Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
FORUM LASKAR ISLAM :: PERBANDINGAN AGAMA :: FORUM LINTAS AGAMA :: Menjawab Fitnah, Tuduhan & Misunderstanding
Halaman 1 dari 2 • Share
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Keaslian Al-Quran justru lebih mudah dipastikan secara logika ketimbang secara pemahanan alam ghaib. Dan logikanya sangat sederhana, karena cukup menerima fakta nyata.
Untuk memastikan keaslian Al-Quran yang ada di tangan kita, bahwa dia benar-benar Al-Quran yang turun kepada nabi Muhammad SAW 14 abad yang lampau, kita bisa melakukan serangkaian tes dan pengujian.
Mari kita ambil 5 orang anak usia 10-an tahun dari 5 benua yang berbeda. Dengan syarat, anak-anak itu sudah pernah belajar membaca Al-Quran. Syarat kedua, anak-anak itu tidak saling kenal. Lalu kepada mereka kita minta untuk membaca surat Al-Fatihah bersama-sama. Maka kita akan mendengarkan bacaan yang sama dari mereka. Panjang pendeknya huruf, idgham dan ikhfa'nya, serta makhrajnya, semua akan sama dan berpadu indah.
Sekarang mari lakukan pada 5 anak lain yang beragama kristen. Dari 5 benua yang berbeda, lalu kita minta mereka membaca satu ayat saja dari Bible yang mereka punya. Maka kita akan mendengar kebisingan, karena masing-masing akan membaca ayat itu dengan cara berbeda-beda.
Dan lakukan terus dengan 5 anak lagi, kali ini dengan agama lain, misalnya Hindu, Budha, Shinto. Konghucu dan seterusnya. Maka yang kita dengar hanya kebisingan saja. Sebab ternyata masing-masing anak itu membaca bacaan yang sama sekali berbeda.
Percobaan sederhana ini sudah dengan mudah membuktikan bahwa Al-Quran sampai hari ini tidak pernah mengalami pemalsuan. Bahkan panjang pendeknya tiap-tiap huruf tetap sama, meski yang membacanya anak dari benua Afrika, Eropa, Australia, Asia atau Amerika.
Sebab penyebaran Al-Quran bukan hanya lewat cetakan mushaf, melainkan lewat oral system. Atau talaqqi dari Nabi Muhammad SAW kepada para shahabat, lalu dari para shahabat kepada para tabi'in, terus ke para tabi'it tabi'in. Dan terus menerus bersambung sampai kepada kita hari ini.
Ternyata selama ini banyak umat Islam yang belum tahu, bahwa setiap qari' (ahli baca quran) punya ijazah dari gurunya. Dan kalau diurutkan, akan terbentuk sebuah silsilah panjang yang akan berujung kepada Rasulullah SAW. Dan pola ini hanya ada di dalam dunia Islam, tidak akan kita temukan di agama lain.
Dan juga tidak banyak yang tahu, bahwa Al-Quran adalah satu-satunya buku di dunia ini yang dihafal luar kepala oleh ratusan juta umat manusia. Sementara Paus di Roma belum pernah kita dengar menghafal luar kepala Biblenya itu. Demikian juga, kita belum pernah mendengar ada pemuka agama apa pun di dunia ini yang pernah menghafal luar kepala kitab sucinya.
Yang menarik, tidak ada satu pun terjadi perbedaan bacaannya. Bila seorang imam shalat salah baca satu ayat Quran, maka semua makmum akan langsung meralat dan membetulkannya. Sehingga kita boleh bilang bahwa sebenarnya kita tidak perlu lagi dengan cetakan AL-Quran, karena sudah dihafal luar kepala oleh ratusan juta manusia.
Bahkan anak-anak usia 10 tahunan di berbagai belahan dunia Islam sudah menghafal 6000-an ayat luar kepala. Ini bukan ceria hayal, melainkan realita. Di negeri kita ada banyak pesantren yang juga mengajarkan hafal Quran, salah satunya Pesantren Yanbu'ul Quran di Kudus, Jawa Tengah. Di pesantren ini, anak kelas 1 SD ditergetkan menghafal 5 juz, kelas 2 10 juz, kelas 3 menghafal 15 juz, kelas 4 menghafal 20 juz, kelas 5 menghafal 25 juz dan kelas 6 menghafal 30 juz. Jadi begitu lulus SD (12 tahun) 30 juz Al-Quran sudah ada di dalam memori otak mereka.
Belum pernah ada sebuah kitab suci di dunia yang bisa dihafal oleh anak SD. Tetapi di Kudus, tiap tahun di wisuda anak-anak SD dengan 30 juz di dalam kepalanya.
Sebenarnya masih banyak bukti-bukti sederhana yang memastiakan bahwa Al-quran adalah kitab suci dari Allah SWT yang asli dan tidak bisa dipalsukan. Namun sementara, ini saja dulu yang bisa kami sampaikan.
Wallahu a'lam bishshawab
Untuk memastikan keaslian Al-Quran yang ada di tangan kita, bahwa dia benar-benar Al-Quran yang turun kepada nabi Muhammad SAW 14 abad yang lampau, kita bisa melakukan serangkaian tes dan pengujian.
Mari kita ambil 5 orang anak usia 10-an tahun dari 5 benua yang berbeda. Dengan syarat, anak-anak itu sudah pernah belajar membaca Al-Quran. Syarat kedua, anak-anak itu tidak saling kenal. Lalu kepada mereka kita minta untuk membaca surat Al-Fatihah bersama-sama. Maka kita akan mendengarkan bacaan yang sama dari mereka. Panjang pendeknya huruf, idgham dan ikhfa'nya, serta makhrajnya, semua akan sama dan berpadu indah.
Sekarang mari lakukan pada 5 anak lain yang beragama kristen. Dari 5 benua yang berbeda, lalu kita minta mereka membaca satu ayat saja dari Bible yang mereka punya. Maka kita akan mendengar kebisingan, karena masing-masing akan membaca ayat itu dengan cara berbeda-beda.
Dan lakukan terus dengan 5 anak lagi, kali ini dengan agama lain, misalnya Hindu, Budha, Shinto. Konghucu dan seterusnya. Maka yang kita dengar hanya kebisingan saja. Sebab ternyata masing-masing anak itu membaca bacaan yang sama sekali berbeda.
Percobaan sederhana ini sudah dengan mudah membuktikan bahwa Al-Quran sampai hari ini tidak pernah mengalami pemalsuan. Bahkan panjang pendeknya tiap-tiap huruf tetap sama, meski yang membacanya anak dari benua Afrika, Eropa, Australia, Asia atau Amerika.
Sebab penyebaran Al-Quran bukan hanya lewat cetakan mushaf, melainkan lewat oral system. Atau talaqqi dari Nabi Muhammad SAW kepada para shahabat, lalu dari para shahabat kepada para tabi'in, terus ke para tabi'it tabi'in. Dan terus menerus bersambung sampai kepada kita hari ini.
Ternyata selama ini banyak umat Islam yang belum tahu, bahwa setiap qari' (ahli baca quran) punya ijazah dari gurunya. Dan kalau diurutkan, akan terbentuk sebuah silsilah panjang yang akan berujung kepada Rasulullah SAW. Dan pola ini hanya ada di dalam dunia Islam, tidak akan kita temukan di agama lain.
Dan juga tidak banyak yang tahu, bahwa Al-Quran adalah satu-satunya buku di dunia ini yang dihafal luar kepala oleh ratusan juta umat manusia. Sementara Paus di Roma belum pernah kita dengar menghafal luar kepala Biblenya itu. Demikian juga, kita belum pernah mendengar ada pemuka agama apa pun di dunia ini yang pernah menghafal luar kepala kitab sucinya.
Yang menarik, tidak ada satu pun terjadi perbedaan bacaannya. Bila seorang imam shalat salah baca satu ayat Quran, maka semua makmum akan langsung meralat dan membetulkannya. Sehingga kita boleh bilang bahwa sebenarnya kita tidak perlu lagi dengan cetakan AL-Quran, karena sudah dihafal luar kepala oleh ratusan juta manusia.
Bahkan anak-anak usia 10 tahunan di berbagai belahan dunia Islam sudah menghafal 6000-an ayat luar kepala. Ini bukan ceria hayal, melainkan realita. Di negeri kita ada banyak pesantren yang juga mengajarkan hafal Quran, salah satunya Pesantren Yanbu'ul Quran di Kudus, Jawa Tengah. Di pesantren ini, anak kelas 1 SD ditergetkan menghafal 5 juz, kelas 2 10 juz, kelas 3 menghafal 15 juz, kelas 4 menghafal 20 juz, kelas 5 menghafal 25 juz dan kelas 6 menghafal 30 juz. Jadi begitu lulus SD (12 tahun) 30 juz Al-Quran sudah ada di dalam memori otak mereka.
Belum pernah ada sebuah kitab suci di dunia yang bisa dihafal oleh anak SD. Tetapi di Kudus, tiap tahun di wisuda anak-anak SD dengan 30 juz di dalam kepalanya.
Sebenarnya masih banyak bukti-bukti sederhana yang memastiakan bahwa Al-quran adalah kitab suci dari Allah SWT yang asli dan tidak bisa dipalsukan. Namun sementara, ini saja dulu yang bisa kami sampaikan.
Wallahu a'lam bishshawab
Wong Edan- SERSAN SATU
-
Posts : 136
Location : Surga
Join date : 10.09.12
Reputation : 4
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Pertanyaan sederhana dulu.
Logika yang mana, atau seperti apa, yang menalarkan bahwa sesuatu hanya karena dibuktikan tidak berubah, adalah asli.
Perkamen laut mati, membuktikan bahwa kitab2 Yahudi dalam bahasa asli yang sekarang ini terdapat di dalam Alkitab, tidak berubah sejak abad pertama dengan diketemukannya kitab dengan bahasa asli yang isinya persis sama dari abad tersebut.
Dengan demikian, dengan cara berbeda, kitab2 Yahudi dibuktikan "tidak berubah"... Yang artinya juga, tidak berubahnya kitab2 Yahudi juga melewati rentang waktu lebih panjang dari AlQuran. Apakah dengan demikian, muslim pun mau mengakui bahwa kitab2 Yahudi di dalam Alkitab, adalah asli?
Harap jangan salah menangkap maksud saya membawa2 kitab Yahudi. Saya tidak membahas kitab Yahudi di sini. Tetapi ingin mengikuti topik anda tentang keaslian AlQuran. Saya membawa kitab Yahudi hanya sebagai test case dari logika dan pernyataan anda apabila diaplikasikan ke kasus berbeda.
Logika yang mana, atau seperti apa, yang menalarkan bahwa sesuatu hanya karena dibuktikan tidak berubah, adalah asli.
Perkamen laut mati, membuktikan bahwa kitab2 Yahudi dalam bahasa asli yang sekarang ini terdapat di dalam Alkitab, tidak berubah sejak abad pertama dengan diketemukannya kitab dengan bahasa asli yang isinya persis sama dari abad tersebut.
Dengan demikian, dengan cara berbeda, kitab2 Yahudi dibuktikan "tidak berubah"... Yang artinya juga, tidak berubahnya kitab2 Yahudi juga melewati rentang waktu lebih panjang dari AlQuran. Apakah dengan demikian, muslim pun mau mengakui bahwa kitab2 Yahudi di dalam Alkitab, adalah asli?
Harap jangan salah menangkap maksud saya membawa2 kitab Yahudi. Saya tidak membahas kitab Yahudi di sini. Tetapi ingin mengikuti topik anda tentang keaslian AlQuran. Saya membawa kitab Yahudi hanya sebagai test case dari logika dan pernyataan anda apabila diaplikasikan ke kasus berbeda.
Foxhound- SERSAN MAYOR
-
Posts : 612
Kepercayaan : Protestan
Location : Jakarta
Join date : 28.09.12
Reputation : 57
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
quran memang asli...
bikinan usman
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
@TS
Lebih sederhana lagi kalau kita mempunyai rekaman aslinya karena manusia biasa tidak luput dari lupa.
Lebih sederhana lagi kalau kita mempunyai rekaman aslinya karena manusia biasa tidak luput dari lupa.
betoro- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 4
Location : Malang
Join date : 02.10.12
Reputation : 0
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
novel harry potter juga asli dari part 1 sampe part 7
logika??lol
logika??lol
Uriel- SERSAN MAYOR
-
Posts : 415
Location : bandung
Join date : 01.07.12
Reputation : 9
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
iya yah, sampe ad versi indonesianya :gul
janganbilangbilang- SERSAN MAYOR
-
Age : 78
Posts : 507
Kepercayaan : Islam
Location : Sulawesi
Join date : 09.04.12
Reputation : 8
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Mari kita ambil 5 orang anak usia 10-an tahun dari 5 benua yang berbeda. Dengan syarat, anak-anak itu sudah pernah belajar membaca Al-Quran. Syarat kedua, anak-anak itu tidak saling kenal. Lalu kepada mereka kita minta untuk membaca surat Al-Fatihah bersama-sama. Maka kita akan mendengarkan bacaan yang sama dari mereka. Panjang pendeknya huruf, idgham dan ikhfa'nya, serta makhrajnya, semua akan sama dan berpadu indah.
akan berbeda pembacaannya jika kita suruh mereka baca surat al-qasas ayat 48, dimana org2 spt di indonesia akan melafalkan "sihraani" (Quran versi hafs), sementara org2 di sekitar Algeria, Morocco, Afrika barat dan Sudan akan melafalkan "saahiraani" (quran versi warsh).
Dengan demikian gagal-lah metode pengujian keaslian quran berdasarkan kesamaan dlm pembacaannya. Sehingga terbukti quran tidak asli lagi.
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
aliumar wrote:Mari kita ambil 5 orang anak usia 10-an tahun dari 5 benua yang berbeda. Dengan syarat, anak-anak itu sudah pernah belajar membaca Al-Quran. Syarat kedua, anak-anak itu tidak saling kenal. Lalu kepada mereka kita minta untuk membaca surat Al-Fatihah bersama-sama. Maka kita akan mendengarkan bacaan yang sama dari mereka. Panjang pendeknya huruf, idgham dan ikhfa'nya, serta makhrajnya, semua akan sama dan berpadu indah.
akan berbeda pembacaannya jika kita suruh mereka baca surat al-qasas ayat 48, dimana org2 spt di indonesia akan melafalkan "sihraani" (Quran versi hafs), sementara org2 di sekitar Algeria, Morocco, Afrika barat dan Sudan akan melafalkan "saahiraani" (quran versi warsh).
Dengan demikian gagal-lah metode pengujian keaslian quran berdasarkan kesamaan dlm pembacaannya. Sehingga terbukti quran tidak asli lagi.
Udah pernah dibahas sepertinya, masalah 7 versi logat Quran.
Perlu dicari dulu.
Lagipula mumpung banyak ahlinya disini.
EbisuSensei- LETNAN SATU
-
Posts : 2734
Kepercayaan : Islam
Location : Indonesia
Join date : 27.12.11
Reputation : 24
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
EbisuSensei wrote:
Udah pernah dibahas sepertinya, masalah 7 versi logat Quran.
Perlu dicari dulu.
Lagipula mumpung banyak ahlinya disini.
ijasah palsu
kalau dibacanya sama, jadi asli
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Mengenal Sab’ah Ahruf dalam Al-Qur’an
Telah menjadi ijma’ di kalangan para ulama bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan membawa sab’ah ahruf (tujuh huruf) berdasarkan hadist-hadist sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun mereka berbeda pendapat mengenai makna sab’ah ahruf tersebut. Berikut ini uraian mengenai masalah tersebut serta perbedaan antara ahruf dan qiroat.
Definisi Ahrufus Sab’ah
Kata ahruf adalah bentuk jamak (plural) dari kata harf (huruf) yang secara bahasa berarti ujung, pinggir, puncak atau perbatasan. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada pada harf.”
(QS. Al-Hajj: 11) Yaitu berada di tepi atau batas terluar keyakinan,
maksudnya adalah berada dalam keragu-raguan. Jika mendapatkan kesenangan mereka tetap beriman, namun jika mendapatkan kesusahan mereka kembali kepada kekafiran. (Tafsir Ath-Thobari)
Adapun terkait hadits-hadits tentang tujuh ahruf, para ulama berbeda pendapat mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan kata “ahruf” tersebut. Sebagian ulama menafsirkannya dengan logat (dialek bahasa). Jadi, maknanya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh logat di antara logat-logat kabilah Arab. Ini adalah pendapat Al-Fairuzabadi (penulis kamus Al-Muhith).
Ulama lain menafsirkan kata ahruf dengan ragam bacaan.
Jadi, Al-Qur’an mengakomodir tujuh ragam bacaan di dalamnya. Namun
bukan berarti setiap kata atau ayat dibaca dengan tujuh ragam bacaan.
Akan tetapi, seluruh perbedaan yang terdapat dalam tatacara membaca Al-Qur’an itu tidak keluar dari tujuh ragam bacaan tersebut. Misalnya kata “maliki yaumiddin” (QS. Al-Fatihah: 4), telah diriwayatkan bahwa kata itu memiliki tujuh hingga sepuluh ragam bacaan, begitu juga kata “wa ‘abadat thoghut” (QS. Al-Maidah: 60) juga diriwayatkan memiliki ragam bacaan sampai dua puluh dua. Bahkan kata “uff” diriwayatkan memiliki ragam bacaan sampai tiga puluh tujuh ragam. Akan tetapi, semua ragam bacaan itu tidak keluar dari tujuh ahruf yang dimaksud dalam hadits-hadits nabawi. Semua itu menunjukkan bahwa makna diturunkan dengan tujuh ahruf adalah dengan mengakomodir tujuh ragam bacaan. Sebanyak apa pun cara membaca suatu kata dalam ayat tertentu, tidak akan keluar dari batas tujuh ragam bacaan ini.
Lalu, apa saja yang termasuk tujuh ragam bacaan tersebut? Apakah kata “tujuh” dalam hadits itu menunjukkan jumlah (yaitu angka yang berada di antara “enam” dan “delapan”), atau menunjukkan makna banyak?
Salah seorang ulama Al-Azhar, Syaikh Muhammad Abdul ’Azhim Al-Zarqani (w. 1367 H) menjelaskan masalah ini secara panjang lebar dalam kitabnya, Manahil Al-Irfan fie Ulum Al-Qur’an. Beliau menyebutkan tiga pendapat yang paling kuat dalam perbedaan pendapat ini lalu mengunggulkan salah satunya, yaitu pendapat
Imam Al-Razi. Menurut beliau, kata “tujuh” dalam hadits nabawi
menunjukkan jumlah, yaitu angka antara enam dan delapan, bukan
menunjukkan makna yang banyak.
Adapun ketujuh ragam bacaan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, ragam penyebutan kata benda (ism)
yaitu dalam bentuk tunggal (mufrad), ganda (mutsanna) dan plural
(jamak), atau pun dalam bentuk muzakkar (laki-laki) dan muannats
(perempuan). Misalnya dalam ayat yang berbunyi:
Dalam riwayat lain, kata (لِأَمَانَاتِهِمْ) dibaca (لِأَمَانَتِهِمْ) tanpa memanjangkan huruf nun yaitu dalam bentuk tunggal dari kata “amanah”.
Kedua, ragam tashrif al-af’al (tenses) dari bentuk madhi (past), mudhari’ (present) dan amr (perintah). Misalnya dalam ayat yang berbunyi:
Dalam riwayat lain, kata “rabbana” (رَبَّنَا) yang berupa munada dibaca dengan mendhammahkan huruf ba’ menjadi “rabbuna” (رَبُّنَا) yang berupa fa’il, kemudian kata “baa’id” (بَاعِدْ) yang berupa kata perintah dibaca dengan men-tasydidkan huruf ‘ain serta memfathahkannya bersama huruf dal menjadi “ba’ada” (بَعَّدَ) yaitu berupa kata kerja masa lampau (past).
Ketiga, ragam I’rab. Misalnya adalah ayat berikut:
Dalam riwayat lain, kata (يُضَارَّ) dibaca dengan mendhammahkan huruf ra’ (يُضَارُّ).
Dalam bacaan pertama (dengan memfathahkan ra’), maka I’rab huruf lam adalah nahiyah, sedangkan dalam bacaan kedua, huruf lam dii’rabkan dengan lam nafiyah.
Keempat, ragam penambahan maupun pengurangan. Contohnya adalah ayat berikut:
Dalam riwayat lain, dibaca seperti di bawah ini:
Yaitu tanpa kata (مَا خَلَقَ)
Kelima, ragam taqdim (mengawalkan) maupun ta’khir (mengakhirkan). Misalnya ayat berikut:
Keenam, ragam ibdal. Misalnya ayat berikut:
Dengan huruf zay, dibaca:
Dengan huruf ra’ pada kata (نُنْشِرُهَا).
Ketujuh, ragam logat,
yaitu tata cara membaca kata tertentu berdasarkan logat Arab seperti
fathah, imalah, taqlil dan sebagainya. Misalnya ayat berikut:
“Ataaka” (dengan fathah), dibaca “ateeka” (dengan imalah), begitu juga “musa” dibaca “muse” (dengan huruf e seperti dalam kata “enak”)
Demikianlah penjelasan mengenai makna ahrufus sab’ah atau tujuh ragam bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Seluruh riwayat tentang tata cara membaca kata tertentu dalam Al-Qur’an tidak akan keluar dari tujuh bentuk di atas.
Qiroatus Sab’i (Bacaan Tujuh)
Qiroat adalah bentuk jamak (plural) dari kata qiroah yang berarti bacaan (tilawah).[1] Adapun secara istilah, qiroat adalah ilmu tentang tata cara membaca lafal-lafal dalam Al-Qur’an beserta perbedaannya dengan merujuk kepada para penukilnya.
Qiroatus sab’ adalah tata cara membaca Al-Quran berdasarkan nukilan tujuh qurra’ ternama yaitu Nafi, Ibn Katsir, Abu Amr, Ibn Amir, ‘Ashim, Hamzah dan Al-Kisai.
Rukun-Rukun Qiroat Sahihah
Qiroat Sahihah adalah qiroat yang memenuhi rukun-rukunnya sehingga wajib diterima dan tidak boleh ditolak.
Rukun-rukun itu ada tiga:
1. Sesuai dengan kaidah-kaidah tata Bahasa Arab meskipun satu wajh.
2. Sesuai dengan rasm ustmani, meskipun secara ihtimal.
3. Memiliki sanad yang mutawatir.
Contoh qiroat yang sahihah adalah kata maliki (dengan mim pendek) dan maaliki (dengan mim panjang) dalam surat Al-Fatihah. Bacaan pertama (maliki) sesuai dengan kaidah Bahasa Arab yaitu berupa ism majrur ma’thuf ‘ala rabb (kata yang dijerkan karena terpengaruh kata sebelumnya yaitu rabb) yang berarti “raja”, sesuai dengan rasm utsmani secara lafzhi yang memuat huruf mim-lam-kaf dan memiliki sanad yang sahih sampai Imam ‘Ashim dan Al-Kisai. Demikian pula bacaan kedua (maaliki) sesuai kaidah Bahasa Arab, yang berarti “pemilik”, sesuai rasm ustmani secara ihtimal (taqdiri) yaitu ditakdirkan ada huruf alif setelah mim dan memiliki sanad yang sahih pula sampai jumhur qurra’.
Ibnul Jazari berkata, “Setiap qiroah yang sesuai Bahasa Arab –meskipun satu wajh, sesuai salah satu mushaf Utsmani –meskipun secara ihtimal, dan sahih sanadnya, maka itulah qiroah sahihah yang tidak boleh ditolak dan tidak dihalalkan mengingkarinya, bahkan itu termasuk tujuh ahruf yang dengannya Al-Qur’an diturunkan.
Wajib bagi manusia menerimanya, baik yang berasal dari Imam Tujuh
(aimmah sab’ah), Sepuluh (asyarah) maupun selain mereka yang maqbul (diterima). Apabila hilang salah satu di antara tiga rukun ini, maka disebut Dhaifah (lemah), Syadzah (ganjil) atau Bathilah (palsu), baik dari Imam Tujuh maupun dari imam yang lebih senior daripada mereka. Inilah yang benar menurut para imam peneliti, dari kalangan salaf dan khalaf.”[2]
Abu Syamah berkata, “Tidak selayaknya seseorang tertipu dengan setiap qiroah yang dilekatkan pada salah satu Imam Tujuh lalu menyebutnya sahihah dan begitulah qiroat itu diturunkan,
kecuali jika telah masuk dalam kategori di atas, karena sesungguhnya
qiroah yang dilekatkan kepada setiap salah satu qori dari Imam Tujuh dan selain mereka terbagi menjadi (dua): mujma’ ‘alaih (yang disepakati) dan syadz (ganjil), hanya saja ketujuh imam tersebut karena popularitas mereka dan banyaknya sisi yang sahih dan disepakati dalam qiroah mereka, hati ini cenderung kepada apa yang mereka nukil daripada apa yang dinukil oleh selain mereka.”[3]
Menurut Ibnul Jazari, qiroat yang sahihah berjumlah sepuluh, tujuh di antaranya disepakati ketawaturannya yaitu sebagaimana disebutkan di atas, sedangkan tiga lainnya masih diperselisihkan yaitu Abu Ja’far, Yakub dan Khalaf Al-‘Asyir, namun Ibnul Jazari mengunggulkan pendapat yang menganggapnya mutawatirah. Adapun selebihnya yang berjumlah empat adalah syadzah, yaitu Al-Hasan Al-Bashri, Ibn Muhaishin, Yahya Al-Yazidi dan Al-Syanbudzi.
Hubungan Antara Ahruf dan Qiroat
Dari penjelasan di atas, tampak jelaslah perbedaan antara tujuh ahruf yang disebutkan dalam hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tujuh qiroat yang populer saat ini serta hubungan antara keduanya.
Hubungan antara ahrufus sab’ah dengan qiroatus sab’ adalah seperti hubungan antara rumah dengan kamar. Ahruf ibarat rumah sedangkan qiroat ibarat kamar. Sebanyak apapun qiroat yang ada, keseluruhannya berada dalam lingkup ahruf. Namun tidak semua ahruf itu terdapat dalam satu qiroat. Adakalanya huruf tertentu disebutkan dalam satu qiroat dan tidak disebutkan dalam qiroat lainnya.
Oleh karena itu, tidak benar sangkaan sebagian orang awam bahwa ahrufus sab’ah adalah qiroatus sab’, sebab jika yang dimaksud ahruf adalah qiroat, berarti qiroat-qiroat lain di luar tujuh qiroat tersebut tidak termasuk Al-Quran. Padahal sudah maklum di kalangan ulama bahwa qiroat yang dianggap sebagai Al-Quran bukan hanya tujuh itu saja, tapi sepuluh (ditambah qiroat Abu Ja’far, Yakub dan Khalaf Al-‘Asyir).
Memang ada sebagian ahli fikih yang mengatakan bahwa qiroat lain di luar qiroatus sab’ tidak boleh dibaca di dalam shalat karena ketawaturannya masih diperselisihkan, namun pendapat ini adalah sebagai langkah kehati-hatian saja dan supaya orang awam tidak kebingungan dengan bacaan-bacaan yang masih asing di telinga
mereka sehingga dapat menimbulkan fitnah (kekacauan).
Di samping itu, pemilihan tujuh nama dalam qiroatus sab’ bukanlah berdasarkan tawqifi (perintah) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melainkan berdasarkan ijtihad yang dilakukan oleh ulama qiroat. Kemudian, para ulama juga berbeda pendapat dalam menentukan ketujuh qiroat tersebut. Misalnya, sebagian ulama memasukkan nama Abu Ja’far ke dalam qiroatus sab’, sebagian lain tidak.
Jika benar yang dimaksud oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
tujuh ahruf adalah tujuh qiroat (berdasarkan nama-nama orang), tentu
perbedaan semacam ini tidak layak terjadi, sebab perbedaan ini akan
menyebabkan penolakan terhadap qiroat yang tidak dimasukkan dalam
qiroatus sab’.
Adapun mengenai penentuan tujuh ahruf sebagaimana disebutkan di atas, semua itu didapatkan dari proses penelitian menyeluruh (istiqra’ tamm) dari semua qiroat yang ada.
Wallahu a’lamu bish showab.
www.http://isykarima.com/
Telah menjadi ijma’ di kalangan para ulama bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan membawa sab’ah ahruf (tujuh huruf) berdasarkan hadist-hadist sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun mereka berbeda pendapat mengenai makna sab’ah ahruf tersebut. Berikut ini uraian mengenai masalah tersebut serta perbedaan antara ahruf dan qiroat.
Definisi Ahrufus Sab’ah
Kata ahruf adalah bentuk jamak (plural) dari kata harf (huruf) yang secara bahasa berarti ujung, pinggir, puncak atau perbatasan. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada pada harf.”
(QS. Al-Hajj: 11) Yaitu berada di tepi atau batas terluar keyakinan,
maksudnya adalah berada dalam keragu-raguan. Jika mendapatkan kesenangan mereka tetap beriman, namun jika mendapatkan kesusahan mereka kembali kepada kekafiran. (Tafsir Ath-Thobari)
Adapun terkait hadits-hadits tentang tujuh ahruf, para ulama berbeda pendapat mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan kata “ahruf” tersebut. Sebagian ulama menafsirkannya dengan logat (dialek bahasa). Jadi, maknanya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh logat di antara logat-logat kabilah Arab. Ini adalah pendapat Al-Fairuzabadi (penulis kamus Al-Muhith).
Ulama lain menafsirkan kata ahruf dengan ragam bacaan.
Jadi, Al-Qur’an mengakomodir tujuh ragam bacaan di dalamnya. Namun
bukan berarti setiap kata atau ayat dibaca dengan tujuh ragam bacaan.
Akan tetapi, seluruh perbedaan yang terdapat dalam tatacara membaca Al-Qur’an itu tidak keluar dari tujuh ragam bacaan tersebut. Misalnya kata “maliki yaumiddin” (QS. Al-Fatihah: 4), telah diriwayatkan bahwa kata itu memiliki tujuh hingga sepuluh ragam bacaan, begitu juga kata “wa ‘abadat thoghut” (QS. Al-Maidah: 60) juga diriwayatkan memiliki ragam bacaan sampai dua puluh dua. Bahkan kata “uff” diriwayatkan memiliki ragam bacaan sampai tiga puluh tujuh ragam. Akan tetapi, semua ragam bacaan itu tidak keluar dari tujuh ahruf yang dimaksud dalam hadits-hadits nabawi. Semua itu menunjukkan bahwa makna diturunkan dengan tujuh ahruf adalah dengan mengakomodir tujuh ragam bacaan. Sebanyak apa pun cara membaca suatu kata dalam ayat tertentu, tidak akan keluar dari batas tujuh ragam bacaan ini.
Lalu, apa saja yang termasuk tujuh ragam bacaan tersebut? Apakah kata “tujuh” dalam hadits itu menunjukkan jumlah (yaitu angka yang berada di antara “enam” dan “delapan”), atau menunjukkan makna banyak?
Salah seorang ulama Al-Azhar, Syaikh Muhammad Abdul ’Azhim Al-Zarqani (w. 1367 H) menjelaskan masalah ini secara panjang lebar dalam kitabnya, Manahil Al-Irfan fie Ulum Al-Qur’an. Beliau menyebutkan tiga pendapat yang paling kuat dalam perbedaan pendapat ini lalu mengunggulkan salah satunya, yaitu pendapat
Imam Al-Razi. Menurut beliau, kata “tujuh” dalam hadits nabawi
menunjukkan jumlah, yaitu angka antara enam dan delapan, bukan
menunjukkan makna yang banyak.
Adapun ketujuh ragam bacaan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, ragam penyebutan kata benda (ism)
yaitu dalam bentuk tunggal (mufrad), ganda (mutsanna) dan plural
(jamak), atau pun dalam bentuk muzakkar (laki-laki) dan muannats
(perempuan). Misalnya dalam ayat yang berbunyi:
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-Ma’aarij: 32)
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-Ma’aarij: 32)
Dalam riwayat lain, kata (لِأَمَانَاتِهِمْ) dibaca (لِأَمَانَتِهِمْ) tanpa memanjangkan huruf nun yaitu dalam bentuk tunggal dari kata “amanah”.
Kedua, ragam tashrif al-af’al (tenses) dari bentuk madhi (past), mudhari’ (present) dan amr (perintah). Misalnya dalam ayat yang berbunyi:
فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا
Maka mereka berkata: "Ya Rabb kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami". (QS. Saba : 19)
Maka mereka berkata: "Ya Rabb kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami". (QS. Saba : 19)
Dalam riwayat lain, kata “rabbana” (رَبَّنَا) yang berupa munada dibaca dengan mendhammahkan huruf ba’ menjadi “rabbuna” (رَبُّنَا) yang berupa fa’il, kemudian kata “baa’id” (بَاعِدْ) yang berupa kata perintah dibaca dengan men-tasydidkan huruf ‘ain serta memfathahkannya bersama huruf dal menjadi “ba’ada” (بَعَّدَ) yaitu berupa kata kerja masa lampau (past).
Ketiga, ragam I’rab. Misalnya adalah ayat berikut:
وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلا شَهِيدٌ
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan (QS. Al-Baqarah: 282)
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan (QS. Al-Baqarah: 282)
Dalam riwayat lain, kata (يُضَارَّ) dibaca dengan mendhammahkan huruf ra’ (يُضَارُّ).
Dalam bacaan pertama (dengan memfathahkan ra’), maka I’rab huruf lam adalah nahiyah, sedangkan dalam bacaan kedua, huruf lam dii’rabkan dengan lam nafiyah.
Keempat, ragam penambahan maupun pengurangan. Contohnya adalah ayat berikut:
وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى
dan penciptaan laki-laki dan perempuan, (QS. Al-Lail: 3)
dan penciptaan laki-laki dan perempuan, (QS. Al-Lail: 3)
Dalam riwayat lain, dibaca seperti di bawah ini:
وَالذَّكَرَ وَالْأُنْثَى
Yaitu tanpa kata (مَا خَلَقَ)
Kelima, ragam taqdim (mengawalkan) maupun ta’khir (mengakhirkan). Misalnya ayat berikut:
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ
Dan datanglah sakaratul maut dengan haq. (QS. Qaaf: 19)
Dibaca:Dan datanglah sakaratul maut dengan haq. (QS. Qaaf: 19)
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْحَقِّ بِالْمَوْتِ
Dan datanglah sakaratul haq dengan maut. (QS. Qaaf: 19)
Dan datanglah sakaratul haq dengan maut. (QS. Qaaf: 19)
Keenam, ragam ibdal. Misalnya ayat berikut:
وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا
dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali (QS. Al-Baqarah: 259)
dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali (QS. Al-Baqarah: 259)
Dengan huruf zay, dibaca:
وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِرُهَا
Dengan huruf ra’ pada kata (نُنْشِرُهَا).
Ketujuh, ragam logat,
yaitu tata cara membaca kata tertentu berdasarkan logat Arab seperti
fathah, imalah, taqlil dan sebagainya. Misalnya ayat berikut:
وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? (QS. Thaha: 9)
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? (QS. Thaha: 9)
“Ataaka” (dengan fathah), dibaca “ateeka” (dengan imalah), begitu juga “musa” dibaca “muse” (dengan huruf e seperti dalam kata “enak”)
Demikianlah penjelasan mengenai makna ahrufus sab’ah atau tujuh ragam bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Seluruh riwayat tentang tata cara membaca kata tertentu dalam Al-Qur’an tidak akan keluar dari tujuh bentuk di atas.
Qiroatus Sab’i (Bacaan Tujuh)
Qiroat adalah bentuk jamak (plural) dari kata qiroah yang berarti bacaan (tilawah).[1] Adapun secara istilah, qiroat adalah ilmu tentang tata cara membaca lafal-lafal dalam Al-Qur’an beserta perbedaannya dengan merujuk kepada para penukilnya.
Qiroatus sab’ adalah tata cara membaca Al-Quran berdasarkan nukilan tujuh qurra’ ternama yaitu Nafi, Ibn Katsir, Abu Amr, Ibn Amir, ‘Ashim, Hamzah dan Al-Kisai.
Rukun-Rukun Qiroat Sahihah
Qiroat Sahihah adalah qiroat yang memenuhi rukun-rukunnya sehingga wajib diterima dan tidak boleh ditolak.
Rukun-rukun itu ada tiga:
1. Sesuai dengan kaidah-kaidah tata Bahasa Arab meskipun satu wajh.
2. Sesuai dengan rasm ustmani, meskipun secara ihtimal.
3. Memiliki sanad yang mutawatir.
Contoh qiroat yang sahihah adalah kata maliki (dengan mim pendek) dan maaliki (dengan mim panjang) dalam surat Al-Fatihah. Bacaan pertama (maliki) sesuai dengan kaidah Bahasa Arab yaitu berupa ism majrur ma’thuf ‘ala rabb (kata yang dijerkan karena terpengaruh kata sebelumnya yaitu rabb) yang berarti “raja”, sesuai dengan rasm utsmani secara lafzhi yang memuat huruf mim-lam-kaf dan memiliki sanad yang sahih sampai Imam ‘Ashim dan Al-Kisai. Demikian pula bacaan kedua (maaliki) sesuai kaidah Bahasa Arab, yang berarti “pemilik”, sesuai rasm ustmani secara ihtimal (taqdiri) yaitu ditakdirkan ada huruf alif setelah mim dan memiliki sanad yang sahih pula sampai jumhur qurra’.
Ibnul Jazari berkata, “Setiap qiroah yang sesuai Bahasa Arab –meskipun satu wajh, sesuai salah satu mushaf Utsmani –meskipun secara ihtimal, dan sahih sanadnya, maka itulah qiroah sahihah yang tidak boleh ditolak dan tidak dihalalkan mengingkarinya, bahkan itu termasuk tujuh ahruf yang dengannya Al-Qur’an diturunkan.
Wajib bagi manusia menerimanya, baik yang berasal dari Imam Tujuh
(aimmah sab’ah), Sepuluh (asyarah) maupun selain mereka yang maqbul (diterima). Apabila hilang salah satu di antara tiga rukun ini, maka disebut Dhaifah (lemah), Syadzah (ganjil) atau Bathilah (palsu), baik dari Imam Tujuh maupun dari imam yang lebih senior daripada mereka. Inilah yang benar menurut para imam peneliti, dari kalangan salaf dan khalaf.”[2]
Abu Syamah berkata, “Tidak selayaknya seseorang tertipu dengan setiap qiroah yang dilekatkan pada salah satu Imam Tujuh lalu menyebutnya sahihah dan begitulah qiroat itu diturunkan,
kecuali jika telah masuk dalam kategori di atas, karena sesungguhnya
qiroah yang dilekatkan kepada setiap salah satu qori dari Imam Tujuh dan selain mereka terbagi menjadi (dua): mujma’ ‘alaih (yang disepakati) dan syadz (ganjil), hanya saja ketujuh imam tersebut karena popularitas mereka dan banyaknya sisi yang sahih dan disepakati dalam qiroah mereka, hati ini cenderung kepada apa yang mereka nukil daripada apa yang dinukil oleh selain mereka.”[3]
Menurut Ibnul Jazari, qiroat yang sahihah berjumlah sepuluh, tujuh di antaranya disepakati ketawaturannya yaitu sebagaimana disebutkan di atas, sedangkan tiga lainnya masih diperselisihkan yaitu Abu Ja’far, Yakub dan Khalaf Al-‘Asyir, namun Ibnul Jazari mengunggulkan pendapat yang menganggapnya mutawatirah. Adapun selebihnya yang berjumlah empat adalah syadzah, yaitu Al-Hasan Al-Bashri, Ibn Muhaishin, Yahya Al-Yazidi dan Al-Syanbudzi.
Hubungan Antara Ahruf dan Qiroat
Dari penjelasan di atas, tampak jelaslah perbedaan antara tujuh ahruf yang disebutkan dalam hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tujuh qiroat yang populer saat ini serta hubungan antara keduanya.
Hubungan antara ahrufus sab’ah dengan qiroatus sab’ adalah seperti hubungan antara rumah dengan kamar. Ahruf ibarat rumah sedangkan qiroat ibarat kamar. Sebanyak apapun qiroat yang ada, keseluruhannya berada dalam lingkup ahruf. Namun tidak semua ahruf itu terdapat dalam satu qiroat. Adakalanya huruf tertentu disebutkan dalam satu qiroat dan tidak disebutkan dalam qiroat lainnya.
Oleh karena itu, tidak benar sangkaan sebagian orang awam bahwa ahrufus sab’ah adalah qiroatus sab’, sebab jika yang dimaksud ahruf adalah qiroat, berarti qiroat-qiroat lain di luar tujuh qiroat tersebut tidak termasuk Al-Quran. Padahal sudah maklum di kalangan ulama bahwa qiroat yang dianggap sebagai Al-Quran bukan hanya tujuh itu saja, tapi sepuluh (ditambah qiroat Abu Ja’far, Yakub dan Khalaf Al-‘Asyir).
Memang ada sebagian ahli fikih yang mengatakan bahwa qiroat lain di luar qiroatus sab’ tidak boleh dibaca di dalam shalat karena ketawaturannya masih diperselisihkan, namun pendapat ini adalah sebagai langkah kehati-hatian saja dan supaya orang awam tidak kebingungan dengan bacaan-bacaan yang masih asing di telinga
mereka sehingga dapat menimbulkan fitnah (kekacauan).
Di samping itu, pemilihan tujuh nama dalam qiroatus sab’ bukanlah berdasarkan tawqifi (perintah) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melainkan berdasarkan ijtihad yang dilakukan oleh ulama qiroat. Kemudian, para ulama juga berbeda pendapat dalam menentukan ketujuh qiroat tersebut. Misalnya, sebagian ulama memasukkan nama Abu Ja’far ke dalam qiroatus sab’, sebagian lain tidak.
Jika benar yang dimaksud oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
tujuh ahruf adalah tujuh qiroat (berdasarkan nama-nama orang), tentu
perbedaan semacam ini tidak layak terjadi, sebab perbedaan ini akan
menyebabkan penolakan terhadap qiroat yang tidak dimasukkan dalam
qiroatus sab’.
Adapun mengenai penentuan tujuh ahruf sebagaimana disebutkan di atas, semua itu didapatkan dari proses penelitian menyeluruh (istiqra’ tamm) dari semua qiroat yang ada.
Wallahu a’lamu bish showab.
www.http://isykarima.com/
Wong Edan- SERSAN SATU
-
Posts : 136
Location : Surga
Join date : 10.09.12
Reputation : 4
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
@WongEdan
Wah, saya koq diabaikan...
Wah, saya koq diabaikan...
Foxhound- SERSAN MAYOR
-
Posts : 612
Kepercayaan : Protestan
Location : Jakarta
Join date : 28.09.12
Reputation : 57
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Foxhound wrote:Pertanyaan sederhana dulu.
Logika yang mana, atau seperti apa, yang menalarkan bahwa sesuatu hanya karena dibuktikan tidak berubah, adalah asli.
Perkamen laut mati, membuktikan bahwa kitab2 Yahudi dalam bahasa asli yang sekarang ini terdapat di dalam Alkitab, tidak berubah sejak abad pertama dengan diketemukannya kitab dengan bahasa asli yang isinya persis sama dari abad tersebut.
Dengan demikian, dengan cara berbeda, kitab2 Yahudi dibuktikan "tidak berubah"... Yang artinya juga, tidak berubahnya kitab2 Yahudi juga melewati rentang waktu lebih panjang dari AlQuran. Apakah dengan demikian, muslim pun mau mengakui bahwa kitab2 Yahudi di dalam Alkitab, adalah asli?
Harap jangan salah menangkap maksud saya membawa2 kitab Yahudi. Saya tidak membahas kitab Yahudi di sini. Tetapi ingin mengikuti topik anda tentang keaslian AlQuran. Saya membawa kitab Yahudi hanya sebagai test case dari logika dan pernyataan anda apabila diaplikasikan ke kasus berbeda.
[b]
klw mnrt gua kitab yahudi, gua msh blm paham, ttp klw Al Kitab jelas berubah dan bkn rahasia lagi para pengamat injilpun byk yg meragukan keasliannya.
Wong Edan- SERSAN SATU
-
Posts : 136
Location : Surga
Join date : 10.09.12
Reputation : 4
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Wong Edan wrote:
klw mnrt gua kitab yahudi, gua msh blm paham, ttp klw Al Kitab jelas berubah dan bkn rahasia lagi para pengamat injilpun byk yg meragukan keasliannya.
Yah... nggak dibaca beneran kan...
Saya kan sedang tidak bahas Alkitab. Bahkan sebenarnya juga tidak bahas kitab Yahudi itu sendiri. Gini aja dah.... biar jelas saya persempit, bukan kitab Yahudi... tapi Taurat.
Taurat. Seperti yang diketemukan di Qumran, terbukti ditulis di abad pertama. Tidak berubah, sama dengan Taurat dalam bahasa asli seperti sekarang yang diketemukan juga di Alkitab. Bahkan dalam rentang waktu yang lebih panjang daripada AlQuran.
Pertanyaannya. Karena tidak berubah, bersediakah muslim mengakui bahwa Taurat itu asli?
Foxhound- SERSAN MAYOR
-
Posts : 612
Kepercayaan : Protestan
Location : Jakarta
Join date : 28.09.12
Reputation : 57
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Foxhound wrote:Wong Edan wrote:
klw mnrt gua kitab yahudi, gua msh blm paham, ttp klw Al Kitab jelas berubah dan bkn rahasia lagi para pengamat injilpun byk yg meragukan keasliannya.
Yah... nggak dibaca beneran kan...
Saya kan sedang tidak bahas Alkitab. Bahkan sebenarnya juga tidak bahas kitab Yahudi itu sendiri. Gini aja dah.... biar jelas saya persempit, bukan kitab Yahudi... tapi Taurat.
Taurat. Seperti yang diketemukan di Qumran, terbukti ditulis di abad pertama. Tidak berubah, sama dengan Taurat dalam bahasa asli seperti sekarang yang diketemukan juga di Alkitab. Bahkan dalam rentang waktu yang lebih panjang daripada AlQuran.
Pertanyaannya. Karena tidak berubah, bersediakah muslim mengakui bahwa Taurat itu asli?
Mnrt Islam Taurat adalah kumpulan firman2 Allah Swt yg diwahyukan kpd Nabi Musa, dan hanya berlaku bg Nabi Musa. Kitab ini merupakan salah 1 bagian dr Kitab suci Yahudi yg disebut Bliblia yg kemudian Hari org kristen menyebut dgn Perjanjian Lama dgn memuat 10 anjuran. Namun semenjak kematian Nabi Musa para pendeta Yahudi telah merubah spt yg di terangkan di Al Anam 91:
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang
semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun
kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat)
yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu
jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu
tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)",
kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quraan kepada mereka),
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.
maka tidak heran jk para ulama menyatakan kitab Taurat yg sekarang itu bukan yg asli.
Wong Edan- SERSAN SATU
-
Posts : 136
Location : Surga
Join date : 10.09.12
Reputation : 4
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Wong Edan wrote:
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang
semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun
kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat)
yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu
jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu
tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)",
kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quraan kepada mereka),
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.
maka tidak heran jk para ulama menyatakan kitab Taurat yg sekarang itu bukan yg asli.
Ok... jadi meskipun sudah dibuktikan dengan cara berbeda tetapi valid; bahwa Taurat tidak pernah berubah sejak abad permulaan hingga sekarang.... Muslim tetap tidak bisa menerima bahwa Taurat itu asli, hanya karena AlQuran berkata demikian.
Kenapa sekarang sebaliknya, AlQuran diklaim asli hanya karena aspek "tidak pernah berubah"?
Bisakah dijelaskan logika sudut pandang tersebut?
saya tidak akan membantah atau mendebat tuduhan AlQuran terhadap taurat terlebih dahulu, karena topik bahasannya bukan itu
Foxhound- SERSAN MAYOR
-
Posts : 612
Kepercayaan : Protestan
Location : Jakarta
Join date : 28.09.12
Reputation : 57
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Yg ditanya sedang meluruskan logika rupanya
jakajayagiri-2- LETNAN DUA
-
Posts : 995
Kepercayaan : Protestan
Location : bandung
Join date : 04.09.12
Reputation : 27
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Apa yang perlu diluruskan lagi, 'kitab suci' memang sudah lurus.jakajayagiri-2 wrote:Yg ditanya sedang meluruskan logika rupanya
Logika pasti akan nyambung.
paham ya?
* Maaf, saya belum bisa ikut masuk ke tret ini lebih jauh.
EbisuSensei- LETNAN SATU
-
Posts : 2734
Kepercayaan : Islam
Location : Indonesia
Join date : 27.12.11
Reputation : 24
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Biarlah yg ditanya saja yg menjawab. Tapi kalau Anda merasa sdh lurus secara logika silakan jawab.
jakajayagiri-2- LETNAN DUA
-
Posts : 995
Kepercayaan : Protestan
Location : bandung
Join date : 04.09.12
Reputation : 27
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
nanti : "pelajar" dan "belajar" juga diartikan sama dan dianggap cuma masalah perbedaan logat aja, hahahaha.....Udah pernah dibahas sepertinya, masalah 7 versi logat Quran.
Dan nanti bisa2: "penjahat" dan "penjahit" juga dianggap sama artinya dan cuma masalah perbedaan logat aja, hahahaha.....
muslim selalu bersembunyi dibalik "logat" tanpa berani menelaah bahwa yg terjadi sebenarnya yaitu perbedaan arti. Seperti perbedaan "sihraani"(Quran versi hafs) dan "saahiraani"(Quran versi warsh) itu beda arti spt beda arti antara "pelajar" dan "belajar".
Dan pertanyaan fox ga bisa dijawab TS yg muslim. Ketauan muslim berstandar ganda bin curang.
Ini pertanyaan fox yg ga bisa dijawab TS:
jadi meskipun sudah dibuktikan dengan cara berbeda tetapi valid; bahwa Taurat tidak pernah berubah sejak abad permulaan hingga sekarang.... Muslim tetap tidak bisa menerima bahwa Taurat itu asli, hanya karena AlQuran berkata demikian.
Kenapa sekarang sebaliknya, AlQuran diklaim asli hanya karena aspek "tidak pernah berubah"?
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Dan kalau begitu, saya tambahkan satu lagi persoalan AlQuran yang ngakunya asli karena tidak pernah berubah...
http://en.wikipedia.org/wiki/Sana%27a_manuscript
Sana'a manuscript, adalah AlQuran tertua yang pernah ditemukan.
Carbon date menunjukkan perkamen ini ditulis hanya 15 tahun setelah kematian Muhammad.
Persoalannya... isinya di beberapa tempat, berbeda dengan AlQuran yang sekarang.
Muslim tentu tidak akan pernah berani menghadapi kenyataan penemuan2 seperti ini. Usaha mempublikasikan penemuan ini aja sudah menuai protes....
Yah itulah akibatnya, kalau melandaskan kepercayaan kepada klaim2 kosong, hoax, dan pembenaran yang rapuh....
http://en.wikipedia.org/wiki/Sana%27a_manuscript
Sana'a manuscript, adalah AlQuran tertua yang pernah ditemukan.
Carbon date menunjukkan perkamen ini ditulis hanya 15 tahun setelah kematian Muhammad.
Persoalannya... isinya di beberapa tempat, berbeda dengan AlQuran yang sekarang.
Muslim tentu tidak akan pernah berani menghadapi kenyataan penemuan2 seperti ini. Usaha mempublikasikan penemuan ini aja sudah menuai protes....
Yah itulah akibatnya, kalau melandaskan kepercayaan kepada klaim2 kosong, hoax, dan pembenaran yang rapuh....
Foxhound- SERSAN MAYOR
-
Posts : 612
Kepercayaan : Protestan
Location : Jakarta
Join date : 28.09.12
Reputation : 57
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
dan herannya, yg begini paling nanti dianggap berita palsu/hoax, sementara yg benar2 hoax justru dianggap sbg kenyataan mujizat Ilahi ttg kebenaran islam/quran utk makin menambah keimanan.
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
@Fox
Emang sengaja anda tidak saya tanggapi di tret ini, karena saya sepakat dengan wak abu, supaya sinkron dengan tret ini:
http://www.laskarislam.com/t3861-tanggapan-atas-post-paman-fox
Maksudnya biar penjelasan wak abu kepada anda bisa berurutan.
Nanti setelah dirasa cukup penjelasannya, maka bisa mulai saya untuk ikut2an menanggapi postingan2 yang ada di tret ini. Atau ditanggapi oleh wak abu sendiri.
Seperti masalah 7 versi, manuscript sanaa, masalah ayat yang melompat2, dan sebagainya.
Untuk yang manuscript sanaa saya kuatir nggak bisa kamu bahas. Sebelum pak puin yang menelitinya bersedia membuka info lebar-lebar tentang penemuannya. Kalo hanya "pokoknya beda..pokoknya beda.." ya jelas susah dibahas.
Masalah ayat yang melompat2, juga ada penjelasannya. Dan penjelasannyapun beda dengan ketika menanggapi postingan @sw.
Kalo sama dia paling hanya saya jawab:
"emang cara membaca kitab suci sama dengan cara membaca komik heri poter?"
Namun kalo ke anda saya janji menjawab dengan serius.
Insya Allah
so stay tune..
Emang sengaja anda tidak saya tanggapi di tret ini, karena saya sepakat dengan wak abu, supaya sinkron dengan tret ini:
http://www.laskarislam.com/t3861-tanggapan-atas-post-paman-fox
Maksudnya biar penjelasan wak abu kepada anda bisa berurutan.
Nanti setelah dirasa cukup penjelasannya, maka bisa mulai saya untuk ikut2an menanggapi postingan2 yang ada di tret ini. Atau ditanggapi oleh wak abu sendiri.
Seperti masalah 7 versi, manuscript sanaa, masalah ayat yang melompat2, dan sebagainya.
Untuk yang manuscript sanaa saya kuatir nggak bisa kamu bahas. Sebelum pak puin yang menelitinya bersedia membuka info lebar-lebar tentang penemuannya. Kalo hanya "pokoknya beda..pokoknya beda.." ya jelas susah dibahas.
Masalah ayat yang melompat2, juga ada penjelasannya. Dan penjelasannyapun beda dengan ketika menanggapi postingan @sw.
Kalo sama dia paling hanya saya jawab:
"emang cara membaca kitab suci sama dengan cara membaca komik heri poter?"
Namun kalo ke anda saya janji menjawab dengan serius.
Insya Allah
so stay tune..
Terakhir diubah oleh EbisuSensei tanggal Wed Oct 17, 2012 11:35 pm, total 1 kali diubah
EbisuSensei- LETNAN SATU
-
Posts : 2734
Kepercayaan : Islam
Location : Indonesia
Join date : 27.12.11
Reputation : 24
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
EbisuSensei wrote:@Fox
Nanti setelah dirasa cukup penjelasannya, maka bisa mulai saya untuk ikut2an menanggapi postingan2 yang ada di tret ini. Atau ditanggapi oleh wak abu sendiri.
Seperti masalah 7 versi, manuscript sanaa, masalah ayat yang melompat2, dan sebagainya.
Untuk yang manuscript sanaa saya kuatir nggak bisa kamu bahas. Sebelum pak puin yang menelitinya bersedia membuka info lebar-lebar tentang penemuannya. Kalo hanya "pokoknya beda..pokoknya beda.." ya jelas susah dibahas.
Masalah ayat yang melompat2, juga ada penjelasannya. Dan penjelasannyapun beda dengan ketika menanggapi postingan @sw.
Kalo sama dia paling hanya saya jawab:
"emang cara membaca kitab suci sama dengan cara membaca komik heri poter?"
Namun kalo ke anda saya janji menjawab dengan serius.
so stay tune..
Silahkan kapan saja. Soal lompat melompat, sudah diketahui dan memang diperintahkan.
Tetapi soal berbeda ya nanti dibahas saja. Penemuannya gimana, faktanya seperti apa. Dokumentasinya juga cukup banyak koq.
Foxhound- SERSAN MAYOR
-
Posts : 612
Kepercayaan : Protestan
Location : Jakarta
Join date : 28.09.12
Reputation : 57
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Ya nanti silahkan ditunjukkan saja.Foxhound wrote:
Tetapi soal berbeda ya nanti dibahas saja. Penemuannya gimana, faktanya seperti apa. Dokumentasinya juga cukup banyak koq.
Tapi yang jelas, jujur saja saya belum menemui masalah manusript sanaa dalam banyak diskusi.
EbisuSensei- LETNAN SATU
-
Posts : 2734
Kepercayaan : Islam
Location : Indonesia
Join date : 27.12.11
Reputation : 24
Re: Test Keaslian Al-Qur'an Secara Logika
Koreksi dikitEbisuSensei wrote:Untuk yang manuscript sanaa saya kuatir nggak bisa kamu bahas. Sebelum pak puin yang menelitinya bersedia membuka info lebar-lebar tentang penemuannya. Kalo hanya "pokoknya beda..pokoknya beda.." ya jelas susah dibahas.
Hillman FFI sudah 2 tahun yang lalu membedah manuscript sanaa .
Makanya abang kluyuran dunk tanding ilmu sama mbah mbahnya Arabic
Guest- Tamu
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Similar topics
» Penyembuhan Ilahi secara Islami lebih manusiawi ketimbang secara Kristiani
» INI ayat Quran, atau REAKSI karna Quran ditolak ?
» Bagaimana cara membuktikan KEASLIAN Markus 16:9-20?
» Quran Indo di Edit! Apakah ini Manipulasi Quran?
» Adu Logika Tentang Perkawinan Umm Hani
» INI ayat Quran, atau REAKSI karna Quran ditolak ?
» Bagaimana cara membuktikan KEASLIAN Markus 16:9-20?
» Quran Indo di Edit! Apakah ini Manipulasi Quran?
» Adu Logika Tentang Perkawinan Umm Hani
FORUM LASKAR ISLAM :: PERBANDINGAN AGAMA :: FORUM LINTAS AGAMA :: Menjawab Fitnah, Tuduhan & Misunderstanding
Halaman 1 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik