SYIAH
Halaman 1 dari 1 • Share
SYIAH
Sekedar untuk menambah wawasan...dan berbagi...
Saya ambil dari sini..
http://id.wikipedia.org/wiki/Syi%27ah
Dan untuk literaturnya...bisa didonlot..disini
http://downloadbukusyiah.blogspot.com/p/link-download.html
Wasalam,
Saya ambil dari sini..
http://id.wikipedia.org/wiki/Syi%27ah
Dan untuk literaturnya...bisa didonlot..disini
http://downloadbukusyiah.blogspot.com/p/link-download.html
Wasalam,
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: SYIAH
Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai-berai ( Alquran 3:103 )
Mengapa Syiah?
Istilah “Syiah” adalah sebuah kata sifat yang digunakan umat muslim yang mengikuti para imam (Ahl al-Bayt) dari keluarga nabi saw. Mereka menggunakannya bukan untuk alasan sektarianisme atau untuk menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam. Mereka menggunakannya karena Alquran menggunakannya, Nabi Muhammad saw menggunakannya, dan kaum muslim awal menggunakannya sebelum istilah seperti Sunni atau Salafi ada.
Syiah di dalam Alquran
Kata “Syiah” bermakna “ pengikut” ; “anggota dari suatu golongan”. Allah telah menyebutkannya di dalam Quran bahwa beberapa hamba-Nya yang saleh (para nabi) adalah syiah bagi hamba-hamba lain-Nya yang saleh.
Dan sungguh Ibrahim termasuk dari Syiah-nya (Nuh). (Quran 37:83)
Dan dia (Musa) masuk ke kota ketika penduduknya sedang lengah, dan dia mendapati padanya dua laki-laki berkelahi. Seorang dari Syiahnya (Bani Israil) dan yang seorang lagi dari golongan musuhnya (Qibthi). Maka yang dari golongannya itu meminta pertolongan dari golongan musuhnya.(Quran 28:15)
Jadi Syiah adalah kata resmi yang digunakan Allah di dalam Alquran-Nya untuk para nabi-Nya yang agung juga para pengikutnya.
Jika seseorang adalah Syiah (pengikut) dari hamba-Nya yang saleh, maka tidak ada yang salah untuk menjadi seorang Syiah. Di sisi lain, jika seseorang menjadi Syiah dari seorang tiran atau penjahat, dia akan bernasib sama dengan pemimpinnya. Alquran menyatakan bahwa di hari kebangkitan seseorang akan datang berkelompok, dan setiap kelompok memiliki pemimpin (imam) di depannya. Allah berfirman:
(Ingatlah) pada hari di mana setiap orang dipanggil bersama imamnya
(Quran 17:71)
Pada hari kebangkitan, nasib “para pengikut” dari setiap kelompok tergantung dari pada nasib dari para imamnya (bukti bahwa mereka mengikuti imamnya). Allah menyebutkan dalam Alquran bahwa ada dua tipe dari Imam :
Dan Kami jadikan mereka imam-imam yang menyeru ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan di tolong. Dan Kami ikutkan untuk mereka laknat di dunia ini, sedang di hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dihinakan. (Quran 28:41-42)
Alquran juga mengingatkan kita bahwa ada para imam yang di tunjuk oleh Allah sebagai petunjuk manusia :
Dan Kami jadikan di antara mereka imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami tatkala mereka bersabar dan adalah mereka yakin kepada ayat-ayat Kami. (Quran 32:24)
Pastilah, pengikut sejati (Syiah) dari imam-imam tersebut yang akan menjadi orang paling beruntung pada hari kiamat.
Syiah dalam Hadis
Di dalam sejarah Islam, “Syiah” sudah digunakan secara khusus bagi pengikut Imam Ali as. Istilah ini bukan baru ditemukan setelahnya. Manusia pertama yang menggunakan kata ini adalah Rasulullah saw sendiri. Ketika ayat ini diturunkan:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itulah sebaik-baiknya makhluk. (Quran 98:7)
Nabi saw. berkata kepada Ali: "Mereka itu adalah engkau dan Syiahmu"
Beliau saw melanjutkan perkataannya: "Saya berjanji dengan Dia yang mengatur kehidupan saya bahwa orang ini (Ali) dan Syiahnya akan selamat di hari kiamat”
Jalal al-Din al-Suyuthi, Tafsir al-Durr al-Manthur, (Kairo) jil. 6, hal. 379
Ibn Jarir al-Tabari, Tafsir Jami' al-Bayan, (Kairo) jil. 33, hal. 146
Ibn Asakir, Ta'rikh Dimashq, vol. 42, hal. 333, hal. 371
Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) Ch. 11,
Bab 1, hal 246-247
Nabi saw berkata: "Wahai Ali! (Pada hari kiamat) engkau dan Syiahmu akan datang kepada Allah dalam keadaan diridhai dan meridhai, juga akan datang pada-Nya musuh-musuhmu dgn marah dan leher mereka yang kaku (kepala mereka dipaksa melihat ke atas).
Ibn al-'Atsir, al-Nihaya fi gharib al-hadith, (Beirut, 1399), jil. 4 hal. 106
al-Tabarani, Mu'jam al-Kabir, jil. 1 hal 319
al-Haytsami, Majma' al-Zawa'id, jil. 9, nomor 14168
Nabi saw. berkata : "Berbahagialah, wahai Ali! Sesungguhnya engkau dan Syiahmu akan berada di surga."
Ahmad bin Hanbal, Fadha'il al-Sahaba, (Beirut) jil. 2, hal. 655
Abu Nu'aym al-Isbahani, Hilyatul Awliya, jil. 4, hal. 329
al-Khatib al-Baghdadi , Tarikh Baghdad, (Beirut) jil. 12, hal. 289
al-Tabarani, Mu'jam al-Kabir, jil. 1, hal. 319
al-Haytsami, Majma' al-Zawa'id, jil. 10, hal. 21-22
Ibn 'Asakir, Ta'rikh Dimashq, jil. 42, hal. 331-332
Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) bab. 11, bag. 1, hal. 247
Bagaimana mungkin Nabi saw. menggunakan istilah yang memecah belah ? Apakah Nabi Ibrahim seorang sektarian ? Bagaimana dengan Nabi Nuh dan Nabi Musa ? Jika Syiah adalah istilah yang memecah belah atau sektarian, Allah tidak akan menggunakannya bagi para nabi-Nya yang agung dan Nabi Muhammad saw juga tidak akan memuji mereka.
Perlu ditekankan bahwa Nabi saw tidak pernah ingin membagi muslim ke dalam kelompok-kelompok. Beliau saw. menyeru manusia untuk mengikuti Imam Ali as sebagai wali selama hidupnya, dan sebagai penggantinya dan khalifahnya setelah beliau saw. Sayang sekali mereka yang memperhatikan keinginan Nabi saw hanya sedikit sekali dan mereka di kenal dengan “Syiah Ali”. Para pengikut Ali dijadikan subjek dengan berbagai diskriminasi dan tuduhan, bahkan menderita sejak wafatnya Nabi Muhammad saw. Jika semua muslimin taat pada apa yang Nabi saw inginkan, maka tidak akan ada golongan-golongan di dalam Islam. Di dalam hadisnya, Rasulullah saw berkata :
"Tak lama setelah saya (wafat), perselisihan dan kebencian akan muncul di antara kalian, apabila keadaan demikian muncul, pergi dan carilah Ali, karena dia dapat memisahkan Kebenaran dari kebatilan”.
Ali Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummal, (Multan) jil. 2 p. 612, no. 32964
Mengenai ayat Quran yang telah dikutip, beberapa ulama suni meriwayatkan dari Imam Ja'far al-Sadiq (as), imam keenam Syiah dari keluarga suci Nabi Muhammad saw (Ahl al-Bayt):
"Kami adalah tali Allah ketika Allah berfirman: Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah bercerai berai.
al-Tha'labi, Tafsir al-Kabir, pada tafsir surat 3:103
Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) bab 11, bag.1, hal. 233
Jadi, jika Allah mencela sektarianisme, Dia mencela mereka yang memisahkan diri dari tali-Nya, bukan kepada mereka yang berpegang teguh padanya!
Kesimpulan:
Kita telah saksikan bahwa istilah Syiah sudah digunakan dalam Alquran untuk para pengikut dari hamba-hamba Allah yang saleh, dan terdapat di dalam hadis-hadis dari Nabi saw untuk para pengikut Imam Ali as . Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Nya, maka dia selamat dari perdebatan di dalam agama, berpegang teguh pada Tali Allah yang kuat dan diberikan kebahagiaan abadi di surga.
Sumber : http://al-islam.org
Mengapa Syiah?
Istilah “Syiah” adalah sebuah kata sifat yang digunakan umat muslim yang mengikuti para imam (Ahl al-Bayt) dari keluarga nabi saw. Mereka menggunakannya bukan untuk alasan sektarianisme atau untuk menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam. Mereka menggunakannya karena Alquran menggunakannya, Nabi Muhammad saw menggunakannya, dan kaum muslim awal menggunakannya sebelum istilah seperti Sunni atau Salafi ada.
Syiah di dalam Alquran
Kata “Syiah” bermakna “ pengikut” ; “anggota dari suatu golongan”. Allah telah menyebutkannya di dalam Quran bahwa beberapa hamba-Nya yang saleh (para nabi) adalah syiah bagi hamba-hamba lain-Nya yang saleh.
Dan sungguh Ibrahim termasuk dari Syiah-nya (Nuh). (Quran 37:83)
Dan dia (Musa) masuk ke kota ketika penduduknya sedang lengah, dan dia mendapati padanya dua laki-laki berkelahi. Seorang dari Syiahnya (Bani Israil) dan yang seorang lagi dari golongan musuhnya (Qibthi). Maka yang dari golongannya itu meminta pertolongan dari golongan musuhnya.(Quran 28:15)
Jadi Syiah adalah kata resmi yang digunakan Allah di dalam Alquran-Nya untuk para nabi-Nya yang agung juga para pengikutnya.
Jika seseorang adalah Syiah (pengikut) dari hamba-Nya yang saleh, maka tidak ada yang salah untuk menjadi seorang Syiah. Di sisi lain, jika seseorang menjadi Syiah dari seorang tiran atau penjahat, dia akan bernasib sama dengan pemimpinnya. Alquran menyatakan bahwa di hari kebangkitan seseorang akan datang berkelompok, dan setiap kelompok memiliki pemimpin (imam) di depannya. Allah berfirman:
(Ingatlah) pada hari di mana setiap orang dipanggil bersama imamnya
(Quran 17:71)
Pada hari kebangkitan, nasib “para pengikut” dari setiap kelompok tergantung dari pada nasib dari para imamnya (bukti bahwa mereka mengikuti imamnya). Allah menyebutkan dalam Alquran bahwa ada dua tipe dari Imam :
Dan Kami jadikan mereka imam-imam yang menyeru ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan di tolong. Dan Kami ikutkan untuk mereka laknat di dunia ini, sedang di hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dihinakan. (Quran 28:41-42)
Alquran juga mengingatkan kita bahwa ada para imam yang di tunjuk oleh Allah sebagai petunjuk manusia :
Dan Kami jadikan di antara mereka imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami tatkala mereka bersabar dan adalah mereka yakin kepada ayat-ayat Kami. (Quran 32:24)
Pastilah, pengikut sejati (Syiah) dari imam-imam tersebut yang akan menjadi orang paling beruntung pada hari kiamat.
Syiah dalam Hadis
Di dalam sejarah Islam, “Syiah” sudah digunakan secara khusus bagi pengikut Imam Ali as. Istilah ini bukan baru ditemukan setelahnya. Manusia pertama yang menggunakan kata ini adalah Rasulullah saw sendiri. Ketika ayat ini diturunkan:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itulah sebaik-baiknya makhluk. (Quran 98:7)
Nabi saw. berkata kepada Ali: "Mereka itu adalah engkau dan Syiahmu"
Beliau saw melanjutkan perkataannya: "Saya berjanji dengan Dia yang mengatur kehidupan saya bahwa orang ini (Ali) dan Syiahnya akan selamat di hari kiamat”
Jalal al-Din al-Suyuthi, Tafsir al-Durr al-Manthur, (Kairo) jil. 6, hal. 379
Ibn Jarir al-Tabari, Tafsir Jami' al-Bayan, (Kairo) jil. 33, hal. 146
Ibn Asakir, Ta'rikh Dimashq, vol. 42, hal. 333, hal. 371
Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) Ch. 11,
Bab 1, hal 246-247
Nabi saw berkata: "Wahai Ali! (Pada hari kiamat) engkau dan Syiahmu akan datang kepada Allah dalam keadaan diridhai dan meridhai, juga akan datang pada-Nya musuh-musuhmu dgn marah dan leher mereka yang kaku (kepala mereka dipaksa melihat ke atas).
Ibn al-'Atsir, al-Nihaya fi gharib al-hadith, (Beirut, 1399), jil. 4 hal. 106
al-Tabarani, Mu'jam al-Kabir, jil. 1 hal 319
al-Haytsami, Majma' al-Zawa'id, jil. 9, nomor 14168
Nabi saw. berkata : "Berbahagialah, wahai Ali! Sesungguhnya engkau dan Syiahmu akan berada di surga."
Ahmad bin Hanbal, Fadha'il al-Sahaba, (Beirut) jil. 2, hal. 655
Abu Nu'aym al-Isbahani, Hilyatul Awliya, jil. 4, hal. 329
al-Khatib al-Baghdadi , Tarikh Baghdad, (Beirut) jil. 12, hal. 289
al-Tabarani, Mu'jam al-Kabir, jil. 1, hal. 319
al-Haytsami, Majma' al-Zawa'id, jil. 10, hal. 21-22
Ibn 'Asakir, Ta'rikh Dimashq, jil. 42, hal. 331-332
Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) bab. 11, bag. 1, hal. 247
Bagaimana mungkin Nabi saw. menggunakan istilah yang memecah belah ? Apakah Nabi Ibrahim seorang sektarian ? Bagaimana dengan Nabi Nuh dan Nabi Musa ? Jika Syiah adalah istilah yang memecah belah atau sektarian, Allah tidak akan menggunakannya bagi para nabi-Nya yang agung dan Nabi Muhammad saw juga tidak akan memuji mereka.
Perlu ditekankan bahwa Nabi saw tidak pernah ingin membagi muslim ke dalam kelompok-kelompok. Beliau saw. menyeru manusia untuk mengikuti Imam Ali as sebagai wali selama hidupnya, dan sebagai penggantinya dan khalifahnya setelah beliau saw. Sayang sekali mereka yang memperhatikan keinginan Nabi saw hanya sedikit sekali dan mereka di kenal dengan “Syiah Ali”. Para pengikut Ali dijadikan subjek dengan berbagai diskriminasi dan tuduhan, bahkan menderita sejak wafatnya Nabi Muhammad saw. Jika semua muslimin taat pada apa yang Nabi saw inginkan, maka tidak akan ada golongan-golongan di dalam Islam. Di dalam hadisnya, Rasulullah saw berkata :
"Tak lama setelah saya (wafat), perselisihan dan kebencian akan muncul di antara kalian, apabila keadaan demikian muncul, pergi dan carilah Ali, karena dia dapat memisahkan Kebenaran dari kebatilan”.
Ali Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummal, (Multan) jil. 2 p. 612, no. 32964
Mengenai ayat Quran yang telah dikutip, beberapa ulama suni meriwayatkan dari Imam Ja'far al-Sadiq (as), imam keenam Syiah dari keluarga suci Nabi Muhammad saw (Ahl al-Bayt):
"Kami adalah tali Allah ketika Allah berfirman: Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah bercerai berai.
al-Tha'labi, Tafsir al-Kabir, pada tafsir surat 3:103
Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) bab 11, bag.1, hal. 233
Jadi, jika Allah mencela sektarianisme, Dia mencela mereka yang memisahkan diri dari tali-Nya, bukan kepada mereka yang berpegang teguh padanya!
Kesimpulan:
Kita telah saksikan bahwa istilah Syiah sudah digunakan dalam Alquran untuk para pengikut dari hamba-hamba Allah yang saleh, dan terdapat di dalam hadis-hadis dari Nabi saw untuk para pengikut Imam Ali as . Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Nya, maka dia selamat dari perdebatan di dalam agama, berpegang teguh pada Tali Allah yang kuat dan diberikan kebahagiaan abadi di surga.
Sumber : http://al-islam.org
alawi- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 6
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 05.02.13
Reputation : 0
Re: SYIAH
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai ahlulbait, dan mensucikan kalian sesuci-sucinya. [ Ayat Pensucian dari Alquran 33:33 ]
Nabi Muhammad saw. ditanya oleh para sahabatnya: "Bagaimana kami bersalawat kepadamu?"... Beliau menjawab: "Ucapkanlah: 'Ya Allah, sampaikanlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau menyampaikan salawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia'." [ Sahih al-Bukhari, juz 4, kitab 55, nomor 589 ]
Mengapa Mengikuti Keluarga Nabi saw.?
Syiah percaya bahwa dua pusaka peninggalan Nabi Muhammad saw. adalah Quran dan ahlulbait (anggota tertentu keluarganya). Ahlulbait adalah sumber terpercaya sunah nabi saw. Hanya dengan menerima pengajaran dari kedua sumber tersebutlah, seorang muslim dapat mencapai petunjuk sejati.
Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad
“Aku akan menjawab panggilan (kematian dari Tuhanku). Sungguh, aku tinggalkan pada kalian dua pusaka penting (tsaqalain): kitab Allah dan ahlulbaitku. Sungguh keduanya tidak akan berpisah sehingga datang menjumpaiku di telaga al-Haudh.”
Hadis sahih dari Nabi Muhammad saw. ini diriwayatkan oleh lebih dari 30 sahabat dan dicatat oleh banyak ulama suni. Beberapa rujukan utama hadis tersebut, di antaranya:
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn (Beirut), juz 3, hlm. 109-110, 148, dan 533). Dia menyatakan bahwa riwayat ini sahih berdasarkan kriteria al-Bukhari dan Muslim; al-Dzahabi membenarkan penilaiannya.
Muslim, al-Sahih, (terjemahan Inggris), kitab 031, nomor 5920-3
alTirmidzi, al-Sahih, juz 5, hlm. 621-2, nomor 3786 dan 3788; juz 2, hlm. 219
al-Nasa'i, Khasa'is’Ali ibn Abi Talib, haids nomor 79
Ahmad b. Hanbal, al-Musnad, juz 3, hlm. 14, 17, 26; juz 3, hlm. 26, 59; juz 4, hlm. 371; juz 5, hlm. 181-2, 189-190
Ibn al'Athir, Jami` al'usul, juz 1, hlm. 277
Ibnu Katsir, alBidayah wa alnihayah, juz 5, hlm. 209. Dia mengutip al-Dzahabi dan menyatakan hadis ini sahih.
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, juz 6, hlm. 199
Nasir al-Din al-Albani, Silsilat al-Ahadith al-Sahiha (Kuwait: al-Dar al-Salafiyya), juz 4, hlm. 355-8. Dia menyusun banyak sanad yang dianggapnya dapat diandalkan.
Ada lebih banyak lagi rujukan hadis ini yang tidak mungkin ditampilkan di sini.
Bukankah Nabi saw. mengatakan "Aku tinggalkan kitab Allah dan sunahku"?
Ini adalah kesalahpahaman yang jamak. Faktanya, tidak ada dasar yang dapat diandalkan dari pernyataan itu yang dihubungkan pada Khutbah Terakhir Nabi saw. Riwayat itu sama sekali tidak ada dalam kitab sahih yang enam (kutub as-sittah)!! Versi riwayat dalam Muwatta’ karya Malik, Sirat Rasul Allah Ibnu Hisyam, dan dalam Ta’rikh milik al-Thabari, semuanya terdapat sanad yang tidak lengkap dengan beberapa mata rantai sanad yang hilang! Riwayat lain yang memiliki sanad lengkap (isnad) - yang jumlahnya sangat sedikit - semuanya terdapat periwayat yang disepakati tidak dapat dipercaya oleh ulama rijal suni terkemuka. Fakta luar biasa ini dapat dikonfirmasi oleh mereka yang tertarik dalam penelitian dengan merujuk kitab terkait.
Tentu saja, tidak ada yang mengatakan bahwa sunah Nabi saw. tidak harus diikuti. Sebagaimana telah disebutkan, Nabi saw. meminta umat muslim untuk merujuk pada ahlulbaitnya sebagai sumber terpercaya, murni dan terjaga bagi sunah-sunahnya.
Apa yang begitu istimewa dari keluarga Nabi saw.?
Ketika ayat "(Wahai Muhammad) Katakanlah, 'Aku tidak meminta kepada kalian sesuatu upah apapun atas (risalah) ini kecuali kecintaan pada keluarga dekat (al-qurba)'." (42: 23) diturunkan, kaum muslim bertanya pada nabi:
"Siapakah keluarga dekat engkau yang wajib kami cintai?" Beliau menjawab, "Ali, Fatimah, dan kedua putranya."
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn, juz 2, hlm. 444
al-Qasthallani, Irshad al-Sari Sharh Sahih al-Bukhari, juz 7, hlm. 331
al-Suyuthi, al-Durr al-Manthur, juz 6, hlm. 6-7
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-Ma’ani, juz 25, hlm. 31-2
Kedudukan ahlulbait yang penuh kebenaran dan kebajikan kemudian dibenarkan oleh Quran sewaktu terjadi perdebatan dengan Kristiani Najran. Ketika ayat "Siapa yang membantahmu tentang hal ini sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah:
'Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta'." (3:61), Nabi saw. memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain dan bersabda: 'Ya Allah, mereka inilah keluargaku (ahli)'."
Muslim, al-Sahih, (terjemahan Inggris), kitab 031, nomor 5915
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn, juz 3, hlm. 150. Dia menyatakan riwayat ini sahih berdasarkan kriteria al-Bukhari dan Muslim
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Sharh Sahih al-Bukhari, juz 7, hlm. 60
al-Tirmidzi, al-Sahih, kitab al-manaqib, juz 5, hlm. 596
Ahmad b. Hanbal, al-Musnad, juz 1, hlm. 185
al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa ar-Rasyidin, (London, 1995), hlm. 176
Tidakkah cukup menunjukkan rasa hormat pada ahlulbait ?
Cukupkah hanya dengan menunjukkan rasa hormat pada Quran ? Tentu umat muslim tidak punya pilihan selain mengikutinya, sebagai sumber petunjuk Ilahi, dalam segala urusan. Nabi Muhammad saw. meninggalkan dua hal sebagai pusaka bagi umat muslim dan berjanji bahwa keduanya tidak akan pernah berpisah sampai hari kiamat.
Dengan menggandeng ahlulbait dan Quran, Nabi saw. meminta kita untuk tidak hanya menunjukkan rasa hormat, tapi juga mengambil penjelasan ajaran Islam, praktik, hadis dan tafsir dari mereka.
“Perumpamaan ahlulbaitku adalah seperti bahtera Nuh. Siapa menaikinya akan selamat dan siapa yang berpaling akan binasa”
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn, juz 3, hlm. 151 dan juz 2, hlm. 343. Dia menyatakan bahwa hadis ini sahih berdasarkan kriteria Muslim.
al-Suyuthi, al-Durr al-Manthur, juz 1, hlm. 71-72
Ibnu Hajar al-Makki, al-Sawa’iq al-Muhriqa, hlm. 140. Dia menyatakan bahwa riwayat ini telah melalui banyak rantai periwayat yang saling menguatkan.
Siapa yang termasuk di dalam ahlulbait?
Telah disebutkan sebelumnya bahwa keluarga nabi saw, secara bergantian disebut dengan ahl al-bait, 'itrah, dan aal ialah putrinya Fatimah al-Zahra, Imam Ali, dan putra mereka Imam al-Hasan dan al-Husain (a.s.). Kelima anggota keluarga ini, termasuk Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpinnya, adalah mereka yang hidup ketika ayat Quran mengenai keutamaan mereka diturunkan kepada nabi saw. Namun, sembilan imam lain dari keturunan al-Husain as. juga termasuk keluarga yang terpilih ini dan yang terakhir menjadi Imam al-Mahdi as. Nabi saw. bersabda:
"Aku dan Ali dan al-Hasan dan al-Husain and sembilan keturunan al-Husain adalah yang disucikan dan terjaga." [al-Juwayni, Fara'id al-Simtayn, (Beirut, 1978), hlm. 160. Kebesaran al-Juwayni sebagai ulama hadis telah ditegaskan oleh al-Dzahabi dalam Tadhkirat al-Huffaz, juz 4, hlm. 298, dan juga oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam al-Durar al-Kaminah, juz 1, hlm. 67]
"Aku adalah pemimpin para nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para wasi. Setelahku ada dua belas wasi, pertama dari mereka adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir al-Mahdi." [al-Juwayni, Fara'id al-Simtayn, hlm. 160]
"Al-Mahdi adalah salah satu dari kami ahlulbait" dan "al-Mahdi yang akan datang bagian dari keluarga saya dari keturunan Fatimah." [Ibn Majah, al-Sunan, juz 2, hlm. 519, nomor 4085-6; Abu Dawud, al-Sunan, juz 2, hlm. 207]
Bagaimana dengan istri-istri nabi saw.?
Ayat pensucian "Sesungguhnya Allah bermaksud..." diturunkan kepada nabi saw. Di rumah istri beliau, Ummu Salamah (semoga Allah meridainya); Nabi memanggil Hasan, Husain, Fatimah dan Ali, dan beliau mengumpulkan mereka semua dan menyelimutinya dengan kain. Kemudian beliau berkata, "Ya Allah, mereka inilah ahlulbaitku. Ya Allah hilangkan dari mereka segala noda (ar-rijs), dan sucikan mereka sesuci-sucinya." Ummu Salamah berkata, "Apakah aku bersama mereka, wahai Rasulullah?" Nabi saw. menjawab, "Engkau tetap di tempatmu dan berada dalam kebaikan."
al-Tirmidzi, al-Sahih, juz 5, halaman 351 dan 663
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn, juz 2, halaman 416. Dia menyatakan bahwa riwayat ini sahih berdasarkan criteria al-Bukhari.
al-Suyuthi, al-Durr al-Manthur, juz 5, halaman 197
Bagian awal ayat 33:33 dan pernyataan setelah ditujukan kepada istri-istri Nabi saw. seperti yang terlihat dari digunakannya kata ganti feminin (perempuan). Namun, dalam ayat pensucian ini, kata ganti berubah menjadi maskulin atau campuran. Hal ini menunjukkan bahwa ayat tersebut turun secara sendiri dan ditujukan kepada individu yang berbeda.
Sumber : http://al-islam.org/
Nabi Muhammad saw. ditanya oleh para sahabatnya: "Bagaimana kami bersalawat kepadamu?"... Beliau menjawab: "Ucapkanlah: 'Ya Allah, sampaikanlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau menyampaikan salawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia'." [ Sahih al-Bukhari, juz 4, kitab 55, nomor 589 ]
Mengapa Mengikuti Keluarga Nabi saw.?
Syiah percaya bahwa dua pusaka peninggalan Nabi Muhammad saw. adalah Quran dan ahlulbait (anggota tertentu keluarganya). Ahlulbait adalah sumber terpercaya sunah nabi saw. Hanya dengan menerima pengajaran dari kedua sumber tersebutlah, seorang muslim dapat mencapai petunjuk sejati.
Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad
“Aku akan menjawab panggilan (kematian dari Tuhanku). Sungguh, aku tinggalkan pada kalian dua pusaka penting (tsaqalain): kitab Allah dan ahlulbaitku. Sungguh keduanya tidak akan berpisah sehingga datang menjumpaiku di telaga al-Haudh.”
Hadis sahih dari Nabi Muhammad saw. ini diriwayatkan oleh lebih dari 30 sahabat dan dicatat oleh banyak ulama suni. Beberapa rujukan utama hadis tersebut, di antaranya:
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn (Beirut), juz 3, hlm. 109-110, 148, dan 533). Dia menyatakan bahwa riwayat ini sahih berdasarkan kriteria al-Bukhari dan Muslim; al-Dzahabi membenarkan penilaiannya.
Muslim, al-Sahih, (terjemahan Inggris), kitab 031, nomor 5920-3
alTirmidzi, al-Sahih, juz 5, hlm. 621-2, nomor 3786 dan 3788; juz 2, hlm. 219
al-Nasa'i, Khasa'is’Ali ibn Abi Talib, haids nomor 79
Ahmad b. Hanbal, al-Musnad, juz 3, hlm. 14, 17, 26; juz 3, hlm. 26, 59; juz 4, hlm. 371; juz 5, hlm. 181-2, 189-190
Ibn al'Athir, Jami` al'usul, juz 1, hlm. 277
Ibnu Katsir, alBidayah wa alnihayah, juz 5, hlm. 209. Dia mengutip al-Dzahabi dan menyatakan hadis ini sahih.
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, juz 6, hlm. 199
Nasir al-Din al-Albani, Silsilat al-Ahadith al-Sahiha (Kuwait: al-Dar al-Salafiyya), juz 4, hlm. 355-8. Dia menyusun banyak sanad yang dianggapnya dapat diandalkan.
Ada lebih banyak lagi rujukan hadis ini yang tidak mungkin ditampilkan di sini.
Bukankah Nabi saw. mengatakan "Aku tinggalkan kitab Allah dan sunahku"?
Ini adalah kesalahpahaman yang jamak. Faktanya, tidak ada dasar yang dapat diandalkan dari pernyataan itu yang dihubungkan pada Khutbah Terakhir Nabi saw. Riwayat itu sama sekali tidak ada dalam kitab sahih yang enam (kutub as-sittah)!! Versi riwayat dalam Muwatta’ karya Malik, Sirat Rasul Allah Ibnu Hisyam, dan dalam Ta’rikh milik al-Thabari, semuanya terdapat sanad yang tidak lengkap dengan beberapa mata rantai sanad yang hilang! Riwayat lain yang memiliki sanad lengkap (isnad) - yang jumlahnya sangat sedikit - semuanya terdapat periwayat yang disepakati tidak dapat dipercaya oleh ulama rijal suni terkemuka. Fakta luar biasa ini dapat dikonfirmasi oleh mereka yang tertarik dalam penelitian dengan merujuk kitab terkait.
Tentu saja, tidak ada yang mengatakan bahwa sunah Nabi saw. tidak harus diikuti. Sebagaimana telah disebutkan, Nabi saw. meminta umat muslim untuk merujuk pada ahlulbaitnya sebagai sumber terpercaya, murni dan terjaga bagi sunah-sunahnya.
Apa yang begitu istimewa dari keluarga Nabi saw.?
Ketika ayat "(Wahai Muhammad) Katakanlah, 'Aku tidak meminta kepada kalian sesuatu upah apapun atas (risalah) ini kecuali kecintaan pada keluarga dekat (al-qurba)'." (42: 23) diturunkan, kaum muslim bertanya pada nabi:
"Siapakah keluarga dekat engkau yang wajib kami cintai?" Beliau menjawab, "Ali, Fatimah, dan kedua putranya."
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn, juz 2, hlm. 444
al-Qasthallani, Irshad al-Sari Sharh Sahih al-Bukhari, juz 7, hlm. 331
al-Suyuthi, al-Durr al-Manthur, juz 6, hlm. 6-7
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-Ma’ani, juz 25, hlm. 31-2
Kedudukan ahlulbait yang penuh kebenaran dan kebajikan kemudian dibenarkan oleh Quran sewaktu terjadi perdebatan dengan Kristiani Najran. Ketika ayat "Siapa yang membantahmu tentang hal ini sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah:
'Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta'." (3:61), Nabi saw. memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain dan bersabda: 'Ya Allah, mereka inilah keluargaku (ahli)'."
Muslim, al-Sahih, (terjemahan Inggris), kitab 031, nomor 5915
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn, juz 3, hlm. 150. Dia menyatakan riwayat ini sahih berdasarkan kriteria al-Bukhari dan Muslim
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Sharh Sahih al-Bukhari, juz 7, hlm. 60
al-Tirmidzi, al-Sahih, kitab al-manaqib, juz 5, hlm. 596
Ahmad b. Hanbal, al-Musnad, juz 1, hlm. 185
al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa ar-Rasyidin, (London, 1995), hlm. 176
Tidakkah cukup menunjukkan rasa hormat pada ahlulbait ?
Cukupkah hanya dengan menunjukkan rasa hormat pada Quran ? Tentu umat muslim tidak punya pilihan selain mengikutinya, sebagai sumber petunjuk Ilahi, dalam segala urusan. Nabi Muhammad saw. meninggalkan dua hal sebagai pusaka bagi umat muslim dan berjanji bahwa keduanya tidak akan pernah berpisah sampai hari kiamat.
Dengan menggandeng ahlulbait dan Quran, Nabi saw. meminta kita untuk tidak hanya menunjukkan rasa hormat, tapi juga mengambil penjelasan ajaran Islam, praktik, hadis dan tafsir dari mereka.
“Perumpamaan ahlulbaitku adalah seperti bahtera Nuh. Siapa menaikinya akan selamat dan siapa yang berpaling akan binasa”
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn, juz 3, hlm. 151 dan juz 2, hlm. 343. Dia menyatakan bahwa hadis ini sahih berdasarkan kriteria Muslim.
al-Suyuthi, al-Durr al-Manthur, juz 1, hlm. 71-72
Ibnu Hajar al-Makki, al-Sawa’iq al-Muhriqa, hlm. 140. Dia menyatakan bahwa riwayat ini telah melalui banyak rantai periwayat yang saling menguatkan.
Siapa yang termasuk di dalam ahlulbait?
Telah disebutkan sebelumnya bahwa keluarga nabi saw, secara bergantian disebut dengan ahl al-bait, 'itrah, dan aal ialah putrinya Fatimah al-Zahra, Imam Ali, dan putra mereka Imam al-Hasan dan al-Husain (a.s.). Kelima anggota keluarga ini, termasuk Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpinnya, adalah mereka yang hidup ketika ayat Quran mengenai keutamaan mereka diturunkan kepada nabi saw. Namun, sembilan imam lain dari keturunan al-Husain as. juga termasuk keluarga yang terpilih ini dan yang terakhir menjadi Imam al-Mahdi as. Nabi saw. bersabda:
"Aku dan Ali dan al-Hasan dan al-Husain and sembilan keturunan al-Husain adalah yang disucikan dan terjaga." [al-Juwayni, Fara'id al-Simtayn, (Beirut, 1978), hlm. 160. Kebesaran al-Juwayni sebagai ulama hadis telah ditegaskan oleh al-Dzahabi dalam Tadhkirat al-Huffaz, juz 4, hlm. 298, dan juga oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam al-Durar al-Kaminah, juz 1, hlm. 67]
"Aku adalah pemimpin para nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para wasi. Setelahku ada dua belas wasi, pertama dari mereka adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir al-Mahdi." [al-Juwayni, Fara'id al-Simtayn, hlm. 160]
"Al-Mahdi adalah salah satu dari kami ahlulbait" dan "al-Mahdi yang akan datang bagian dari keluarga saya dari keturunan Fatimah." [Ibn Majah, al-Sunan, juz 2, hlm. 519, nomor 4085-6; Abu Dawud, al-Sunan, juz 2, hlm. 207]
Bagaimana dengan istri-istri nabi saw.?
Ayat pensucian "Sesungguhnya Allah bermaksud..." diturunkan kepada nabi saw. Di rumah istri beliau, Ummu Salamah (semoga Allah meridainya); Nabi memanggil Hasan, Husain, Fatimah dan Ali, dan beliau mengumpulkan mereka semua dan menyelimutinya dengan kain. Kemudian beliau berkata, "Ya Allah, mereka inilah ahlulbaitku. Ya Allah hilangkan dari mereka segala noda (ar-rijs), dan sucikan mereka sesuci-sucinya." Ummu Salamah berkata, "Apakah aku bersama mereka, wahai Rasulullah?" Nabi saw. menjawab, "Engkau tetap di tempatmu dan berada dalam kebaikan."
al-Tirmidzi, al-Sahih, juz 5, halaman 351 dan 663
alHakim alNaisaburi, alMustadrak `ala al-Sahihayn, juz 2, halaman 416. Dia menyatakan bahwa riwayat ini sahih berdasarkan criteria al-Bukhari.
al-Suyuthi, al-Durr al-Manthur, juz 5, halaman 197
Bagian awal ayat 33:33 dan pernyataan setelah ditujukan kepada istri-istri Nabi saw. seperti yang terlihat dari digunakannya kata ganti feminin (perempuan). Namun, dalam ayat pensucian ini, kata ganti berubah menjadi maskulin atau campuran. Hal ini menunjukkan bahwa ayat tersebut turun secara sendiri dan ditujukan kepada individu yang berbeda.
Sumber : http://al-islam.org/
alawi- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 6
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 05.02.13
Reputation : 0
Re: SYIAH
Benarkah Nabi (s.a.w) Menunjuk Seorang Penerus?
Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diwahyukan padamu dari Tuhanmu; dan jika engka tidak melakukannya (maka) engkau sama sekali belum menyampaikan Risalah-Nya; dan Allah akan melindungimu dari (gangguan) manusia.
(Qur'an: Surat 5, Ayat 67)
Syiah meyakini bahwa pernyataan yang disebutkan dalam ayat Al-Qur'an itu telah dipenuhi oleh Nabi (saw) dengan penunjukkan Imam Ali bin Abi Talib (as) sebagai penerus tugas Nabi pada hari (ketika beliau berada) di Ghadir Khumm.
Apa yang sebenarnya terjadi di Ghadir Khumm hari itu?
Ghadir Khumm adalah sebuah tempat terletak beberapa km dari Mekah menuju arah Madinah. Seusai Haji Perpisahan, dalam perjalanan ke Madinah, Nabi (saw) melewati daerah itu pada 18 Dzulhijjah (10 Maret 632 M). Di situ beliau menerima wahyu ayat "Wahai Nabi, sampaikan apa yang telah diturunkan kepadamu...dst". Maka beliau pun berhenti di persimpangan itu, sebelum para sahabat menyebar pulang ke rumah masing-masing. Nabi (saw) hendak membuat sebuah pengumuman penting kepada jamaah haji yang menyertainya. Atas perintah beliau, didirikanlah sebuah mimbar dari dahan-dahan pohon. Sesudah solat lohor, dari atas mimbar itu Nabi (saw) berpidato secara resmi di hadapan massa paling besar selama hidupnya, sekitar tiga bulan sebelum wafatnya.
Ringkasnya, dalam upacara itu Nabi (saw) -- sambil mengangkat lengan Imam Ali (as) -- bertanya kepada para sahabatnya apakah mereka menganggap keutamaan otoritas kepemimpinan Nabi (awla) di atas diri mereka. Kerumunan massa pun berseru lantang dalam satu suara: "Benar (kami mengakui), wahai Rasulullah."
Nabi (saw) kemudian menyatakan: "Barang siapa menganggap aku sebagai pemimpinnya (mawla), maka baginya Ali adalah juga pemimpinnya (mawla). Ya Allah, dukunglah siapa yang mendukung dia (Ali), dan musuhilah siapa yang menjadi musuhnya."
Segera sesudah Nabi (saw) menyelesaikan khutbahnya, turunlah ayat Qur'an ini:
Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku bagimu, dan Aku telah rela bahwa Islam menjadi agamamu. (Qur'an 5:3)
Seusai pidato, Nabi (saw) minta semua orang berbaiat kepada Ali (as) dan memberinya ucapan selamat. Di antaranya adalah Umar bin Khattab yang mengatakan: "Selamat wahai putra Abi Talib! Hari ini engkau menjadi pemimpin kaum mukminin laki-laki dan wanita."
Mendengar kejadian di Ghadir Khumm ini, seorang Arab menghadap Nabi (saw) dan berkata: "Engkau suruh kami untuk bersaksi bahwa tidak tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah. Kami menuruti perintah mu itu. Engkau suruh kami solat lima kali sehari dan kami taati. Engkau perintahkan kami berpuasa Ramadhan dan kami ikuti. Lalu engkau suruh kami pergi haji ke Mekah dan kami ikuti perintahmu. Tapi engkau belum puas dengan semua itu. Kini engkau angkat lengan sepupumu dan mengharuskan kami mengangkatnya sebagai pemimpin kami dengan mengatakan 'Ali adalah pemimpin (mawla) bagi siapa saja yang menganggapmu sebagai pemimpinnya (mawla).' Apakah ini perintah Allah atau dari dirimu saja?" Nabi (saw) menjawab: "Demi Allah Yang Maha Esa! Ini datang dari Allah, Yang Maha Perkasa dan Maha Agung."
Mendengar jawaban ini lelaki itu berbalik dan menuju untanya sambil berkata: "Ya Allah! Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka jatuhkanlah batu dari langit dan biarlah kami mendapat siksa yang pedih." Belum sempat ia mencapai untanya, Allah menimpakan sebuah batu ke atas kepala orang itu, dan menembus badannya hingga ia mati seketika. Atas kejadian inilah Allah, Yang Maha Suci, menurunkan ayat berikut ini:
Seorang penanya meminta (bukti) tentang siksa yang bakal terjadi. Bagi orang-orang kafir (yang) tidak seorang pun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah, Yang memiliki tempat-tempat naik. (Qur'an 70:1-3)
Apakah ulama Sunni menganggap kejadian ini autentik?
Banyaknya ulama Sunni yang menceritakan kejadian ini, baik secara rinci ataupun ringkasannya, sungguh mengagumkan! Peristiwa historis ini dikisahkan oleh 110 sahabat Nabi (saw), 84 tabi'in, dan kemudian oleh ratusan pakar Dunia Islam, sejak abad pertama hingga abad ke-14 Hijriah (abad tujuh hingga abad dua puluh M).
Angka-angka di atas hanya sebagian/kilasan yang direkam ulama Sunni!
Di bawah ini sebagian kecil rujukan sumber-sumber periwayatan itu. Banyak di antara ulama (yang meriwayatkanya) tidak saja mengutip pernyataan Nabi (saw) tapi juga menegaskannya sebagai sahih (autentik):
al-Hakim al-Naysaburi, al-Mustadrak `ala al-Sahihayn (Beirut), volume 3, pp. 109-110, p. 133, p. 148, p. 533. Ia menegaskan bahwa hadis ini sahih menurut syarat Bukhari dan Muslim; al-Dhahabi membenarkan keabsahannya.
al-Tirmidhi, Sunan (Cairo), vol. 5, p. 633
Ibn Majah, Sunan, (Cairo, 1952), vol. 1, p. 45
Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari bi Sharh Sahih al-Bukhari, (Beirut, 1988), vol. 7, p. 61
Al-'Ayni, 'Umdat al-Qari Sharh Sahih al-Bukhari, vol. 8, p. 584
Ibn al-'Athir, Jami` al-'usul, i, 277, no. 65;
Al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, vol. 2, p. 259 and p. 298
Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Kabir, (Beirut, 1981), vol. 11, p. 53
Ibn Kathir, Tafsir Qur'an al-'Azim, (Beirut), vol. 2, p. 14
Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, p. 164
Ibn al-'Athir, Usd al-Ghaba fi Ma'rifat al-Sahaba, (Cairo), vol.3, p. 92
Ibn Hajar al-'Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, (Hyderabad, 1325), vol. 7, p. 339
Ibn Kathir, al-Bidayah wa al-Nihayah, (Cairo, 1932), vol. 7, p. 340, vol. 5, p. 213
Al-Tahawi, Mushkil al-Athar, (Hyderabad, 1915), vol. 2, pp. 308-9
Nur al-Din al-Halabi al-Shafi'i, al-Sirah al-Halabiyya, vol. 3, p. 337
Al-Zurqani, Sharh al-Mawahib al-Ladunniyya, vol. 7, p. 13
Tapi, bukankah kata mawla punya arti kawan?
Meskipun sejumlah besar ulama Sunni dari berbagai zaman dan dari pelbagai sudut pandang telah memastikan pendapat mereka tentang kejadian bersejarah itu, mereka menemui kesulitan untuk mengkaitkannya dengan apa yang terjadi sesudah Nabi (saw) wafat. Berhubung singkatnya makalah ini, maka hal itu tidak mungkin dibahas secara panjang di sini. Yang penting, harus ditegaskan di sini bahwa banyak ulama Sunni menetapkan bahwa Nabi (saw) secara jelas ingin menegaskan bahwa Ali (as) sebagai kawan dan penolong kaum Muslimin!
Banyak hal berkaitan dengan peristiwa itu menunjukkan bahwa kejadian di Ghadir Khumm itu punya makna yang sangat penting. Turunnya beberapa wahyu Al-Qur'an, banyaknya massa yang berkumpul saat itu, pidato terakhir Nabi (saw), penegasan para sahabat yang menerima otoritas Nabi (saw), ucapan selamat Umar (kepada Ali), dan faktor-faktor lain (yang sulit dirinci dalam tulisan singkat ini), semuanya menunjukkan bahwa kejadian itu mengarah kepada penegasan penerus Nabi (saw). Jelas bahwa kata mawla (pemimpin) yang digunakan itu adalah untuk menunjukkan otoritas yang absolut sesudah Nabi (saw) termasuk, tapi tidak terbatas, pada kekuasaan temporer (sementara).
Kesimpulan
Jika masih ada keraguan pentingnya arti historis pernyataan Nabi (saw) itu, dan karena adanya usaha sementara orang yang ingin menutup-nutupinya, baiklah kalimat di bawah ini untuk menyimpulkannya: Dalam masa kekhalifahannya, beberapa dasawarsa sesudah kejadian itu, Imam Ali (as) berkata kepada Anas bin Malik, salah seorang sahabat Nabi (saw) yang hadir di Ghadir Khumm: "Mengapa engkau menjelaskan bahwa engkau telah mendengar pesan Rasulullah (saw) pada saat di Ghadir itu?" Anas menjawab," Wahai Amir al-Mukminin, saya ini sudah tua dan tidak mengingatnya lagi." Mendengar itu, Ali (as) berkata: "Jika Engkau sengaja menyembunyikan kebenaran ini, semoga Allah memberimu sebuah tanda putih yang tak bisa ditutupi surbanmu." Maka belum lagi Anas bangun dari duduknya, muncullah bercak putih besar di wajahnya.
Ibn Qutaybah al-Dinawari, Kitab al-Ma'arif, (Cairo, 1353 AH), p. 251
Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, vol. 1, p. 119
Abu Nu`aym al-'Isfahani ,Hilyat al-Awliya', (Beirut, 1988), vol. 5, p. 27
Nur al-Din al-Halabi al-Shafi'i, al-Sirah al-Halabiyya, vol. 3, p. 336
Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummal, (Halab, 1969-84), vol. 13, p. 131
Untuk mendapatkan informasi lebih rinci tentang peristiwa Ghadir Khumm ini, kunjungilah situs:
http://al-islam.org/ghadir/
Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diwahyukan padamu dari Tuhanmu; dan jika engka tidak melakukannya (maka) engkau sama sekali belum menyampaikan Risalah-Nya; dan Allah akan melindungimu dari (gangguan) manusia.
(Qur'an: Surat 5, Ayat 67)
Syiah meyakini bahwa pernyataan yang disebutkan dalam ayat Al-Qur'an itu telah dipenuhi oleh Nabi (saw) dengan penunjukkan Imam Ali bin Abi Talib (as) sebagai penerus tugas Nabi pada hari (ketika beliau berada) di Ghadir Khumm.
Apa yang sebenarnya terjadi di Ghadir Khumm hari itu?
Ghadir Khumm adalah sebuah tempat terletak beberapa km dari Mekah menuju arah Madinah. Seusai Haji Perpisahan, dalam perjalanan ke Madinah, Nabi (saw) melewati daerah itu pada 18 Dzulhijjah (10 Maret 632 M). Di situ beliau menerima wahyu ayat "Wahai Nabi, sampaikan apa yang telah diturunkan kepadamu...dst". Maka beliau pun berhenti di persimpangan itu, sebelum para sahabat menyebar pulang ke rumah masing-masing. Nabi (saw) hendak membuat sebuah pengumuman penting kepada jamaah haji yang menyertainya. Atas perintah beliau, didirikanlah sebuah mimbar dari dahan-dahan pohon. Sesudah solat lohor, dari atas mimbar itu Nabi (saw) berpidato secara resmi di hadapan massa paling besar selama hidupnya, sekitar tiga bulan sebelum wafatnya.
Ringkasnya, dalam upacara itu Nabi (saw) -- sambil mengangkat lengan Imam Ali (as) -- bertanya kepada para sahabatnya apakah mereka menganggap keutamaan otoritas kepemimpinan Nabi (awla) di atas diri mereka. Kerumunan massa pun berseru lantang dalam satu suara: "Benar (kami mengakui), wahai Rasulullah."
Nabi (saw) kemudian menyatakan: "Barang siapa menganggap aku sebagai pemimpinnya (mawla), maka baginya Ali adalah juga pemimpinnya (mawla). Ya Allah, dukunglah siapa yang mendukung dia (Ali), dan musuhilah siapa yang menjadi musuhnya."
Segera sesudah Nabi (saw) menyelesaikan khutbahnya, turunlah ayat Qur'an ini:
Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku bagimu, dan Aku telah rela bahwa Islam menjadi agamamu. (Qur'an 5:3)
Seusai pidato, Nabi (saw) minta semua orang berbaiat kepada Ali (as) dan memberinya ucapan selamat. Di antaranya adalah Umar bin Khattab yang mengatakan: "Selamat wahai putra Abi Talib! Hari ini engkau menjadi pemimpin kaum mukminin laki-laki dan wanita."
Mendengar kejadian di Ghadir Khumm ini, seorang Arab menghadap Nabi (saw) dan berkata: "Engkau suruh kami untuk bersaksi bahwa tidak tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah. Kami menuruti perintah mu itu. Engkau suruh kami solat lima kali sehari dan kami taati. Engkau perintahkan kami berpuasa Ramadhan dan kami ikuti. Lalu engkau suruh kami pergi haji ke Mekah dan kami ikuti perintahmu. Tapi engkau belum puas dengan semua itu. Kini engkau angkat lengan sepupumu dan mengharuskan kami mengangkatnya sebagai pemimpin kami dengan mengatakan 'Ali adalah pemimpin (mawla) bagi siapa saja yang menganggapmu sebagai pemimpinnya (mawla).' Apakah ini perintah Allah atau dari dirimu saja?" Nabi (saw) menjawab: "Demi Allah Yang Maha Esa! Ini datang dari Allah, Yang Maha Perkasa dan Maha Agung."
Mendengar jawaban ini lelaki itu berbalik dan menuju untanya sambil berkata: "Ya Allah! Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka jatuhkanlah batu dari langit dan biarlah kami mendapat siksa yang pedih." Belum sempat ia mencapai untanya, Allah menimpakan sebuah batu ke atas kepala orang itu, dan menembus badannya hingga ia mati seketika. Atas kejadian inilah Allah, Yang Maha Suci, menurunkan ayat berikut ini:
Seorang penanya meminta (bukti) tentang siksa yang bakal terjadi. Bagi orang-orang kafir (yang) tidak seorang pun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah, Yang memiliki tempat-tempat naik. (Qur'an 70:1-3)
Apakah ulama Sunni menganggap kejadian ini autentik?
Banyaknya ulama Sunni yang menceritakan kejadian ini, baik secara rinci ataupun ringkasannya, sungguh mengagumkan! Peristiwa historis ini dikisahkan oleh 110 sahabat Nabi (saw), 84 tabi'in, dan kemudian oleh ratusan pakar Dunia Islam, sejak abad pertama hingga abad ke-14 Hijriah (abad tujuh hingga abad dua puluh M).
Angka-angka di atas hanya sebagian/kilasan yang direkam ulama Sunni!
Di bawah ini sebagian kecil rujukan sumber-sumber periwayatan itu. Banyak di antara ulama (yang meriwayatkanya) tidak saja mengutip pernyataan Nabi (saw) tapi juga menegaskannya sebagai sahih (autentik):
al-Hakim al-Naysaburi, al-Mustadrak `ala al-Sahihayn (Beirut), volume 3, pp. 109-110, p. 133, p. 148, p. 533. Ia menegaskan bahwa hadis ini sahih menurut syarat Bukhari dan Muslim; al-Dhahabi membenarkan keabsahannya.
al-Tirmidhi, Sunan (Cairo), vol. 5, p. 633
Ibn Majah, Sunan, (Cairo, 1952), vol. 1, p. 45
Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari bi Sharh Sahih al-Bukhari, (Beirut, 1988), vol. 7, p. 61
Al-'Ayni, 'Umdat al-Qari Sharh Sahih al-Bukhari, vol. 8, p. 584
Ibn al-'Athir, Jami` al-'usul, i, 277, no. 65;
Al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, vol. 2, p. 259 and p. 298
Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Kabir, (Beirut, 1981), vol. 11, p. 53
Ibn Kathir, Tafsir Qur'an al-'Azim, (Beirut), vol. 2, p. 14
Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, p. 164
Ibn al-'Athir, Usd al-Ghaba fi Ma'rifat al-Sahaba, (Cairo), vol.3, p. 92
Ibn Hajar al-'Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, (Hyderabad, 1325), vol. 7, p. 339
Ibn Kathir, al-Bidayah wa al-Nihayah, (Cairo, 1932), vol. 7, p. 340, vol. 5, p. 213
Al-Tahawi, Mushkil al-Athar, (Hyderabad, 1915), vol. 2, pp. 308-9
Nur al-Din al-Halabi al-Shafi'i, al-Sirah al-Halabiyya, vol. 3, p. 337
Al-Zurqani, Sharh al-Mawahib al-Ladunniyya, vol. 7, p. 13
Tapi, bukankah kata mawla punya arti kawan?
Meskipun sejumlah besar ulama Sunni dari berbagai zaman dan dari pelbagai sudut pandang telah memastikan pendapat mereka tentang kejadian bersejarah itu, mereka menemui kesulitan untuk mengkaitkannya dengan apa yang terjadi sesudah Nabi (saw) wafat. Berhubung singkatnya makalah ini, maka hal itu tidak mungkin dibahas secara panjang di sini. Yang penting, harus ditegaskan di sini bahwa banyak ulama Sunni menetapkan bahwa Nabi (saw) secara jelas ingin menegaskan bahwa Ali (as) sebagai kawan dan penolong kaum Muslimin!
Banyak hal berkaitan dengan peristiwa itu menunjukkan bahwa kejadian di Ghadir Khumm itu punya makna yang sangat penting. Turunnya beberapa wahyu Al-Qur'an, banyaknya massa yang berkumpul saat itu, pidato terakhir Nabi (saw), penegasan para sahabat yang menerima otoritas Nabi (saw), ucapan selamat Umar (kepada Ali), dan faktor-faktor lain (yang sulit dirinci dalam tulisan singkat ini), semuanya menunjukkan bahwa kejadian itu mengarah kepada penegasan penerus Nabi (saw). Jelas bahwa kata mawla (pemimpin) yang digunakan itu adalah untuk menunjukkan otoritas yang absolut sesudah Nabi (saw) termasuk, tapi tidak terbatas, pada kekuasaan temporer (sementara).
Kesimpulan
Jika masih ada keraguan pentingnya arti historis pernyataan Nabi (saw) itu, dan karena adanya usaha sementara orang yang ingin menutup-nutupinya, baiklah kalimat di bawah ini untuk menyimpulkannya: Dalam masa kekhalifahannya, beberapa dasawarsa sesudah kejadian itu, Imam Ali (as) berkata kepada Anas bin Malik, salah seorang sahabat Nabi (saw) yang hadir di Ghadir Khumm: "Mengapa engkau menjelaskan bahwa engkau telah mendengar pesan Rasulullah (saw) pada saat di Ghadir itu?" Anas menjawab," Wahai Amir al-Mukminin, saya ini sudah tua dan tidak mengingatnya lagi." Mendengar itu, Ali (as) berkata: "Jika Engkau sengaja menyembunyikan kebenaran ini, semoga Allah memberimu sebuah tanda putih yang tak bisa ditutupi surbanmu." Maka belum lagi Anas bangun dari duduknya, muncullah bercak putih besar di wajahnya.
Ibn Qutaybah al-Dinawari, Kitab al-Ma'arif, (Cairo, 1353 AH), p. 251
Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, vol. 1, p. 119
Abu Nu`aym al-'Isfahani ,Hilyat al-Awliya', (Beirut, 1988), vol. 5, p. 27
Nur al-Din al-Halabi al-Shafi'i, al-Sirah al-Halabiyya, vol. 3, p. 336
Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummal, (Halab, 1969-84), vol. 13, p. 131
Untuk mendapatkan informasi lebih rinci tentang peristiwa Ghadir Khumm ini, kunjungilah situs:
http://al-islam.org/ghadir/
Terakhir diubah oleh alawi tanggal Wed Feb 20, 2013 3:21 pm, total 1 kali diubah (Reason for editing : add a title)
alawi- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 6
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 05.02.13
Reputation : 0
Re: SYIAH
Siapakah Dua Belas Penerus Nabi (s.a.w) ?
Jabir bin Samura meriwayatkan:
Saya mendengar Nabi (saw) berkata: ”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”
[Sahih al-Bukhari (Bahasa Inggris), Hadith: 9.329, Kitabul Ahkam;
Sahih al-Bukhari, (Bhs Arab), 4:165, Kitabul Ahkam]
Nabi (saw) bersabda:
"Agama (Islam) akan berlanjut sampai datangnya Saat (Hari Kebangkitan), berkat peranan Dua Belas Khalifah bagi kalian, semuanya berasal dari suku Quraisy.”
[Sahih Muslim, (English), Chapter DCCLIV, v3, p1010, Hadis no. 4483;
Sahih Muslim (Bhs Arab), Kitab al-Imaara, 1980 Edisi Saudi Arabia, v3, p1453, Hadis no.10]
Apa yang dikatakan para Ulama Sunni:
Ibn al-'Arabi:
Kami telah menghitung pemimpin (Amir-Amir) sesudah Nabi (saw) ada dua belas. Kami temukan nama-nama mereka itu sebagai berikut: Abubakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, Muawiyah, Yazid, Muawiyah bin Yazid, Marwan, Abdul Malik bin Marwan, Yazid bin Abdul Malik, Marwan bin Muhammad bin Marwan, As-Saffah... Sesudah ini ada lagi 27 khalifah Bani Abbas.
Jika kita perhitungkan 12 dari mereka, kita hanya sampai pada Sulaiman. Jika kita ambil apa yang tersurat saja, kita cuma mendapatkan 5 orang di antara mereka dan kepadanya kita tambahkan 4 ‘Khalifah Rasyidin’, dan Umar bin Abdul Aziz….
Saya tidak paham arti hadis ini.
[Ibn al-'Arabi, Sharh Sunan Tirmidhi, 9:68-69]
Qadi 'Iyad al-Yahsubi:
Jumlah khalifah yang ada lebih dari itu. Adalah keliru untuk membatasinya hanya sampai angka dua belas. Nabi (saw) tidak mengatakan bahwa jumlahnya hanya dua belas dan bahwa tidak ada tambahan lagi. Maka mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi.
[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim, 12:201-202;
Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari, 16:339]
Jalal al-Din al-Suyuti:
Hanya ada dua belas Khalifah sampai Hari Pengadilan. Dan mereka akan terus melangkah dalam kebenaran, meski mungkin kedatangan mereka tidak secara berurutan. Kita lihat bahwa dari yang dua belas itu, 4 adalah Khalifah Rasyidin, lalu Hasan, lalu Muawiyah, lalu Ibnu Zubair, dan akhirnya Umar bin Abdul Aziz. Semua ada 8. Masih sisa 4 lagi. Mungkin Mahdi, Bani Abbasiyah bisa dimasukkan ke dalamnya sebab dia seorang Bani Abbasiyah seperti Umar bin Abdul Aziz yang (berasal dari) Bani Umayyah. Dan Tahir Abbasi juga bisa dimasukkan sebab dia pemimpin yang adil. Jadi, masih dua lagi. Salah satu di antaranya adalah Mahdi, sebab ia berasal dari Ahlul Bait (keluarga) Nabi (as).”
[Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Halaman 12;
Ibn Hajar al-Haytami, Al-Sawa'iq al-Muhriqa Halaman 19]
Ibn Hajar al-'Asqalani:
Tidak seorang pun mengerti tentang hadis dari Sahih Bukhari ini. Adalah tidak benar untuk mengatakan bahwa Imam-imam itu akan hadir sekaligus pada satu saat bersamaan.
[Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari 16:338-341]
Ibn al-Jawzi:
Khalifah pertama Bani Umayyah adalah Yazid bin Muawiyah dan yang terakhir adalah Marwan Al-Himar. Total jumlahnya tiga belas. Usman, Muawiyah dan Ibnu Zubair tidak termasuk karena mereka tergolong Sahabat Nabi (saw). Jika kita kecualikan (keluarkan) Marwan bin Hakam karena adanya kontroversi tentang statusnya sebagai Sahabat atau karena ia berkuasa padahal Abdullah bin Zubair memperoleh dukungan masyarakat, maka kita mendapatkan angka Dua Belas.… Ketika kekhalifahan muncul dari Bani Umayyah, terjadilah kekacauan yang besar sampai kukuhnya (kekuasaan) Bani Abbasiyah. Bagaimana pun, kondisi awal telah berubah total.
[Ibn al-Jawzi, Kashf al-Mushkil, sebagaimana dikutip dalam Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari 16:340 dari Sibt Ibn al-Jawzi]
Al-Nawawi:
Ia bisa saja berarti bahwa kedua belas Imam berada dalam masa (periode) kejayaan Islam. Yakni ketika Islam (akan) menjadi dominan sebagai agama. Para Khalifah ini, dalam masa kekuasaan mereka, akan menyebabkan agama menjadi mulia.
[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim ,12:202-203]
Al-Bayhaqi:
Angka (dua belas) ini dihitung hingga periode Walid bin Abdul Malik. Sesudah ini, muncul kerusakan dan kekacauan. Lalu datang masa dinasti Abbasiyah. Laporan ini telah meningkatkan jumlah Imam-imam. Jika kita abaikan karakteristik mereka yang datang sesudah masa kacau-balau itu, maka angka tadi menjadi jauh lebih banyak.”
[Ibn Kathir, Ta'rikh, 6:249; Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa Halaman 11]
Ibn Kathir:
Barang siapa mengikuti Bayhaqi dan setuju dengan pernyataannya bahwa kata ‘Jama’ah’ berarti Khalifah-khalifah yang datang secara tidak berurutan hingga masa Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang jahat dan sesat itu, maka berarti ia (orang itu) setuju dengan hadis yang kami kritik dan mengecualikan tokoh-tokoh tadi.
Dan jika kita menerima Kekhalifahan Ibnu Zubair sebelum Abdul Malik, jumlahnya menjadi enam belas. Padahal jumlah seluruhnya seharusnya dua belas sebelum Umar bin Abdul Aziz. Dalam perhitungan ini, Yazid bin Muawiyah termasuk di dalamnya sementara Umar bin Abdul Aziz tidak dimasukkan. Meski demikian, sudah menjadi pendapat umum bahwa para ulama menerima Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang Khalifah yang jujur dan adil.
[Ibn Kathir, Ta'rikh, 6:249-250]
BINGUNG ?
Kita perlu pendapat seorang ulama Sunni lain yang dapat mengklarifikasi siapa Dua Belas Pengganti, Khalifah, para Amir atau Imam-imam sebenarnya:
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-'Asqalani menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi'i (disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (saw) mengatakan, ”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Mahdi.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (ra) bahwa Rasulullah (saw) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: ” “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (saw) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidak adilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.”
[Al-Juwayni, Fara'id al-Simtayn, Mu'assassat al-Mahmudi li-Taba'ah, Beirut 1978, p. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah (Syiah Dua Belas Imam) yang percaya pada individu-individu itu sebagai Dua Belas orang yang benar dan berhak sebagai Penerus Nabi (saw) dan pelajarilah pemahaman Islam dari mereka.
Untuk keterangan lebih detil tentang Islam yang otentik, kunjungi situs ini:
http://al-islam.org
Jabir bin Samura meriwayatkan:
Saya mendengar Nabi (saw) berkata: ”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”
[Sahih al-Bukhari (Bahasa Inggris), Hadith: 9.329, Kitabul Ahkam;
Sahih al-Bukhari, (Bhs Arab), 4:165, Kitabul Ahkam]
Nabi (saw) bersabda:
"Agama (Islam) akan berlanjut sampai datangnya Saat (Hari Kebangkitan), berkat peranan Dua Belas Khalifah bagi kalian, semuanya berasal dari suku Quraisy.”
[Sahih Muslim, (English), Chapter DCCLIV, v3, p1010, Hadis no. 4483;
Sahih Muslim (Bhs Arab), Kitab al-Imaara, 1980 Edisi Saudi Arabia, v3, p1453, Hadis no.10]
Apa yang dikatakan para Ulama Sunni:
Ibn al-'Arabi:
Kami telah menghitung pemimpin (Amir-Amir) sesudah Nabi (saw) ada dua belas. Kami temukan nama-nama mereka itu sebagai berikut: Abubakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, Muawiyah, Yazid, Muawiyah bin Yazid, Marwan, Abdul Malik bin Marwan, Yazid bin Abdul Malik, Marwan bin Muhammad bin Marwan, As-Saffah... Sesudah ini ada lagi 27 khalifah Bani Abbas.
Jika kita perhitungkan 12 dari mereka, kita hanya sampai pada Sulaiman. Jika kita ambil apa yang tersurat saja, kita cuma mendapatkan 5 orang di antara mereka dan kepadanya kita tambahkan 4 ‘Khalifah Rasyidin’, dan Umar bin Abdul Aziz….
Saya tidak paham arti hadis ini.
[Ibn al-'Arabi, Sharh Sunan Tirmidhi, 9:68-69]
Qadi 'Iyad al-Yahsubi:
Jumlah khalifah yang ada lebih dari itu. Adalah keliru untuk membatasinya hanya sampai angka dua belas. Nabi (saw) tidak mengatakan bahwa jumlahnya hanya dua belas dan bahwa tidak ada tambahan lagi. Maka mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi.
[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim, 12:201-202;
Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari, 16:339]
Jalal al-Din al-Suyuti:
Hanya ada dua belas Khalifah sampai Hari Pengadilan. Dan mereka akan terus melangkah dalam kebenaran, meski mungkin kedatangan mereka tidak secara berurutan. Kita lihat bahwa dari yang dua belas itu, 4 adalah Khalifah Rasyidin, lalu Hasan, lalu Muawiyah, lalu Ibnu Zubair, dan akhirnya Umar bin Abdul Aziz. Semua ada 8. Masih sisa 4 lagi. Mungkin Mahdi, Bani Abbasiyah bisa dimasukkan ke dalamnya sebab dia seorang Bani Abbasiyah seperti Umar bin Abdul Aziz yang (berasal dari) Bani Umayyah. Dan Tahir Abbasi juga bisa dimasukkan sebab dia pemimpin yang adil. Jadi, masih dua lagi. Salah satu di antaranya adalah Mahdi, sebab ia berasal dari Ahlul Bait (keluarga) Nabi (as).”
[Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Halaman 12;
Ibn Hajar al-Haytami, Al-Sawa'iq al-Muhriqa Halaman 19]
Ibn Hajar al-'Asqalani:
Tidak seorang pun mengerti tentang hadis dari Sahih Bukhari ini. Adalah tidak benar untuk mengatakan bahwa Imam-imam itu akan hadir sekaligus pada satu saat bersamaan.
[Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari 16:338-341]
Ibn al-Jawzi:
Khalifah pertama Bani Umayyah adalah Yazid bin Muawiyah dan yang terakhir adalah Marwan Al-Himar. Total jumlahnya tiga belas. Usman, Muawiyah dan Ibnu Zubair tidak termasuk karena mereka tergolong Sahabat Nabi (saw). Jika kita kecualikan (keluarkan) Marwan bin Hakam karena adanya kontroversi tentang statusnya sebagai Sahabat atau karena ia berkuasa padahal Abdullah bin Zubair memperoleh dukungan masyarakat, maka kita mendapatkan angka Dua Belas.… Ketika kekhalifahan muncul dari Bani Umayyah, terjadilah kekacauan yang besar sampai kukuhnya (kekuasaan) Bani Abbasiyah. Bagaimana pun, kondisi awal telah berubah total.
[Ibn al-Jawzi, Kashf al-Mushkil, sebagaimana dikutip dalam Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari 16:340 dari Sibt Ibn al-Jawzi]
Al-Nawawi:
Ia bisa saja berarti bahwa kedua belas Imam berada dalam masa (periode) kejayaan Islam. Yakni ketika Islam (akan) menjadi dominan sebagai agama. Para Khalifah ini, dalam masa kekuasaan mereka, akan menyebabkan agama menjadi mulia.
[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim ,12:202-203]
Al-Bayhaqi:
Angka (dua belas) ini dihitung hingga periode Walid bin Abdul Malik. Sesudah ini, muncul kerusakan dan kekacauan. Lalu datang masa dinasti Abbasiyah. Laporan ini telah meningkatkan jumlah Imam-imam. Jika kita abaikan karakteristik mereka yang datang sesudah masa kacau-balau itu, maka angka tadi menjadi jauh lebih banyak.”
[Ibn Kathir, Ta'rikh, 6:249; Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa Halaman 11]
Ibn Kathir:
Barang siapa mengikuti Bayhaqi dan setuju dengan pernyataannya bahwa kata ‘Jama’ah’ berarti Khalifah-khalifah yang datang secara tidak berurutan hingga masa Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang jahat dan sesat itu, maka berarti ia (orang itu) setuju dengan hadis yang kami kritik dan mengecualikan tokoh-tokoh tadi.
Dan jika kita menerima Kekhalifahan Ibnu Zubair sebelum Abdul Malik, jumlahnya menjadi enam belas. Padahal jumlah seluruhnya seharusnya dua belas sebelum Umar bin Abdul Aziz. Dalam perhitungan ini, Yazid bin Muawiyah termasuk di dalamnya sementara Umar bin Abdul Aziz tidak dimasukkan. Meski demikian, sudah menjadi pendapat umum bahwa para ulama menerima Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang Khalifah yang jujur dan adil.
[Ibn Kathir, Ta'rikh, 6:249-250]
BINGUNG ?
Kita perlu pendapat seorang ulama Sunni lain yang dapat mengklarifikasi siapa Dua Belas Pengganti, Khalifah, para Amir atau Imam-imam sebenarnya:
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-'Asqalani menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi'i (disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (saw) mengatakan, ”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Mahdi.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (ra) bahwa Rasulullah (saw) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: ” “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (saw) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidak adilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.”
[Al-Juwayni, Fara'id al-Simtayn, Mu'assassat al-Mahmudi li-Taba'ah, Beirut 1978, p. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah (Syiah Dua Belas Imam) yang percaya pada individu-individu itu sebagai Dua Belas orang yang benar dan berhak sebagai Penerus Nabi (saw) dan pelajarilah pemahaman Islam dari mereka.
Untuk keterangan lebih detil tentang Islam yang otentik, kunjungi situs ini:
http://al-islam.org
alawi- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 6
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 05.02.13
Reputation : 0
Re: SYIAH
Terima kasih Akh, saya akan berguru kepada Anda tentang syiah, mungkin sekali pertanyaan saya akan sangat dangkal karena memang demikianlah adanya saya..
1. Adakah perbedaan AlQuran yg digunakan syiah dengan sunni?
2. Apakah mufassirin seperti At-Thabari, Ibnu Katsir, Al-Qurtubi diakui syiah, atau syiah punya mufassirin lain yang lebih utama?
3. Siapakah ulama hadits paling utama dalam syiah?
4. Bagaimana kedudukan imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai ulama hadits dalam pandangan syiah?
sementara demikian dulu.... syukron
1. Adakah perbedaan AlQuran yg digunakan syiah dengan sunni?
2. Apakah mufassirin seperti At-Thabari, Ibnu Katsir, Al-Qurtubi diakui syiah, atau syiah punya mufassirin lain yang lebih utama?
3. Siapakah ulama hadits paling utama dalam syiah?
4. Bagaimana kedudukan imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai ulama hadits dalam pandangan syiah?
sementara demikian dulu.... syukron
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: SYIAH
dalam mengikuti madzhab apapun ataupun imam manapun, ada baiknya kita mengetahui benar, bahwa apa yang akan kita ikuti tsb benar2 berasal dari Allah, agar kita insyaAllah tidak menjadi seperti ini :
QS. 9:31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
QS. 9:31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: SYIAH
sayah pikir malah yang namanya sunni dan syiah adalah perbuatan kalangan tertentu..yup!sayah gak fitnah satu pun dari muslim dari awal hingga akhir.tetapi pemisahan syiah dan sunni adalah langkah awal memecah ukhuwah tapi apa boleh buat..bubur ayam uda dimakan ayam..
dalam suatu diskusi di kawasan dukuh kupang surabaya,sayah sempat dialog dengan teman sayah yang bangga dengan syiahnyah (kamsut sayah,beliow mencintai keluarga nabi lebih dari mencintai ulama)..gak ada satu pun ferbedaan sangat penting..kecuali rasa cinta terhadap keluarga nabi..
dalam sholat (beliow berkhotbah) muslim melafalkan :semoga allah sholawati keluarga nabi..
tetapi pada prakteknyah,terutama di endonesah,jika tawasul selalu ada sebuah nama disebut secara khusus..
bila ulama khos yang disebut khusus adalah keturunan nabi yah silahkeun tetapi peran menantu-cucu-buyut nabi lebih besar dari sekedar ke-wali-an.
apakah sang wali akan memperoleh derajat sedemikian tinggi bila tidak diawali para ulama (kamsut beliow adalah keluarga nabi)?
dan jujur,abu hanan sampai detik ini belum berani menyatakan lantang bahwa syiah adalah islam sesat..
sayah masih cenderung berpendapat bahwa syiah adalah salah satu madzhab..bila ada syiah sesat yah sayah anggap seperti pengikut madzhab imam syafi'i yang nyeleneh..
dalam suatu diskusi di kawasan dukuh kupang surabaya,sayah sempat dialog dengan teman sayah yang bangga dengan syiahnyah (kamsut sayah,beliow mencintai keluarga nabi lebih dari mencintai ulama)..gak ada satu pun ferbedaan sangat penting..kecuali rasa cinta terhadap keluarga nabi..
dalam sholat (beliow berkhotbah) muslim melafalkan :semoga allah sholawati keluarga nabi..
tetapi pada prakteknyah,terutama di endonesah,jika tawasul selalu ada sebuah nama disebut secara khusus..
bila ulama khos yang disebut khusus adalah keturunan nabi yah silahkeun tetapi peran menantu-cucu-buyut nabi lebih besar dari sekedar ke-wali-an.
apakah sang wali akan memperoleh derajat sedemikian tinggi bila tidak diawali para ulama (kamsut beliow adalah keluarga nabi)?
dan jujur,abu hanan sampai detik ini belum berani menyatakan lantang bahwa syiah adalah islam sesat..
sayah masih cenderung berpendapat bahwa syiah adalah salah satu madzhab..bila ada syiah sesat yah sayah anggap seperti pengikut madzhab imam syafi'i yang nyeleneh..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: SYIAH
Hmmm
Sunni Syiah ya .... hehehehehe .... saya ga ikutan ah ... dasar saya adalah Quran ... dan saya juga sepakat dengan statement mbah Abu ...
Ada yang lucu dilihat dari sejarah masuknya Islam di Indonesia ... bukan rahasia ... syiah banyak dianggap sesat bagi beberapa muslim di Indonesia ...
Saya juga mau tanya nih ... karena saya juga masih 50-50 (minta klarifikasi)
Jaman SD kita selalu mendapat pengetahuan sejarah ... bahwa masuknya Islam pertama kali ke Indonesia adalah dengan cara damai dari pedagang Islam gujarat ... (lihat yang bold)
Setau saya yang dari gujarat itu syiah ... (klarifikasi kalau salah)
Lalu kenapa di Indonesia justru sedikit yang syiah ....
Sebetulnya perkembangan Islam di Indonesia itu gimana sih ??
Apa itu berarti pengaruh Islam yang paling kuat di Indonesia sekarang ini bukan karena masuknya pedagang gujarat ??
Bila ya >> artinya mayoritas Islam di Indonesia bukan dari pedagang gujarat >> so pelajaran SD gugur
Maka ...
Khusus yang bold : lalu bagaimana sejarahnya Islam mayoritas ini masuk ke Indonesia ?? apakah dengan cara damai juga seperti pedagang gujarat tersebut ??
silahkan kalau ada yang mau berbagi ilmu ...
Cat : disini saya hanya ingin minta klarifikasi dan berbagi ilmu ... pendapat apapun pasti saya terima (dengan sumber yang benar) ... dan saya tidak ada niat untuk menyudutkan pihak manapun ...
syukron
Sunni Syiah ya .... hehehehehe .... saya ga ikutan ah ... dasar saya adalah Quran ... dan saya juga sepakat dengan statement mbah Abu ...
Ada yang lucu dilihat dari sejarah masuknya Islam di Indonesia ... bukan rahasia ... syiah banyak dianggap sesat bagi beberapa muslim di Indonesia ...
Saya juga mau tanya nih ... karena saya juga masih 50-50 (minta klarifikasi)
Jaman SD kita selalu mendapat pengetahuan sejarah ... bahwa masuknya Islam pertama kali ke Indonesia adalah dengan cara damai dari pedagang Islam gujarat ... (lihat yang bold)
Setau saya yang dari gujarat itu syiah ... (klarifikasi kalau salah)
Lalu kenapa di Indonesia justru sedikit yang syiah ....
Sebetulnya perkembangan Islam di Indonesia itu gimana sih ??
Apa itu berarti pengaruh Islam yang paling kuat di Indonesia sekarang ini bukan karena masuknya pedagang gujarat ??
Bila ya >> artinya mayoritas Islam di Indonesia bukan dari pedagang gujarat >> so pelajaran SD gugur
Maka ...
Khusus yang bold : lalu bagaimana sejarahnya Islam mayoritas ini masuk ke Indonesia ?? apakah dengan cara damai juga seperti pedagang gujarat tersebut ??
silahkan kalau ada yang mau berbagi ilmu ...
Cat : disini saya hanya ingin minta klarifikasi dan berbagi ilmu ... pendapat apapun pasti saya terima (dengan sumber yang benar) ... dan saya tidak ada niat untuk menyudutkan pihak manapun ...
syukron
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: SYIAH
Saya kafir ingin bertanya: Apa mesjid Syiah dan Sunni itu memiliki komunitas sendiri?maksudnya, tidak diperkenankan Sunni untuk beribadah di mesjid Syiah dan sebaliknya?
Kalau berkenan saya berterima kasih bila dijawab,silahkan skip kalau tidak berkenan
Kalau berkenan saya berterima kasih bila dijawab,silahkan skip kalau tidak berkenan
armyman- SERSAN SATU
-
Posts : 143
Kepercayaan : Protestan
Join date : 22.02.12
Reputation : 1
Re: SYIAH
armyman wrote:Saya kafir ingin bertanya: Apa mesjid Syiah dan Sunni itu memiliki komunitas sendiri?maksudnya, tidak diperkenankan Sunni untuk beribadah di mesjid Syiah dan sebaliknya?
Kalau berkenan saya berterima kasih bila dijawab,silahkan skip kalau tidak berkenan
Cek berita di IRAN, ada tidak tuh mesjid SUNNI berdiri......
Musnah luluh lantak dihancurkan SYIAH, sunninya kalau sembahyang Jum'at pada ke kantor KEDUTAAN negara asing baru bisa.
nih salah satu contoh beritanya :
http://nahimunkar.com/penghancuran-masjid-sunni-di-iran/
Revolt- LETNAN DUA
-
Posts : 946
Kepercayaan : Protestan
Location : Di depan komputer
Join date : 31.01.13
Reputation : 4
Re: SYIAH
@armyman
sayah gak tau bugimanah mayoritas muslim tentang perihal masjid.
tetapi ketika sayah berbincang dengan sobat sayah yang syiah..kami berdua makmum pada imam sholat dhuhur madzhab syafii di masjid sunni..kasus iran (refer @revolt) adalah kasus lain yang sayah gak bisa kasi komen karena sejauh info yang orbit masih ada bias..antara politik dan agama..
di jember..
selama hampir 2 bulan malah sayah tinggal di daerah mayoritas syiah..
sholat jumat dilakukan di masjid dekat balai desa..bercampur dengan santri dari ponpes berbasis sunni..
dan secara fiqh,sayah katakan,semua masjid adalah peruntukan umum-islam dengan madzhab apafun..bedakan dengan ahmadiyah..mereka bukan muslim selama berprinsip seperti (lih.debat ahmadiyah-abu hanan & kedunghalang)..
sayah gak tau bugimanah mayoritas muslim tentang perihal masjid.
tetapi ketika sayah berbincang dengan sobat sayah yang syiah..kami berdua makmum pada imam sholat dhuhur madzhab syafii di masjid sunni..kasus iran (refer @revolt) adalah kasus lain yang sayah gak bisa kasi komen karena sejauh info yang orbit masih ada bias..antara politik dan agama..
di jember..
selama hampir 2 bulan malah sayah tinggal di daerah mayoritas syiah..
sholat jumat dilakukan di masjid dekat balai desa..bercampur dengan santri dari ponpes berbasis sunni..
dan secara fiqh,sayah katakan,semua masjid adalah peruntukan umum-islam dengan madzhab apafun..bedakan dengan ahmadiyah..mereka bukan muslim selama berprinsip seperti (lih.debat ahmadiyah-abu hanan & kedunghalang)..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: SYIAH
pandangan saya terhadap syiah tidak jauh berbedah dengan yg di sampaikan mbah abuh diatas,,, saya sedikit banyak sering mendapat pelajaran dari warung warung syiah di kota maya,,, salah satu kedai yg sering saya kunjungi adalah yg ini,,, karena saya mencoba mempelajari ajaran tersebut tanpa menggunakan headphone,,, dan ternyata bumbunya g jauh bedah ama Islam mayoritas,,, sampai suatu ketika tibalah saya pada beberapa hidangan aneh yg mencolok lidah,,, yg sering saya dengar di headphone,,,
apa dan bagai mana,,,??
kontropersi ini telah berlangsung lama,,, ada baiknya kita cermati komposisinya,,,
apa dan bagai mana,,,??
kontropersi ini telah berlangsung lama,,, ada baiknya kita cermati komposisinya,,,
JN-SeJenis Tomat- SERSAN MAYOR
-
Age : 34
Posts : 250
Kepercayaan : Islam
Location : SumSel
Join date : 14.11.11
Reputation : 4
Re: SYIAH
isaku wrote:Terima kasih Akh, saya akan berguru kepada Anda tentang syiah, mungkin sekali pertanyaan saya akan sangat dangkal karena memang demikianlah adanya saya..
1. Adakah perbedaan AlQuran yg digunakan syiah dengan sunni?
2. Apakah mufassirin seperti At-Thabari, Ibnu Katsir, Al-Qurtubi diakui syiah, atau syiah punya mufassirin lain yang lebih utama?
3. Siapakah ulama hadits paling utama dalam syiah?
4. Bagaimana kedudukan imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai ulama hadits dalam pandangan syiah?
sementara demikian dulu.... syukron
Maaf baru sempat jawab, mohon maaf juga saya tidak punya kapasitas jadi guru karena saya juga masih harus banyak belajar.
1. Saya tegaskan bahwa tidak ada perbedaan Al Quran yang digunakan syiah dan sunni. Isu tahrif Al Quran ini sering dituduhkan kepada syiah karena adanya riwayat yang menceritakan hal ini. Saya tidak akan mengingkari adanya riwayat seperti ini tetapi mayoritas ulama syiah menolak adanya tahrif ini. Riwayat adanya tahrif Al Quran tidak hanya ada pada syiah, di pihak sunnipun ada riwayat seperti ini tetapi syiah tidak akan menuduh ataupun mempercayai adanya tahrif karena percaya kepada apa yang di firmankan oleh Allah SWT di surat Al Hijr :
[15:9] Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Jadi saya berharap kepada semua pihak agar di stop perdebatan mengenai hal ini yang tidak ada manfaatnya sama sekali.
Bulan depan 1-7 Juni 2013 akan digelar kompetisi Al Quran di Iran mungkin bisa menjadi jawaban bahwa tidak ada perbedaan Al Quran.
http://indonesian.irib.ir/budaya/-/asset_publisher/g5LA/content/bulan-depan-iran-gelar-kompetisi-internasional-al-quran?redirect=http%3A%2F%2Findonesian.irib.ir%2Fbudaya%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_g5LA%26p_p_lifecycle%3D0%26p_p_state%3Dnormal%26p_p_mode%3Dview%26p_p_col_id%3Dcolumn-1%26p_p_col_count%3D1
2. Syiah mengakui Al-Thabari, Ibnu Katsir, Al-Qurtubi, Al Razi sebagai ulama besar sunni tetapi tentunya tidak semua isi tafsirnya bisa diterima, begitu pula sebaliknya tafsir dari ulama syiah belum tentu bisa diterima oleh kalangan sunni. Sebagai rujukan tentu saja bisa digunakan untuk membandingkan penafsiran dari masing-masing ulama. Menurut apa yang saya telah baca, salah seorang ulama besar syiah Syaikh Tabarsi dalam menyusun kitab tafsirnya Majma al Bayan juga merujuk kepada kitab tafsir sunni Al Thabari yang berjudul Jami al Bayan dan kitab tafsir ulama syiah sendiri Al-Tibyan Fi Tafsir al-Quran yang disusun oleh al Thusi. Selain Tabarsi dan al Thusi yang menyusun kitab tafsir ada juga tafsir Imam Hasan Al Askari, tafsir al Qumi, tafsir al Mizan dari Allamah Tabatabai yang beberapa volume kitabnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan masih banyak lainnya.
Mufassirin yang lebih utama tentunya para Imam Ahlu Bait kami karena merekalah yang paling mengetahui Al Quran setelah Nabi Muhammad saw.
3. Saya tidak bisa menyebutkan siapa ulama hadits atau tafsir yang paling utama karena saya menghormati ulama-ulama tsb secara sama sebagai ulama besar dan terkenal yang kitabnya menjadi rujukan kalangan syiah. Beberapa diantaranya sbb :
Muhammad ibn Ya'qub Al-Kulaini, penyusun kitab Al-Kafi.
Muhammad ibn Ali ibn Al-Husein ibn Musa ibn Babaweih Al-Qummi, dikenal juga dengan panggilan Abu Ja'far Ash-Shaduq, penyusun kitab Man La Yahdhuruhul Faqih.
Muhammad ibn Al-Hasan Ath-Thusi, penulis kitab Tahdzibul Ahkam dan Al-Istibshor.
Muhammad Al-Baqir ibn Muhammad At-Taqie, terkenal dengan nama Al-Majlisi. penyusun kitab Biharul Anwar.
Muhammad ibn Murtadha ibn Mahmud, lebih dikenal dengan nama Muhsin Al-Kasyani dan julukan 'Al-Faydh'. Kitab hadis yang ditulis olehnya berjudul Al-Wafi fi Ilmil Hadis.
Muhammad ibn Al-Hasan Al-Hurr Asy-Syami Al-'Amili Al-Masyghari dengan gelar Syeikhusy Syuyukh (guru para guru). Ia menulis kitab Tafshil Wasailsy Syi'ah ila Tahshil Ahadits Asy-Syari'ah.
Syeikh Allamah Tsiqotul Islam Al-Husein ibn Allamah An-Nurie menyusun sebuah kitab dengan judul Mustadrokul Wasail wa Mustanbatul Masail.
4. Hal yang penting perlu diketahui adalah syiah tidak mengenal adanya kitab shahih. Syiah bisa menerima sumber hadits dari manapun, karena syiah tidak menyandarkan keabsahan hadis pada si pengumpul hadis, namun mereka para mujtahid syiah harus melakukan verifikasi, investigasi dan riset hadis sendiri untuk menilai kredibilitas perawi dan keabsahan matan hadis yang diriwayatkannya. Jadi hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dapat saja diterima sepanjang memenuhi penilaian yang telah ditetapkan.
alawi- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 6
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 05.02.13
Reputation : 0
Similar topics
» syiah imamiyah
» asal usul syiah
» syiah dan al quran
» Syiah ditinjau dari Al Qur'an
» syiah dan tradisi taqiyyah
» asal usul syiah
» syiah dan al quran
» Syiah ditinjau dari Al Qur'an
» syiah dan tradisi taqiyyah
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik