauhid, jauh dari syirik, selalu ditempatkan di tempat yang tinggi mengatasi yang lain. Allah swt. Maha Kuasa dan Maha Perkasa, selalu menang tidak ada yang dapat mengalahkannya, Maha Bijaksana, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dialah yang selalu menolong memenangkan Rasulullah saw. dengan kekuasaan-Nya, memenangkan agama-Nya dan agama-agama yang lain dengan kebijaksanaan-Nya sebagaimana firman Allah swt.:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Artinya:
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Q.S. At Taubah: 33)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 40
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40)
(Jika kalian tidak menolongnya) yakni Nabi Muhammad saw. (maka sesungguhnya Allah telah menolongnya, yaitu ketika) sewaktu (orang-orang kafir mengeluarkannya) dari Mekah, artinya mereka memaksanya supaya keluar dari Mekah sebagai tindak lanjut dari rencana yang telah mereka musyawarahkan di Darun Nadwah, yaitu membunuh, menahan atau mengusirnya (sedangkan dia salah seorang dari dua orang) lafal ayat ini menjadi hal/keterangan keadaan; maksudnya sewaktu dia menjadi salah seorang dari dua orang sedangkan yang lainnya ialah Abu Bakar. Pengertian yang tersirat dari ayat ini ialah semoga Allah menolongnya dalam keadaan seperti itu, maka semoga pula Dia tidak membiarkannya dalam keadaan yang lainnya. (Ketika) menjadi badal/kata ganti daripada lafal idz yang sebelumnya (keduanya berada dalam gua) di bukit Tsur (di waktu) menjadi badal daripada idz yang kedua (dia berkata kepada temannya,) kepada Abu Bakar yang pada saat melihat kaki kaum musyrikin ia berkata kepada Nabi saw., "Seandainya salah seorang daripada mereka melihat ke arah bawah telapak kakinya niscaya dia akan dapat melihat kita berdua." ("Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.") melalui pertolongan-Nya. (Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya) rasa aman (kepadanya) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa dhamir di sini kembali kepada Nabi Muhammad saw. sedangkan menurut pendapat yang lain kembali kepada Abu Bakar (dan membantunya) yakni Nabi Muhammad saw. (dengan tentara yang kalian tidak melihatnya) yaitu para malaikat, di dalam gua tersebut dan di medan-medan pertempuran yang dialaminya (dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir) yaitu seruan kemusyrikan (itulah yang rendah) yakni kalah. (Dan kalimat Allah) kalimat syahadat (itulah yang tinggi) yang tampak dan menang. (Allah Maha Perkasa) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam penciptaan-Nya.
waduh, masih panjang lagi lihat aja disini ye
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=9#Top
bahdar- SERSAN MAYOR
-
Posts : 259
Kepercayaan : Islam
Join date : 23.12.11
Reputation : 5
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
kalau damai..
yahudi dan quraisy bakal aman-aman saja sampai hari ini
yahudi dan quraisy bakal aman-aman saja sampai hari ini
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
@ATAS N BAWAH GW : COCOK BUANGET JADI DUKUN YE ENTE
Terakhir diubah oleh den panjul tanggal Wed Jan 04, 2012 7:08 pm, total 1 kali diubah
den panjul- SERSAN DUA
-
Posts : 91
Join date : 14.12.11
Reputation : 0
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
yahudi dusir, hartanya dijarahi
quraisy karavan dagangnya dijarahi juga
hanya karena tidak mau mengakuinya sebagai nabi
(padahal emang bukan)
quraisy karavan dagangnya dijarahi juga
hanya karena tidak mau mengakuinya sebagai nabi
(padahal emang bukan)
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
Rahmat Allah wrote:1. Islam mengajarkan agar setiap manusia untuk
saling kenal-mengenal.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qur’an mulia
49:13)
2. Islam melarang untuk saling olok-mengolok.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok) dan janganlah wanita-wanita mengolok-olok wanita
lain boleh jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik daripada
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan julukan yang buruk. Seburuk-burk panggilan ialah
panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang
tidak taubat maka mereka itulah orang yang zalim”. (Qur’an
mulia 49:11).
3. Islam mengajarkan agar berlaku baik terhadap non
muslim.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim. (Noble Verse 60:8-9)
4. Islam melarang memerangi, membunuh orang non
muslim yang tidak memerangi kita.
“Tetapi jika mereka membiarkan kamu dan tidak
memerangimu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu, maka Allah tidak memberi jalan kepadamu
(untuk memerangi) mereka”. (Noble Verse 4:90)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Noble Verse 8:61)
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah
mereka memafkaan orang-orang yang tiada takut akan hari-
hari Allah karena dia membalas suatu kaum apa yang telah
mereka kerjakan”. (Noble Verse 45:14)
“Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena
orang itu membunuh orang lain atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
memelihara seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. (Noble Verse
5:32)
“Bagaimana bisa ada perjanjian aman dari sisi Allah dan
RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-
orang yang telah mengadakan perjanjian (dengan mereka)
didekat Masjidil Haram? Maka selama mereka berlaku lurus
kepadamu, hendaknya kamu berlaku lurus (pula) terhadap
mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa. (Noble Verse 9:7)
5. Islam memerintahkan melindungi non muslim yang
minta perlindungan.
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu
meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia
supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. [Noble
Qur'an 9]
6. Islam melarang memaksakan agamanya pada
orang non muslim.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam”. (Noble
Qur’an 2:225)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran
Islam), maka katakanlah:”Aku menyerahkan diriku kepada
Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”.
Dan katakanlah kepada orang-orang yang ummi:”Apakah
kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya. (Noble Qur’an 3:20)
7. Islam menganjurkan agar kalau berdebat dengan
ahli kitab, dengan jalan yang paling baik.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang
zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah
satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. [Noble
Qur'an 29].
8. Islam menganjurkan menghormati milik orang lain
dan melarang menggangunya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta ijin dan
memberi salam kepada penghuninya, Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (Noble Verses
24:27-28
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (Noble Qur’an 4:29)
9. Islam mengajarkan agar kita berlaku adil terhadap
non Muslim.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena
agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” [Noble Qur’an 60]
Maka, dapat diketahui bahwa Allah menyukai dan mencintai
kaum muslimin yang berbuat baik dan berlaku adil terhadap
non-muslim, selama syarat-syarat di atas dipelihara.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah! karena adil itu lebih
dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” [5:8]
Walaupun ada rasa benci terhadap suatu kaum, itu tidak
boleh dijadikan alasan bagi umat Islam untuk semena-mena/
tidak adil terhadap kaum tersebut. Misal, seorang hakim
memutuskan sebuah perkara untuk kemenangan seorang
muslim terhadap seorang non-muslim, padahal bukti-bukti
menunjukkan sebaliknya, maka ini adalah bentuk
pelanggaran yang besar, karena peringatannya cukup keras,
“janganlah sekali-kali”.
“Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan
kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka
memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan
tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk
melawan mereka.” [Noble Qur’an 4]
Maka, tidak ada jalan (alasan) bagi seorang muslim untuk
melawan seorang non-muslim, jika dia tidak terbukti turut
memerangi kaum muslimin, dan sudah jelas menyatakan
perdamaiannya dengan kaum muslimin. Perlu diketahui
bahwa, kaum muslimin diwajibkan untuk membenci karena
Allah, dan mencintai karena Allah.
Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang kafir”. [Noble Qur’an 3]
Karena Allah tidak menyukainya, maka kaum muslimin
wajib membencinya. Tapi sesuai dengan ayat sebelumnya,
kebencian tidak boleh menyebabkan kaum muslimin berbuat
semena-mena.
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, …” [Noble Qur’an 4]
Maka wajib bagi kaum muslimin untuk bertutur kata yang
baik, dan membenci mereka yang bertutur kata buruk. Tapi
kebencian kita terhadap mereka tidak boleh menyebabkan
kaum muslimin berbuat semena-mena, karena:
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan
jauhilah mereka dengan cara yang baik.” [Noble Qur’an
73]
Begitulah aturan yang mengikat kami kaum muslimin
terhadap orang non Muslim dan yang lainnya. Sementara,
hukuman di akhir bagi mereka yang kufur dan wafat dalam
keadaan demikian, maka Allah telah menjelaskan:
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam
keadaan kafir, mereka itu mendapati laknat Allah, para
malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam
laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak
pula mereka diberi tangguh.” [Noble Qur’an 2-162]
10. Islam melarang umatnya untuk memaki-maki
sembahan orang non muslim.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan. [Noble Qur’an 6].
HANYA SATU PENILAIAN SAYA ATAS POSTINGAN ANDA YAITU BULLSHIT
INGAT MUHAMMAD MENYEBARKAN AGAMANYA 623 TAHUN SETELAH YESUS YANG MENGAJARKAN KASIH SEMENTARA MUHAMMAD MENGGEMAKAN PERANG DAN ANDA MASIH MENGATAKAN BAHWA ISLAM ITU AGAMA DAMAI. LALU BAGAIMANA TANGGAPAN ANDA TENTANG POSTINGAN SAYA INI:
Pertanyaannya jika Islam bukan sebuah agama yang benar, atau katakanlah Islam adalah aliran sesat, mengapa Islam mampu bertahan hingga 1400 tahun?
Jawabannya ada pada uraian berikut ini:
Islam adalah aliran yang sangat absolut dan menuntut kemutlakan kepercayaan terhadap para pengikutnya, begitu ‘murninya’ sampai tidak memperbolehkan sedikitpun ruang bertanya atau keraguan tentang dogmanya. Di Islam tidak ada kritisi dari dalam yang mempertanyakan kebenaran yang telah ditetapkan oleh sang nabi.
Muslimin begitu mencintai Muhammad sampai mereka mengikuti caranya berpakaian, berbahasa, hingga sampai ke tata cara makanpun diikuti. Ini bukanlah tanda kebesaran Muhammad tetapi tanda fanatisme dan buta agama dari para pengikutnya. Pengikut semua "aliran kepercayaan" mengagung-agungkan pemimpin mereka sebagai manusia sempurna. Para pengikut Kenisah Rakyat (1970) begitu menuhankan Jim Jones, semua pengikutnya adalah orang yang terpelajar, namun otak mereka mati karena terdoktrinisasi oleh tipu daya Jones. Di Indonesia yang terhangat adalah kasus Lia Eden, para pengikutnya menganggap pemimpinannya sebagai titisan malaikat. Ini bukan petunjuk hebatnya pemimpin mereka. Manusia memerlukan obyek pujaan. Biasanya pada saat wafatnya seorang pemimpin, ia diberi status mythologis yang lebih tinggi dibandingkan semasa hidupnya. Inilah saatnya kelemahan dan keburukan sang pemimpin sebagai manusia disembunyikan dari mata pemujanya.
Hal inilah yang memang diinginkan oleh seorang narsisme pemimpin aliran seperti Muhammad, keinginan untuk menutup segala kritik atas dirinya. Islam pada dasarnya adalah Muhammadisme, dengan mempelajari watak dan perbuatan Muhammad kita akan mengerti seperti apa Islam sesungguhnya.
KISAH PEMBANTAIAN YANG DILAKUKAN MUHAMMAD
Sumber :Ibid
jilid 2, halaman 122
Disaat Rasulullah sedang berada di Irqul Zabya, Uqbah terbunuh. Dia ditangkap oleh Abdullah bin Salimah, salah seorang keluarga bani Ajlan. Ketika RASULULLAH MEMERINTAHKAN UNTUK MEMBUNUHNYA, dia berkata, "Tetapi siapa yang akan mengasuh anakku wahai Muhammad?". "NERAKA, "JAWAB RASULULLAH, dan Asim bin Thabit bin Abul Aqlah al Anshari membunuhnya …..
Kesalahan Uqbah adalah karena dia mengajukan 3 pertanyaan yang menjebak Muhammad SAW. Dan sangat ironis karena Muhammad SAW ternyata memang terjebak. Dendam Muhammad SAW bahkan terlihat saat dia menjawab bahwa anak-anak Uqbah akan disuh oleh neraka. Anak-anak yang belum tahu apa-apa ikut menjadi korban dendam Muhammad SAW.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Lagi-lagi Muhammad SAW melanggar perintah Allah SWT yang lain lagi.
QS 45 : 14 :
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka MEMAAFKAN ORANG-ORANG YANG TIADA TAKUT HARI-HARI ALLAH karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan
Bagi Muhammad adalah lebih baik menuntaskan dendamnya karena terjebak memberi jawaban salah daripada mengikuti perintah Allah SWT untuk memberi maaf.
3. KAAB IBN ASHRAF (PUISI YANG MENGKRITIK)
Setelah pindah ke Medinah, Muhammad SAW mulai menghimpun kekuatan. Pada waktu itu golongan Yahudi menolak ajakan Muhammad SAW untuk memeluk Islam. Salah satu dari antaranya adalah Kaab bin Al Ashraf yang tidak mempercayai bahwa Muhammad SAW adalah nabi dan mendukung Quraish. Namun Kaab tidaklah pernah mengangkat senjata terhadap Muhammad SAW ataupun muslim lainnya. Yang dilakukannya hanyalah MENGARANG LIRIK-LIRIK DIMANA DIA MERATAPI ORANG-ORANG QURAISH YANG TERBUNUH saat perang Badar dan lirik yang dianggap menghina wanita muslim. Dan karena tulisannya, Kaab harus dibunuh atas perintah Muhammad SAW.
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 2, halaman 188 – 191
… Kaab mulai mencaci maki Rasulullah dan menyusun baris-baris dimana DIA MERATAPI KAUM QURAISH YANG DILEMPARKAN KEDALAM LUBANG SETELAH TERBUNUH di perang Badar. Ia berkata :
Perang Badar telah menumpahkan darah manusia
Melihat Badar air matamu pasti meleleh dan menangis
Orang-orang terbaik dibantai di sekeliling kantung air mereka
………..
Aku mendengar Harits ibnu Hisyam (cat : dia adalah seorang pembesar Quraish)
Melakukan hal yang benar dan mengumpulkan pasukan
Menuju Yatsrib dengan tentara-tentaranya
Karena hanya mereka yang mulia
Yang rupawan yang akan melindungi reputasi mereka yang tinggi
………
Lalu dia menulis puisi cinta yang MENGEJEK KEADAAN WANITA-WANITA ISLAM. (cat vivaldi : tidak dituliskan lirik yang yang dimaksud). RASULULLAH BERKATA, "SIAPA YANG AKAN MENYINGKIRKAN IBN ASHRAF UNTUKKU?. Muhammad bin Maslamah …. berkata , "Aku yang akan melakukannya untukmu wahai Rasulullah. Aku akan membunuhnya" . Beliau berkata, "Kerjakanlah jika kamu sanggup".
…………….
KUTUSUKKAN BELATI KE BAGIAN BAWAH TUBUHNYA, LALU AKU TERUS MENUSUK HINGGA KE KEMALUANNYA, dan diapun jatuh ketanah.
………..
Kami mengucapkan salam ketika beliau sedang shalat dan ketika beliau keluar kami mengatakan bahwa kami telah membunuh musuh Allah.
Atau menurut hadis;
Sumber :
Sahih Bukhari 59 no 369
Dikisahkan oleh Jabir Abdullah : RASULULLAH BERSABDA, "SIAPA YANG BERSEDIA MEMBUNUH KA`B BIN AL-ASHRAF YANG TELAH MENYAKITI ALLAH DAN RASULNYA?" Dari situ Maslama berdiri dan berkata, "Oh, Rasulullah! Apakah kamu suka kalo saya membunuhnya? " Nabi bersabda, "Ya". Maslama berkata, "Kalo begitu BIARKAN SAYA MEMFITNAH (dengan kata lain menipu Ka`b. NABI BERSABA, "ANDA BOLEH MENGATAKAN DEMIKIAN."
Maslama pergi ke Ka`b dan berkata, "Orang itu (i.e Muhammad) meminta Sadakah (i.e Zakat, pajak) dari kita, dan dia menyebabkan masalah pada kita, dan saya dating untuk meminjam sesuatu dari mu." Untuk itu, Ka`b berkata, "Oleh Allah, kamu akan cape (bosan) menghadapi dia (Muhammad)!" Maslama berkata, "Sekarang sejak kami sudah mengikutinya, kami tidak mau meninggalkan dia dan sampai kami melihat bagaimana dia akhirnya. Sekarang kami mau kamu meminjamkan kepada kami satu atau dua truk onta penuh dengan makanan." Ka`b berkata, "Ya, tapi kamu mesti memberikan jamiman pada saya." Maslama dan temannya berkata, "Apa yang kamu mau?" Ka`b menjawab, "Jaminkan perempuan anda pada saya". Mereka berkata, "Bagaimana mungkin kami menjaminkan perempuan kami pada anda dan anda adalah yang terganteng daripada semua orang Arab?" Ka`b berkata, "Kalau begitu jaminkan anak anda kepada saya." Mereka berkata, "Bagaimana mungkin kami menjaminkan anak-anak kami kepada mu? Di waktu yang akan datang, mereka akan dihina oleh orang-orang bahwa si anu telah dijaminkan untuk satu truk onta penuh makanan. Hal itu akan membuat kami malu, tapi kami akan menjaminkan senjata kami kepadamu."
Maslama dan temannya menjanjikan pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya. Dia datang ke Ka`b pada malam harinya bersama dengan saudara lelaki angkat Ka`b, Abu Na`ila. Ka`b mengundang mereak untuk masuk kedalam rumahnya dan pergi bersama dengan mereka. Isterinya menanyakan padanya, "Kemana engkau akan pergi di waktu malam demikian?" Ka`b menjawab, "Tidak lain tetepai Maslama dan saudara angakat saya abu Na`ila yang datang." Isterinya berkata, "Saya mendengar suara seakan-akan darah bercucuran darinya." Ka`b berkata, "Mereka tidak lain tetapi saudara saya Maslama dan saudara angkat saya Abu Na`la. Seorang yang murah hati selayaknya memenuhi undangan untuk melewatakan malam hari walaupun jika diundang untuk dibunuh."
Maslama pergi dengan kedua lelaki tersebut. Jadi Maslama masuk bersama dengan dua orang, dan berkata kepada mereka, "Ketika Ka`b datang, saya akan menyentuh rambutnya dan menciumnya, dan ketika kamu melihat bahwa saya telah memegang kepalanya, pukulah dia. Saya akan membiarkan anda mencium kepalanya."
Ka`b bin al-Ashraf turun dan menghampiri mereka dalam pakaiannya, dan menyebarkan bau parfum. Maslama berkata, "Saya belum pernah mencium wangi yang lebih baik dari pada ini." Ka`b menjawab, "Saya mempunyai wanita Arab terbaik yang mengetahui cara penggunaan parfum kelas tinggi." Maslaam meminta Ka`b, "Bolehkan saya mencium kepala anda?" Ka`b berkata, "Boleh." Maslama menciumnya dan membuat temanya menciumnya juga. Kemudian dia meminta Ka`b lagi, "Apakah saya boleh (mencium kepala anda)?" Ka`b berkata, "Boleh." Ketika Maslama berhasil memegangnya erat, dai berkata (kepada teman-temannya) , "Tangkap dia!" KEMUDIAN MEREKA MEMBUNUHNYA dan pergi kepada nabi untuk memberitahukan kepadanya.
Atau sumber kuno lainnya :
Dari Ibn Sa'd,
Kitab Al Tabaqat Al Kabir, volume 1, halaman 37 :
Mereka (Maslama dan teman-temannya) memotong kepalanya (Ka` dan membawanya …. MEREKA MENYUGUHKAN KEPALA KA`B DIHADAPAN MUHAMMAD. DIA (NABI) MEMUJI ALLAH ATAS KEMATIANNYA (KA`B)
Jadi seseorang bisa dengan mudah dibunuh hanya karena tulisannya. Padahal apa yang ditulis oleh Kaab hanyalah lirik yang menyesalkan banyaknya orang Quraish yang meninggal. Tuduhan bahwa Kaab menulis lirik yang menghina muslimah tidak pernah dibuktikan terbukti dengan tidak adanya dalam kutipan Ibn Ishaq diatas.
Jadi karena Muhammad SAW tidak senang dengan tulisan Kaab bin Al Ashraf, MAKA DIBUNUHNYALAH ORANG TERSEBUT DENGAN CARA YANG LICIK, DIMALAM HARI DAN DENGAN PENIPUAN.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Tampaknya Muhammad SAW memang adalah orang yang tidak bisa memaafkan orang lain. Dan ironis sekali karena Muhammad SAW sendiri ternyata melanggar apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT.
QS 5 : 13 : ………… dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka MAAFKANLAH MEREKA DAN BIARKAN MEREKA, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik
Jadi bagi Muhammad SAW adalah LEBIH BAIK MEMUASKAN DENDAMNYA DARIPADA MENGIKUTI PERINTAH ALLAH SWT untuk memaafkan dan membiarkan dan menjadi orang baik-baik.
barabasmurtad77- SERSAN SATU
- Posts : 197
Join date : 24.11.11
Reputation : 2
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Tampaknya Muhammad SAW memang adalah orang yang tidak bisa memaafkan orang lain. Dan ironis sekali karena Muhammad SAW sendiri ternyata melanggar apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT.
QS 5 : 13 : ………… dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka MAAFKANLAH MEREKA DAN BIARKAN MEREKA, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik
Jadi bagi Muhammad SAW adalah LEBIH BAIK MEMUASKAN DENDAMNYA DARIPADA MENGIKUTI PERINTAH ALLAH SWT untuk memaafkan dan membiarkan dan menjadi orang baik-baik.
Nah ini yang MENCURIGAKAN...!!
Bagi saya pribadi...Saya HAQUL YAKIN kalo Muhammad tidak akan pernah melanggar apa yang diwahyukannya kepada beliau...pun juga tidak akan pernah mengeluarkan pernyataan yang diluar Al-Quran.
Kalo logika muslim dipake...maka hadist yang BERTENTANGAN dengan Al-Quran...sudah bisa dipastikan ini adalah HADIST PALSU. Apa susahnya bikin cerita terus dikasih LABEL hadist...gampang sekali itu. Apalagi dijaman baheula...daya nalar manusia masih kurang cerdas...perkembangan informasi pun tidak secanggih sekarang...contoh kecil...untuk nyari satu ayat Al-Quran sajah...tangan ampe kriting. Apalagi untuk MENSINGKRONKAN isi hadist dengan Al-Quran...orang jaman dulu asal denger ini kata JUMHUR ULAMA...ya langsung telen...tidak pernah ada PENYARINGAN terlebih dahulu.
Saya bukan orang yang ANTI HADIST..tapi juga bukan tipe orang yang TAKLID BUTA sama hadist.
Kalo isi hadist BERTENTANGAN dengan Al-Quran seperti halnya hadist diatas....bagi saya..itu semua BULLSHIT..!!
Tapi mungkin ini lain ceritaya bagi Muslim yang TAKLID BUTA sama hadist dan mensejajarkan hadist dengan Al-Quran..mentang mentang ada label SHAHIH langsung ditelann....itu bukan tipe saya. makasih.
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
mang odoy wrote:Bagi saya pribadi...Saya HAQUL YAKIN kalo Muhammad tidak akan pernah melanggar apa yang diwahyukannya kepada beliau...pun juga tidak akan pernah mengeluarkan pernyataan yang diluar Al-Quran.
bini dia berapa dong, odong?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
SEGOROWEDI wrote:mang odoy wrote:Bagi saya pribadi...Saya HAQUL YAKIN kalo Muhammad tidak akan pernah melanggar apa yang diwahyukannya kepada beliau...pun juga tidak akan pernah mengeluarkan pernyataan yang diluar Al-Quran.
bini dia berapa dong, odong?
bukan jumlahnya...MOTIFNYA...disana pointnya....
makanya..baca sejarah yang bener..kalo hati lu sudah didoktrin untuk BENCI sama ISLAM dan Muhammad...maka pengetahuan yang kaya begini yang lu dapet....cuman modal hadist odong odong.
buktiin aja di tret sebelah...sejauh mana lu bisa mempertanggungjawabkan tuduhan lu kalo Quran adalah produk Muhammad...seberapa jauh Muhammad menoreh sejarah sehingga ajarannya kian hari kian bersinar...walo berbagai upaya telah dilakukan oleh YAHUDU dan NASORO untuk menghancurkan islam..
Apakah islam hancur...??? boro boro...malah muallaf kian hari kian bertambah...
Bagaimana dengn ajaran si PANJUL...??? di negara negara MAJU yang otak manusianya sudah canggih...ajaran si PANJUL ini sudah mulai ditinggalkan...cuman di negara negara miskin dan berkembang macam endonesa saja...ajaran si panjul ini masih laku...itupun ngos ngosan.
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
From ancient times, the prophets of God including Moses, Joseph, David, Jesus, the angles of God and many others have made it their custom to greet the believers with the words "Peace be with you." This can be seen in such verses as:
Genesis 43:23 "And he said, Peace be to you, fear not: your God, and the God of your father, hath given you treasure in your sacks: I had your money. And he brought Simeon out unto them."
Judges 6:23 "And the LORD said unto him, Peace be unto thee; fear not: thou shalt not die."
1 Samuel 25:6 "And thus shall ye say to him that liveth in prosperity, Peace be both to thee, and peace be to thine house, and peace be unto all that thou hast."
Numbers 6:26 "The LORD lift up his countenance upon thee, and give thee peace."
1 Samuel 1:17 "Then Eli answered and said, Go in peace"
Luke 24:36 "And as they thus spake, Jesus himself stood in the midst of them, and saith unto them, Peace be unto you."
John 20:19 "... came Jesus and stood in the midst, and saith unto them, Peace be unto you."
John 20:26 "... then came Jesus, the doors being shut, and stood in the midst, and said, Peace be unto you."
And especially:
Luke 10:5 "And into whatsoever house ye enter, first say, Peace be to this house."
Can anyone guess what Muhammad (pbuh) taught his followers to say when greeting each other or departing from each other? You guessed it! "Assalam alaikum" or "Peace be unto you." Have you ever met a Christian who greets others with the words of Jesus (pbuh): "Peace be unto you" or departs with those words?
Genesis 43:23 "And he said, Peace be to you, fear not: your God, and the God of your father, hath given you treasure in your sacks: I had your money. And he brought Simeon out unto them."
Judges 6:23 "And the LORD said unto him, Peace be unto thee; fear not: thou shalt not die."
1 Samuel 25:6 "And thus shall ye say to him that liveth in prosperity, Peace be both to thee, and peace be to thine house, and peace be unto all that thou hast."
Numbers 6:26 "The LORD lift up his countenance upon thee, and give thee peace."
1 Samuel 1:17 "Then Eli answered and said, Go in peace"
Luke 24:36 "And as they thus spake, Jesus himself stood in the midst of them, and saith unto them, Peace be unto you."
John 20:19 "... came Jesus and stood in the midst, and saith unto them, Peace be unto you."
John 20:26 "... then came Jesus, the doors being shut, and stood in the midst, and said, Peace be unto you."
And especially:
Luke 10:5 "And into whatsoever house ye enter, first say, Peace be to this house."
Can anyone guess what Muhammad (pbuh) taught his followers to say when greeting each other or departing from each other? You guessed it! "Assalam alaikum" or "Peace be unto you." Have you ever met a Christian who greets others with the words of Jesus (pbuh): "Peace be unto you" or departs with those words?
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
mang odoy wrote:
bukan jumlahnya...MOTIFNYA...disana pointnya....
makanya..baca sejarah yang bener..kalo hati lu sudah didoktrin untuk BENCI sama ISLAM dan Muhammad...maka pengetahuan yang kaya begini yang lu dapet....cuman modal hadist odong odong.
buktiin aja di tret sebelah...sejauh mana lu bisa mempertanggungjawabkan tuduhan lu kalo Quran adalah produk Muhammad...seberapa jauh Muhammad menoreh sejarah sehingga ajarannya kian hari kian bersinar...walo berbagai upaya telah dilakukan oleh YAHUDU dan NASORO untuk menghancurkan islam..
Apakah islam hancur...??? boro boro...malah muallaf kian hari kian bertambah...
Bagaimana dengn ajaran si PANJUL...??? di negara negara MAJU yang otak manusianya sudah canggih...ajaran si PANJUL ini sudah mulai ditinggalkan...cuman di negara negara miskin dan berkembang macam endonesa saja...ajaran si panjul ini masih laku...itupun ngos ngosan.
jelas-jelas melanggar, malah dicariin pembenar
ke laut sono!
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
SEGOROWEDI wrote:mang odoy wrote:
bukan jumlahnya...MOTIFNYA...disana pointnya....
makanya..baca sejarah yang bener..kalo hati lu sudah didoktrin untuk BENCI sama ISLAM dan Muhammad...maka pengetahuan yang kaya begini yang lu dapet....cuman modal hadist odong odong.
buktiin aja di tret sebelah...sejauh mana lu bisa mempertanggungjawabkan tuduhan lu kalo Quran adalah produk Muhammad...seberapa jauh Muhammad menoreh sejarah sehingga ajarannya kian hari kian bersinar...walo berbagai upaya telah dilakukan oleh YAHUDU dan NASORO untuk menghancurkan islam..
Apakah islam hancur...??? boro boro...malah muallaf kian hari kian bertambah...
Bagaimana dengn ajaran si PANJUL...??? di negara negara MAJU yang otak manusianya sudah canggih...ajaran si PANJUL ini sudah mulai ditinggalkan...cuman di negara negara miskin dan berkembang macam endonesa saja...ajaran si panjul ini masih laku...itupun ngos ngosan.
jelas-jelas melanggar, malah dicariin pembenar
ke laut sono!
Apa kata loe dah di medi! lha wonk aslinya emang cinta damai, yang membuat islam kelihatan G damai yach orang kayak loe itu!
senopati- SERSAN SATU
-
Age : 34
Posts : 109
Join date : 11.03.12
Reputation : 2
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
senopati wrote:
Apa kata loe dah di medi! lha wonk aslinya emang cinta damai, yang membuat islam kelihatan G damai yach orang kayak loe itu!
kalau cinta damai perjanjian tidak dilanggar/dibatalkan sepihak
tanpa alasan jelas, kisah di hadis quraisy dan yahudi terseting sebagai pihal penzolim
padahal sebaliknya
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
SEGOROWEDI wrote:senopati wrote:
Apa kata loe dah di medi! lha wonk aslinya emang cinta damai, yang membuat islam kelihatan G damai yach orang kayak loe itu!
kalau cinta damai perjanjian tidak dilanggar/dibatalkan sepihak
tanpa alasan jelas, kisah di hadis quraisy dan yahudi terseting sebagai pihal penzolim
padahal sebaliknya
Lha..yang bikin perjanjian kan bukan loe...ngapaen loe yang ribut???
senopati- SERSAN SATU
-
Age : 34
Posts : 109
Join date : 11.03.12
Reputation : 2
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
senopati wrote:
Lha..yang bikin perjanjian kan bukan loe...ngapaen loe yang ribut???
pelanggar/pembatal perjanjian damai
jelas anti perdamaian
itu yang dilakukan muhammad
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
SEGOROWEDI wrote:senopati wrote:
Lha..yang bikin perjanjian kan bukan loe...ngapaen loe yang ribut???
pelanggar/pembatal perjanjian damai jelas anti perdamaian itu yang dilakukan muhammad
Loe dah tanya alasannya belum?
senopati- SERSAN SATU
-
Age : 34
Posts : 109
Join date : 11.03.12
Reputation : 2
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
mang odoy wrote:KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Tampaknya Muhammad SAW memang adalah orang yang tidak bisa memaafkan orang lain. Dan ironis sekali karena Muhammad SAW sendiri ternyata melanggar apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT.
QS 5 : 13 : ………… dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka MAAFKANLAH MEREKA DAN BIARKAN MEREKA, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik
Jadi bagi Muhammad SAW adalah LEBIH BAIK MEMUASKAN DENDAMNYA DARIPADA MENGIKUTI PERINTAH ALLAH SWT untuk memaafkan dan membiarkan dan menjadi orang baik-baik.
Nah ini yang MENCURIGAKAN...!!
Bagi saya pribadi...Saya HAQUL YAKIN kalo Muhammad tidak akan pernah melanggar apa yang diwahyukannya kepada beliau...pun juga tidak akan pernah mengeluarkan pernyataan yang diluar Al-Quran.
Kalo logika muslim dipake...maka hadist yang BERTENTANGAN dengan Al-Quran...sudah bisa dipastikan ini adalah HADIST PALSU. Apa susahnya bikin cerita terus dikasih LABEL hadist...gampang sekali itu. Apalagi dijaman baheula...daya nalar manusia masih kurang cerdas...perkembangan informasi pun tidak secanggih sekarang...contoh kecil...untuk nyari satu ayat Al-Quran sajah...tangan ampe kriting. Apalagi untuk MENSINGKRONKAN isi hadist dengan Al-Quran...orang jaman dulu asal denger ini kata JUMHUR ULAMA...ya langsung telen...tidak pernah ada PENYARINGAN terlebih dahulu.
Saya bukan orang yang ANTI HADIST..tapi juga bukan tipe orang yang TAKLID BUTA sama hadist.
Kalo isi hadist BERTENTANGAN dengan Al-Quran seperti halnya hadist diatas....bagi saya..itu semua BULLSHIT..!!
Tapi mungkin ini lain ceritaya bagi Muslim yang TAKLID BUTA sama hadist dan mensejajarkan hadist dengan Al-Quran..mentang mentang ada label SHAHIH langsung ditelann....itu bukan tipe saya. makasih.
MANG ODONG-ODONG, POSTINGAN SAYA DIAMBIL DARI:
Sahih Bukhari 59 no 369
Dikisahkan oleh Jabir Abdullah : RASULULLAH BERSABDA, "SIAPA YANG BERSEDIA MEMBUNUH KA`B BIN AL-ASHRAF YANG TELAH MENYAKITI ALLAH DAN RASULNYA?" Dari situ Maslama berdiri dan berkata, "Oh, Rasulullah! Apakah kamu suka kalo saya membunuhnya? " Nabi bersabda, "Ya". Maslama berkata, "Kalo begitu BIARKAN SAYA MEMFITNAH (dengan kata lain menipu Ka`b. NABI BERSABA, "ANDA BOLEH MENGATAKAN DEMIKIAN."
JADI KARENA YANG SAYA POSTINGKAN ITU TIDAK SESUAI DENGAN KEINGINAN HATI ANDA MAKA ANDA BILANG ITU ADALAH PALSU; DENGAN DEMIKIAN ANDA MENGANGGAP BAHWA HADITS SAHIH BUKHARI ADALAH PALSU; JADI HANYA HADITS2 YANG MENGEMBUSI PANTAT MUHAMMAD YANG ANDA ANGGAP ASLI????
MENURUT SAYA JUSTRU HAL2 YANG BERTENTANGAN DENGAN AJARAN YANG KITA IMANI LAH YANG HARUS KITA SIMAK DAN GALI MENGAPA HAL SEPERTI ITU DAPAT TERJADI DAN MENGAJUKAN SANGGAHAN!!!!
barabasmurtad77- SERSAN SATU
- Posts : 197
Join date : 24.11.11
Reputation : 2
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
senopati wrote:
Loe dah tanya alasannya belum?
gimana mo tanya orangnya sudah matek
di hadis gak ada alasannya dia melanggar/mutusin perjanjian
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
SEGOROWEDI wrote:senopati wrote:
Loe dah tanya alasannya belum?
gimana mo tanya orangnya sudah matek
di hadis gak ada alasannya dia melanggar/mutusin perjanjian
alasan pertama, kalo loe matek, loe kan bisa tanya ke Tuhan, kejadiannya yang bener gmna? (kalo Loe masuk surga tapi), alasan kedua, katanya loe G percaya sama hadist, ngapen loe nyebut2 hadist?? so... fikir logis dan waras yach :3:
senopati- SERSAN SATU
-
Age : 34
Posts : 109
Join date : 11.03.12
Reputation : 2
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
senopati wrote:
alasan pertama, kalo loe matek, loe kan bisa tanya ke Tuhan, kejadiannya yang bener gmna? (kalo Loe masuk surga tapi), alasan kedua, katanya loe G percaya sama hadist, ngapen loe nyebut2 hadist?? so... fikir logis dan waras yach :3:
bawa dong hadismu kemari
dan tunjukkan bahwa yang melanggar/membatalkan perjanjian damai bukan muhammad
katanya islam itu damai?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Sebenarnya Islam adalah Agama Damai
SEGOROWEDI wrote:senopati wrote:
alasan pertama, kalo loe matek, loe kan bisa tanya ke Tuhan, kejadiannya yang bener gmna? (kalo Loe masuk surga tapi), alasan kedua, katanya loe G percaya sama hadist, ngapen loe nyebut2 hadist?? so... fikir logis dan waras yach :3:
bawa dong hadismu kemari
dan tunjukkan bahwa yang melanggar/membatalkan perjanjian damai bukan muhammad
katanya islam itu damai?
Sori... Gue G punya hadist, yang punya Nabi Muhammad SAW.
Ngapaen Gue tunjukin ke loe, wonk Loe z G percaya ma Hadist...
senopati- SERSAN SATU
-
Age : 34
Posts : 109
Join date : 11.03.12
Reputation : 2
Similar topics
» Islam, Agama Yang Menebarkan Salam (Damai)
» islam adalah agama
» Islam adalah Agama Terbelakang yang Sukanya Mencuci Otak Umat Lain
» Kapan Islam ini akan damai kalau msh menjustifikasi2 antara pemeluk islam
» benarkah kristen adalah agama filsafat dan bukan agama yang diwahyukan langsung dari Tuhan?
» islam adalah agama
» Islam adalah Agama Terbelakang yang Sukanya Mencuci Otak Umat Lain
» Kapan Islam ini akan damai kalau msh menjustifikasi2 antara pemeluk islam
» benarkah kristen adalah agama filsafat dan bukan agama yang diwahyukan langsung dari Tuhan?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik