pro kontra pembakaran Dupa dan kemenyan dalam ajaran kristen
Halaman 1 dari 1 • Share
pro kontra pembakaran Dupa dan kemenyan dalam ajaran kristen
Yang membolehkan :
Gereja Pentakosta:
Saksi Jehova
yang melarang:
Protestan
Gereja Pentakosta:
Keluaran 30: 7-8, 34-38
Keluaran 37: 29
Ayat 34 : Ukupan wangi-wangian atau rempah-rempah berbau harum terdiri dari:
getah damar (getah mur)
kulit lokan (lawang)
getah rasamala
kemenyan asli (warnanya putih)
1. Getah damar (getah mur)
Arti haraviah dari perkataan tersebut di dalam bahasa Gerika/Yunani adalah “segala sesuatu yang menetes”, dan memang getah damar yang murni keluar dari batang pohonnya bagaikan air mata yang menetes.
Sedangkan arti perkataan damar atau mur dalam bahasa Ibrani adalah “pahit”.
Memang damar atau mur memiliki rasa pahit.
Sifat atau pekerjaannya menghentikan dan digunakan sebagai alat perangsang; memiliki bau harum yang kuat dan sangat berharga.
Kejadian 37:25 = merupakan barang dagangan yang berharga.
Matius 2:11 = merupakan hadiah yang berharga.
PENGERTIAN ROHANINYA
Menunjuk pada darah Kristus, yang menetes dari luka-lukanya (menunjuk MUR) jika dihubungkan dengan dosa-dosa kita, maka darahNya yang menetes ini adalah hasil dari penderitaan atau sengsara yang pahit, tetapi berbau harum jika menyangkut kelepasan dan penyucian kita, juga berkuasa menghentikan dosa-dosa kita serta melenyapkan rasa derita yang disebabkan oleh dosa.
I Petrus 1:18-19 = Ia berharga atau mahal.
Kelepasan atau ketebusan kita oleh darahNya adalah sangat berharga atau sangat mahal.
Korban Kristus harus menjadi dasar/alasan dari penyembahan kita!
2. Kulit lokan (lawang).
Ini merupakan sejenis kulit kerang, yang jika dibakar menyebabkan bau harum yang kuat, selain digunakan sebagai obat.
Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
digiling atau ditumbuk sampai halus (ayat 36)
dibakar
setelah digiling/ditumbuk dan dibakar, baru mengeluarkan bau yang harum.
PENGERTIAN ROHANINYA
Ini menunjuk pada wujud Kristus yang dihancurkan pada kayu salib, dihabiskan oleh api penghukuman Allah, namun berbau harum bagi Allah (Efesus 5:1-2).
Kita harus ada hubungan = persekutuan dengan Kristus yang sudah menderita sedemikian di dalam doa kita, ini membawa kita pada pengalaman untuk memandang dan menyembahNya, sebagai korban persembahan kita yang dituntut oleh Allah (Roma 12:1-2).
Hal ini merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit “egoisme” (mengutamakan kepentingan diri) dan melawan watak tabiat lama yang menuruti kemauan sendiri.
3. Getah rasamala
Ini adalah tumbuh-tumbuhan semak belukar, yang mengandung damar berwarna putih dan memiliki kuasa menyembuhkan; memiliki rasa pahit, namun berbau harum.
(Rasamala artinya : “diperuntukkan bagi bau yang harum”).
Demikian pula doa:
pahit rasanya bagi daging
berbau harum bagi jiwa
berkuasa (sehat) bagi roh
4. Kemenyan
Artinya “putih”.
Kemenyan yang berwarna putih adalah yang “terbaik”.
Dipakai untuk mempersembahkan korban atau untuk minyak wangi (parfum).
I K H T I S A R :
Ukupan wangi-wangian berbicara tentang Kristus di dalam penyerahanNya yang sepenuh sampai dihancurkan dan dihabiskan (dalam deritanya), namun bagi Allah sekaligus merupakan bau harum kemenyan yang murni dan mahal (berharga)!
Penyembahan adalah persekutuan dengan Kristus yang sudah menderita sedemikian di dalam dosa, sehingga kita diserap oleh wujudNya dan tenggelam sepenuhnya didalam kasihNya!
Keluaran 30:35 Ukupan yang dicampur (digarami), murni dan suci artinya penyembahan yang tepat itu memberi semangat dan menyedapkan bagi kehidupan rohani serta menolak pekerjaan dosa dan menjadikan rohani kita murni baik batiniah maupun lahiriah!
Keluaran 30:7-8 Membakar ukupan wangi-wangian tiap-tiap pagi dan tiap-tiap senja.
Tiap pagi untuk sepanjang hari dan tiap senja untuk sepanjang malam, dengan lain kata, doa itu harus selalu/senantiasa dipanjatkan kepada Allah, baik doa pribadi setiap anak Tuhan maupun doa segenap sidang jemaat.
Ayat 9a : Jangan ada ukupan lain atau ukupan asing!
Tidak diperbolehkan menggunakan api asing, atau membakar ukupan asing = DOA itu harus bermotif (berpangkal tolak) yang murni.
Bacalah : Yohanes 4:23; Yesaya 1:13; Wahyu 18:13, yaitu ukupan dan kemenyan dari Babil.
Jadi dalam penyembahan tidak boleh berlaku:
keinginan daging
hal yang tidak benar (dusta, tipu dan dosa)
nafsu kepentingan diri
kehormatan dan kebanggaan diri
api (semangat) dan kemampuan diri
tradisi dan kebiasaan
api s*t*n!
Melainkan penyembahan harus merupakan doa yang murni dan hasil dari penyucian dan hanya terarah kepada Allah! (Wahyu 19:10 – Sembahlah Allah!
Ayat 9 : Jangan ada persembahan korban dan korban sajian.
Ini artinya ketentuan-ketentuan dasar hukum Taurat tidak harus berlaku, karena hal ini melemahkan (mematikan) kehidupan doa!
Doa itu tidak harus terikat, melainkan Roh Elkudus harus sepenuhnya dan leluasa bekerja. Doa itu bukan suatu keharusan, bukan suatu kewajiban yang berat, melainkan suatu penyembahan yang suka rela!
sumber: http://www.gptkk.org/tabernakel_mezbah+dupa+emas.html#.UKF-nphjDAE
Saksi Jehova
”PARA dewa menyukai wewangian.” Itulah pernyataan yang umum di kalangan orang Mesir zaman dahulu. Bagi mereka, pembakaran dupa merupakan bagian yang sangat penting dari ibadat mereka. Karena percaya bahwa dewa-dewi ada di dekat mereka, orang Mesir membakar dupa setiap hari di kuil dan di meja sembahyang dalam rumah mereka dan bahkan sewaktu berbisnis. Bangsa-bangsa lain memiliki kebiasaan yang serupa.
Apakah dupa itu? Istilah ini dapat memaksudkan asap atau bahan yang dibakar. Dupa terbuat dari damar dan getah pohon yang wangi, seperti kemenyan dan balsam. Bahan-bahan ini ditumbuk menjadi serbuk dan sering kali dicampur dengan bahan-bahan seperti rempah, kulit kayu, dan bunga sehingga menghasilkan wewangian tertentu untuk penggunaan khusus.
Pada zaman dahulu, dupa adalah komoditas yang sangat dicari-cari dan oleh karena itu harganya mahal sehingga bahan dasarnya menjadi barang dagangan yang penting. Kafilah-kafilah yang menempuh jalur perdagangan membawa barang-barang ini dari negeri-negeri yang jauh. Saudara mungkin mengingat bahwa putra Yakub yang masih muda, Yusuf, dijual kepada para pedagang keturunan Ismael yang ”datang dari Gilead, dan unta-unta mereka mengangkut getah labdanum, balsam, dan kulit kayu bergetah, dalam perjalanan untuk membawanya ke Mesir”. (Kejadian 37:25) Permintaan akan dupa menjadi begitu besar sehingga jalur perdagangan kemenyan, yang pasti diprakarsai oleh para pedagang dupa, membuka rute perjalanan antara Asia dan Eropa.
Dewasa ini, dupa masih dipersembahkan dalam perayaan dan ritus banyak agama. Selain itu, semakin banyak orang memilih untuk membakar dupa di rumah mereka sekadar untuk menikmati aromanya yang menyenangkan. Bagaimana orang Kristen hendaknya memandang pembakaran dupa? Apakah hal ini diperkenan Allah dalam ibadat? Marilah kita selidiki apa yang Alkitab katakan tentang hal ini.
”Sesuatu yang Kudus bagi Yehuwa”
Di kalangan orang Israel zaman dahulu, pembakaran dupa sangat menonjol dalam tugas keimaman di tabernakel. Cyclopedia karya McClintock dan Strong menyatakan, ”Sesungguhnya, bagi orang Ibrani, pembakaran dupa benar-benar merupakan tindakan penyembahan atau persembahan kudus sampai-sampai kita tidak pernah membaca tentang penggunaan lain apa pun selain untuk itu di antara mereka.”
Allah Yehuwa menetapkan empat bahan dasar untuk dicampur dan dibakar di tabernakel, ”Ambillah wewangian: tetesan getah rasamala, dupa wangi, damar galbanum wangi, dan kemenyan murni. Masing-masing sama jumlahnya. Itu harus kaubuat menjadi dupa, campuran rempah-rempah, buatan seorang pembuat minyak rempah, digarami, murni, sesuatu yang kudus. Lalu engkau harus menumbuk sebagian darinya menjadi serbuk halus dan menaruh sebagian darinya di depan Kesaksian di kemah pertemuan.” (Keluaran 30:34-36) Para pakar memperkirakan bahwa bahan-bahan lain belakangan ditambahkan oleh para rabi Yahudi untuk penggunaan di bait.
Dupa yang dibakar di tabernakel bersifat suci, digunakan secara eksklusif dalam ibadat kepada Allah. Yehuwa memerintahkan, ”Dupa yang akan kaubuat dengan campuran ini, tidak boleh kamu buat untuk dirimu sendiri. Bagimu ini akan tetap menjadi sesuatu yang kudus bagi Yehuwa. Barang siapa membuat dupa yang seperti ini untuk menikmati baunya harus dimusnahkan dari antara bangsanya.” (Keluaran 30:37, 38) Di atas mezbah yang dikhususkan, para imam membakar dupa dua kali sehari. (2 Tawarikh 13:11) Pada Hari Pendamaian, imam besar membakar dupa di ruang Mahakudus.—Imamat 16:12, 13.
Tidak semua persembahan dupa diperkenan Allah. Ia menghukum orang-orang bukan imam yang dengan lancang mempersembahkannya seolah-olah mereka adalah imam. (Bilangan 16:16-18, 35-40; 2 Tawarikh 26:16-20) Dupa yang dipersembahkan oleh bangsa Yahudi menyakiti hati Yehuwa sewaktu mereka pada saat yang sama mengadakan kegiatan ibadat palsu dan memenuhi tangan mereka dengan pertumpahan darah. Kemunafikan mereka menyebabkan Yehuwa menyatakan, ”Dupa—itu merupakan sesuatu yang memuakkan bagiku.” (Yesaya 1:13, 15) Orang Israel menjadi sedemikian masa bodohnya dalam ibadat yang ditetapkan bagi Yehuwa sampai-sampai mereka menutup bait dan membakar dupa di mezbah yang lain. (2 Tawarikh 28:24, 25) Bertahun-tahun kemudian, dupa yang kudus bahkan digunakan dalam ibadat yang bejat kepada allah-allah palsu. Praktek seperti itu merupakan pemberontakan melawan Allah.—Yehezkiel 16:2, 17, 18.
Dupa dan Orang Kristen Masa Awal
Perjanjian Hukum, termasuk ketetapan bagi imam untuk mempersembahkan dupa yang kudus, berakhir ketika Kristus mengesahkan perjanjian baru pada tahun 33 M. (Kolose 2:14) Tidak ada catatan bahwa orang Kristen masa awal membakar dupa untuk tujuan keagamaan. Mengenai hal ini, Cyclopedia karya McClintock dan Strong mengatakan, ”Pastilah, dupa tidak digunakan [oleh orang Kristen masa awal]. Sebenarnya, penggunaan dupa merupakan ciri kekafiran . . . Beberapa butir dupa yang dilemparkan oleh seorang penyembah ke atas mezbah kafir merupakan tindakan ibadat.”
Orang Kristen masa awal juga menolak membakar dupa untuk mengakui ”keilahian” kaisar Romawi, meskipun hal itu berarti mempertaruhkan nyawa mereka. (Lukas 4:8; 1 Korintus 10:14, 20) Mengingat dupa berkaitan dengan penyembahan berhala pada masa itu, tidaklah mengherankan bahwa orang Kristen masa awal bahkan tidak mau terlibat dalam perdagangan dupa.
Pembakaran Dupa Dewasa Ini
Bagaimana dupa digunakan dewasa ini? Di banyak gereja Susunan Kristen, dupa dipersembahkan dalam upacara dan liturgi. Di kalangan orang Asia, banyak keluarga membakar dupa di kuil atau di depan meja sembahyang keluarga untuk menghormati dewa-dewi mereka dan melindungi orang mati. Dalam upacara keagamaan, dupa telah digunakan untuk mengasapi, menyembuhkan, memurnikan, dan melindungi.
Baru-baru ini, dupa telah populer lagi bahkan di antara orang-orang yang mengaku tidak beragama. Beberapa orang membakar dupa sewaktu bermeditasi. Sebuah buku panduan menyarankan penggunaan dupa untuk mencapai ”tingkat kesadaran yang misterius” dan ”energi” yang melampaui dunia fisik. Guna menemukan solusi untuk problem kehidupan, buku itu juga merekomendasikan ritus pembakaran dupa yang mencakup kontak dengan ”makhluk supernatural”. Apakah praktek seperti itu patut bagi orang Kristen?
Yehuwa dengan tegas mengutuk orang-orang yang mencoba mencampuradukkan praktek-praktek agama palsu dengan ibadat murni. Rasul Paulus mengutip nubuat Yesaya dan menerapkannya pada orang Kristen, mendesak mereka agar tetap bebas dari pengaruh najis agama palsu. Ia menulis, ” ’Keluarlah dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu,’ kata Yehuwa, ’dan berhentilah menyentuh perkara yang najis’ ”; ” ’dan aku akan menerima kamu.’ ” (2 Korintus 6:17; Yesaya 52:11) Orang Kristen sejati waspada untuk menghindari apa pun yang berkaitan dengan ibadat palsu atau ilmu gaib.—Yohanes 4:24.
Apakah fakta bahwa dupa digunakan dalam perayaan keagamaan dan dalam spiritisme berarti bahwa semua pembakaran dupa salah? Belum tentu demikian. Barangkali seseorang ingin membakar dupa sebagai wewangian di rumahnya sekadar untuk menikmati aromanya yang menyenangkan. (Amsal 27:9) Meskipun demikian, sebelum memutuskan untuk membakar dupa, seorang Kristen hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Apakah orang-orang lain di tempat tinggal Saudara menghubungkan penggunaan dupa dengan praktek agama palsu? Di lingkungan Saudara, apakah dupa sering kali dikaitkan dengan ritus spiritisme? Atau, apakah dupa umum digunakan untuk tujuan nonreligius?
Jika seseorang memilih untuk membakar dupa, keputusannya hendaknya didasarkan atas pertimbangan hati nuraninya sendiri dan juga perasaan orang-orang lain. (1 Korintus 10:29) Kata-kata rasul Paulus kepada orang Roma berlaku. Ia menulis, ”Biarlah kita mengejar hal-hal yang menghasilkan perdamaian dan hal-hal yang membina bagi satu sama lain. Berhentilah meruntuhkan pekerjaan Allah hanya demi makanan. Memang, segala sesuatu halal, tetapi celakalah orang yang makan dalam situasi yang dapat menimbulkan sandungan. Adalah baik untuk tidak makan daging atau minum anggur atau melakukan apa pun yang karena hal itu saudaramu tersandung.”—Roma 14:19-21.
Doa-Doa yang ”Dipersiapkan seperti Dupa”
Persembahan dupa di antara bangsa Israel merupakan lambang yang cocok untuk doa yang didengar Allah. Itulah sebabnya, pemazmur Daud bernyanyi bagi Yehuwa, ”Kiranya doaku dipersiapkan seperti dupa di hadapanmu.”—Mazmur 141:2.
Orang Israel yang setia tidak memandang persembahan dupa sebagai ritus yang hampa. Mereka sangat teliti mempersiapkan dan membakar dupa dengan cara yang ditetapkan Yehuwa. Dewasa ini, orang Kristen tidak menggunakan dupa harfiah, tetapi mempersembahkan doa yang mencerminkan penghargaan serta respek yang dalam kepada Bapak surgawi kita. Seperti halnya dupa berbau harum yang dipersembahkan oleh para imam di bait, Firman Allah meyakinkan kita, ”Doa orang-orang yang lurus hati adalah kesenangan baginya.”—Amsal 15:8.
http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/2003406
yang melarang:
Protestan
Kenapa selalu saja mencampur-adukkan persoalan kebudayaan dgn persoalan kagamaan. Misalkan masalah , Hio atau dupa. Itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan penyembahan s*t*n. Ini adalah hanya system cara mereka yg pecaya agama tridarma melakukan sembayangnya. Orang kristen sembayang dengan berlutut dan tangan menyembah – itulah cara orang Kristen . Para pemeluk kejawen memakai menyan dan duduk bersama diatas tikar.
Untuk yang ingin tahu kenapa gereja kristen melarangnya. Ini dilarang oleh karena gereja Katolik didalam upacara misanya selalu memakai dupa. Sewaktu terjadi Reformasi Protestan , dan pecah dari gereja Katolik dalam abad 15 , mereka menerima penta sola sebagai dogma kristen, dan juga melarang umat mereka memakai kebiasaan Katolik dalam gereja mereka, misalkan altar, patung dan dupa. Mereka juga menentang hirarki dari Roma / Vatican. Jadi tidak ada ayat didalam injil sama sekali yang menyatakan demikian. Jadi jangan salah paham, umat Katolik boleh memegang hio dan menghormati orang tua mereka. Memang orang kristen dilarang dan yang muslim kalau kejawen yah juga tidak dilarang.
Berdasarkan pentasola dogma yang dipertahankan oleh yang beragama Kristen Protestan maka mereka berpendapatan bahwa siapa yang tidak dibaptis semua akan masuk neraka sama seperti yangg tidak disunat utk yang Islam. Pendeta-pendeta di Indonesia mungkin sudah semua percaya teguh pentasola [Pancasola] dan melakukan segala macem larangan yg di-introduksi oleh Belanda. [Orang kristen di Amerika Serikat banyak yang membakar dupa/hio dirumah mereka]. Untuk umat Kristen pembakaran menyan juga dilarang, ini semua adalah pendapat dan indoktrinasi dari sipenjajah Belanda . Jesus waktu lahir dihadiahkan menyan oleh tiga majus dari timur.
Ini adalah forum kebudayaan Tionghoa dan persoalan semacem ini pantes untuk dibicarakan agar kesalahpahaman dihilangkan. Ditempat ini bukan tempatnya utk melecehkan agama lain, vice versa . Memang oleh yang beragama Kristen terutama yang menerimanya dari pendeta Belanda, segala yang dilakukan inlander [bumiputera] dan apa yg dilakukan suku Tionghoa atau Arab/India adalah perbuatan bangsa budak dan tidak patut dipertahankan. Orang kulit putih tidak melakukan penyembahan s*t*n dengan menyan dan hio. Mereka kelas terpilih dan semua dibaptis dan ditanggung masuk surga. Bangsa budak semua bakal masuk neraka dan tidak patut dipandang.
http://iccsg.wordpress.com/2011/01/18/i-love-my-god-i-love-my-culture/
darussalam- Co-Administrator
-
Posts : 411
Kepercayaan : Islam
Location : Brunei Darussalam
Join date : 25.11.11
Reputation : 10
Re: pro kontra pembakaran Dupa dan kemenyan dalam ajaran kristen
nambahin gambar gan
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: pro kontra pembakaran Dupa dan kemenyan dalam ajaran kristen
sekilasinfo
Wahyu 8:
3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
4 Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Wahyu 8:
3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
4 Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Similar topics
» kebiasaan orang kejawen: membakar dupa dan kemenyan di samping jenazah
» Yoga dalam perspektif ajaran kristen
» Inikah ajaran kasih Kristen???
» Ajaran YESUS vs ajaran KRISTEN
» Asal Muasal Dongeng Nenek Sihir & Pembakaran Tukang Sihir dalam Sejarah
» Yoga dalam perspektif ajaran kristen
» Inikah ajaran kasih Kristen???
» Ajaran YESUS vs ajaran KRISTEN
» Asal Muasal Dongeng Nenek Sihir & Pembakaran Tukang Sihir dalam Sejarah
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik