Kristus dihukum mati sebagai narapidana, bukan sebagai penebus dosa
Halaman 1 dari 1 • Share
Kristus dihukum mati sebagai narapidana, bukan sebagai penebus dosa
Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi *
"Siapa yang percaya kepada perkataan Kami? Kepada siapa telah dinyatakan kuasa Tuhan? Tuhan menghendaki hamba-Nya itu seperti tunas yang tumbuh di tanah yang gersang. Tidak ada yang indah padanya untuk kita pandang; tak ada yang menarik untuk kita inginkan.
Kita menghina dan menjauhi dia, orang yang penuh sengsara dan biasa menanggung kesakitan. Tak seorangpun mau memandang dia, dan kita pun tidak mengindahkan dia. Sebenarnya, penyakit kitalah yang dideritanya, padahal kita menyangka penderitaan itu hukuman Allah baginya. Tetapi ia dilukai karena dosa-dosa kita, dan didera karena kejahatan kita. Ia dihukum supaya kita diselamatkan, karena bilur-bilurnya kita diselamatkan. Kita semua tersesat seperti domba, masing-masing mencari jalannya sendiri. Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita semua. Ia diperlakukan dengan kejam, tapi menangguhnya dengan sabar. Ia tidak membuka mulutnya seperti domba yang dibawa ke pembantaian atau induk domba yang dicukur bulunya. Ia ditahan dan diadili, lalu digiring dan dihukum mati. Tak ada yang peduli akan nasibnya; ia mati karena dosa bangsa kita.
Ia dikuburkan bersama orang jahat; makamnya di tengah-tengah orang kaya, walaupun ia tak pernah melakukan kejahatan, dan tak pernah menipu. Tuhan menghendaki ia menderita, dan menyerahkan diri sebagai kurban penebus dosa. Maka ia akan berumur panjang dan melihat keturunannya melalui ia kehendak Tuhan akan terlaksana. Karena itu Tuhan berkata, “ Sesudah menderita sengsara, ia akan bahagia dan puas. Hamba-Ku itu, yang menyenangkan hati-Ku, telah menanggung hukuman orang banyak; demi dia Aku akan mengampuni mereka. Dengan rela ia menyerahkan hidupnya dan masuk bilangan orang-orang jahat. Ia memikul dosa orang banyak dan berdoa suapaya mereka diampuni. Maka Kuberi dia orang banyak sebagai hadiah, dan ia mendapat bagian bersama orang-orang benar.” (Yesaya 53: 1-12)
Dua belas dari Kitab Yehezkiel di atas diklaim oleh umat Kristen sebagai dalil bahwa Kristus benar-benar disalib. Ia seolah-olah seperti seekor domba yang dibawa ke 'penjagalan': tidak berkutik dan tidak bereaksi sama sekali. Ia pasrah untuk disembelih oleh sang tukang jagal.
Pada tulisan pertama, penulis telah memberikan bukti-bukti dari Bibel, yang menyatakan bahwa Kristus tidak disalib. Dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan interpretasi kritis atas ayat-ayat dari Kitab Yehezkiel di atas.
Pembacaan kritis terhadap ayat-ayat yang ada dalam Kitab Yehezkiel di atas, akan melahirkan beberapa pertanyaan yang harus terjawab. Benakah teks Kitab Yehezkiel tersebut berbicara tentang Kristus? Dan apakah teks di atas berbicara tentang penyaliban? Juga apakah ayat-ayat di atas merupakan nubuwat (ramalan) tentang masa datang, atau (malah) masa yang telah lalu?
Tiga pertanyaan pokok itu akan kita jawab dalam tulisan ini. Hanya saja, penulis hanya akan menjawab dua pertanyaan pertama dan kedua saja. Pertanyaan ketiga, insya Allah akan diulas dalam tulisan tersendiri.
Pertama, bahasa metafora. Adalah kebiasan Kristus berbicara lewat majaz. Itu pula sebenarnya yang harus lebih dahulu dipahami oleh umat Kristen. Bahwa Bibel banyak menggunakan bahasa kiasan.
Maka, pembacaan secara letterlijk terhadap teks-teks Bibel hanya akan melahirkan konklusi dangkal dan tidak tepat. Sebagai contoh adalah dalam Injil Matius, “Mengapa sampai kalian tidak mengerti bahwa Aku bukannya berbicara dengan kalian mengenai roti? Berhati-hatilah terhadap ragi orang-orang Farisi dan Saduki. Ketika itu para murid mengerti bahwa Yesus menyuruh mereka berhati-hati, bukan terhadap ragi yang dipakai untuk membuat roti, tetapi terhadap pengajaran orang-orang Farisi dan Saduki” (Matius 16: 11-12).
Ayat sebelumnya berbunyi demikian, "Waktu pengikut-pengikut Yesus sampai di seberang danau, baru ketahuan oleh mereka bahwa mereka lupa membawa roti. Yesus berkata kepada mereka, "Berhati-hatilah terhadap ragi orang-orang Farisi dan Saduki." Mendengar kata-kata Yesus itu, pengikut-pengikutnya mulai berkata satu sama lain, "Ia berkata begitu karena kita tidak membawa roti." Yesus tahu apa yang mereka bicarakan. Lalau ia berkata, "Mengapa kalian persoalkan tentang tidak punya roti? Kalian kurang percaya! Masih belum mengertikah kalian? Apakah kalian tidak ingat akan lima roti yang aku belah-belah untuk lima ribu orang? Berapa bakul kelebihan roti yang kalian kumpulkan? Dan bagaimana pula dengan tujuh roti untuk empat ribu orang itu? (Matius 16: 5-10).
Sekarang bagaimana dengan ayat-ayat dalam Kitab Yehezkiel di atas? Sebuah analis kritis dari Yasir Anwar dalam bukunya Âlâm al-Masîh (2004) sangat menarik untuk disebutkan di sini.
image
Kedua, seputar penyaliban. Sebelum berbicara seputar penyaliban, ada bebera poin yang harus diungkap. Ayat tersebut berbicara tentang sifat fisik seseorang: tidak ada yang indah untuk dipandang, tak ada yang menarik untuk diinginkan, karena orangnya hina dan sengsara.
Sekarang mari kita terapkan sifat itu kepada Kristus! Ternyata, sifat-sifat tersebut tidak sesuai satupun untuk Kristus. Karena menurut umat Kristen, Yesus itu ganteng (tampan).
Tapi kebanyakan gambaran Yesus, kutip Yasir Anwar, bisa Anda lihat di film-film, batu lukis, dinding-dinding gereja dan kubah-kubahnya. Yesus juga bukan orang yang hina dan sengsara. Ia adalah orang mulia. Bukankah ia disebut sebagai "guru", bahkan tuan dan tuhan? Lalu, jika disebutkan sifat hina dan sengsaraitu sifat siapa? Sifat nabi Yeremiakah? Bisa jadi. Atau kaisar Faris, Koruskan? Mungkin saja.
Coba terapkan kepada nabi Yeremia! “Aku diolok setiap orang, dihina dari pagi sampai petang” (Yeremia 20: 7). “Tuhan, aku dihina dan diejek setiap waktu, karena menyampaikan pesan-Mu” (Yeremia 20: 8).
Juga soal karakteristik kejiwaan. Sebenarnya, penyakit kitalah yang dideritanya, padahal kita menyangka penderitaan itu hukuman Allah baginya. "Tetapi ia dilukai karena dosa-dosa kita...
Sifat-sifat inipun sesuai untuk nabi Yeremia. Ia berkata;...hatiku hancur dan aku gemetar Tuhan, dan tulang-tulang terasa gemetaran” (Yeremia 23: 9)
“Mengapa aku harus dilahirkan? Kalau hanya untuk menderita kesukaran. Dan supaya hidupku berlalu semata-mata dalam malu”(Yeremia 20: 18). Ini adalah ayat yang menyatakan karakteristik kejiwaan sosok yang ada dalam Kitab Yehezkiel di atas. Sesuaikah bagi Yesus? Kehidupan Yesus berlalu bukan untuk menanggung malu.
imageYang terakhir reaksinya. Apa reaksinya? Ia diperlakukan dengan kejam, tapi menanggungnya dengan sabar. Ia tidak membuka mulutnya seperti domba yang dibawa ke pembantaian…
Apakah teks di atas berbicara dan menunjukkan tentang peristiwa penyaliban? Ternyata tidak, bahkan jauh. Karena teks tersebut berbicara tentang "kelemahan" dan ketidakberdayaan diri dalam menghadapi kejahatan.
Jadi tidak ada kaitannya dengan Yesus. Lalu bagaimana dengan nabi Yeremia? Ternyata lebih tepat teks tersebut untuk disandang olehnya. “Namun aku seperti domba yang tanpa curiga dibawa ke tempat pembantaian (penjagalan)...” (Yeremia 11: 19).
Sekali lagi kita bertanya lagi kepada umat Kristen: Apakah nabi Yeremia dibunuh, disembelih? Apakah dia disalib? sebagaimana ayat di Mazmur ini, “...kami terus terancam maut, dan diperlakukan seperti domba sembelihan” (Mazmur 44: 23); “ Orang-orang dungu dan bodoh sama-sama binasa...” (Mazmur 49: 11); “ Seperti domba mereka ditentukan untuk mati” (Mazmur 49: 15).
Penulis berasumsi dan sangat yakin, bahwa tidak ada seorangpun dari umat Kristen yang berani menyatakan bahwa Yesus "bodoh" dan "dungu". Lagi-lagi, ayat-ayat alam Perjanjian Lama tersebut tidak bisa dipahami secara harfiyyah, karena hasilnya akan salah.
Sejatinya, ayat-ayat tersebut tentang "minim" siasat dan "lemah diri" dalam menghadapi kejahatan, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian terdahulu.
Kemudian kata "dibawa", merupakan sifat dari "domba". Domba tersebut "dibawa ke pembantaian (penjagalan)". Padahal, umat Kristen meyakini bahwa Yesus tidak pernah dibawa "ke penjagalan", berati itu sungguh-sungguh sebuah "paralogisme".
Lalu sifat orang itu adalah, "Seperti domba yang diam di depan hukumannya, ia tidak membuka mulutnya". Sifat ini juga tidak sesuai dengan Yesus. Ia lebih tepat dialamatkan kepada nabi Yeremia. "Mengenai diriku, memang ada dalam kuasa kalian. Lakukan apa saja menurut kemauan kalian” (Yeremia 26: 14).
Karena dalam Injil, sifat Yesus adalah mengeluh, marah, menangis, menyesal dan murka. “...apakah Aku ini penjahat, sampai kalian datang membawa pedang dan pentungan untuk menangkap Aku”? (Matius 26: 55).
Bahkan, menurut keyakinan Kristen –ayat ini telah kita batalkan pada tulisan pertama—ketika di tiang salib berseru, "“Eloi, Eloi lama sabakhtani?” yang berarti, "Ya Tuhan -Ku, ya Tuhan-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15: 34).
Mari kita kembali kepada teks! " Dalam kesesakan ia ditangkap. Dalam bangsanganya, siapa yang mengira bahwa ia ditebang dari tanah kehidupan dan dimusnahkan demi masyarakatku". Teks ini tidak sesuai bagi Yesus. Ia lebih tepat untuk nabi Yeremia.
"“Segera setelah Yeremia selesai mengumumkan pesan Tuhan seperti yang diperintahkan-Nya, mereka (pemimpin kepala, para nabi dan seluruh rakyat) menangkapnya sambil berkata: “Kau harus mati!” (Yeremia 26: 8).
“Aku tidak tahu bahwa akulah yang menjadi sasaran rencana jahat mereka. Mereka berkata, “Mari kita tebang pohon ini sementara masih dapat menghasilkan buah; kita musnahkan dia supaya namanya dilupakan orang” (Yeremia 11: 19)
Ketika Yeremia sampai di Pintu Gerbang Benyamin, komandan tentara yang bertugas di situ menahannya dan mengangkapnya seraya berata, “Engkau mau lari ke pihak orang Kaldea! (Perwiran itu bernama Yeria anak Selemya cucu Hananya). Yeremia menjawab, “Tidak benar! Aku tidak bermaksud lari ke pihak musuh.” Namun Yeria tidak mau mendengarkan perkataan Yeremia, malah ia menangkapnya dan membawa Yeremia ke hadapan pemerintah. Pemerintah itu marah kepadanya, mereka memukulinya dan mengurungnya di rumah Yonatan, sekretaris negara yang sudah dijadikan penjara oleh mereka" (Yeremia 37: 13-15).
Dalam teks, ia dikuburkan bersama orang jahat; makamnya di tengah-tengah orang kaya, walaupun ia tak pernah melakukan kejahatan, dan tak pernah menipu. Sesuaikah ayat ini bagi Yesus? Sekali lagi, tidak!
Teks ini pada hakikatnya tidak sesuai bagi Yeremia juga bagi Kristus, karena Kristus –menurut pengakuan mereka—diletakkan dalam kuburnya sendiri. Maka, di hadapan mereka tidak ada cara lain kecuali melakukan takwil (interpretasi) atas kata “kuburan” kepada “salib”.
Bersamaan dengan itu, Kristus tidak disalib bersama-sama dengan orang jahat, tidak pula dengan orang kaya, tetapi bersama dua orang pencuri; satu orang diantara mereka mengejeknya dan seorang lagi percaya kepadanya (menurut riwayat Injil Lukas). Lalu ia (penjahat yang percaya pada Yesus) berkata, “Yesus, ingatlah saya, kalau Engkau datang sebagai Raja!” Lalu Yesus berkata: “Percayalah, hari ini engkau akan bersama Aku di Firdaus (Lukas 23: 42-43)
Tidak ada orang kaya pada saat kematian Yesus. Jika mereka tidak memiliki jalan keluar dari penakwilan, maka kitapun akan menakwilkan teks tersebut kepada Yeremia.
Kata kubur dan mati digunakan dalam bentuk yang sebenarnya (denotasi) juga dalam bentuk metaforis. Jika digunakan dalam bentuk denotasi, maka teks tersebut dari awal hingga akhirnya tidak sesuai pada seorang manusiapun. Karena di akhir teks akan tampak jelas bahwa pemilik teks tersebut telah menikah, melahirkan dan memerangi.
Artinya, ia belum mati secara benar-benar, namun hanya dalam bentuk metaforis (majaz). Begitu juga kata kubur dipakai dalam bentuk majaz untuk menjelaskan rasa “putus asa”, “frustasi” dan ketidak beruntungan (sial).
Bisa jadi artinya adalah penjara atau sumur yang dalam (Arab; al-jubb) yang diletakkan di dalamnya Yeremia (sekali ia dimasukkan ke dalam penjara, kemudian ia juga dimasukkan ke dalam sumur sekali). Dan sudah dapat dimaklumi bahwa isi penjara adalah orang-orang jahat, pendosa, kriminal, orang kaya dan orang miskin.
Mereka lalu mengambil Yeremia dan memasukkannya ke dalam sumur milik Malkia putra raja dengan menggunakan tali. Di dalam sumur itu tidak ada air, yang ada hanya lumpur, dan Yeremia dimasukkan ke dalam lumpur itu (Yeremia 38: 6)
Lalu raja memerintahkan Ebed-Melekh (seorang Ethiopia/Sudan), “Bawalah tiga orang dan keluarkanlah Yeremia dari sumur itu sebelum ia mati (Yeremia 38: 10).
Penulis kira, itulah interpretasi yang benar. Kalau Kitab Yehezkiel ini dipaksakan agar sesuai untuk Yesus Kristes, namanya "pemerkosaan" teks. Karena pasti hasilnya akan "melenceng".
Dari analisa-analisa yang dipaparkan di atas, jelas sudah bahwa Kristus benar-benar tidak disalib. Ia tidak mati untuk 'menanggung dosa seluruh bangsa', apalagi seluruh umat manusia. []
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Kristus dihukum mati sebagai narapidana, bukan sebagai penebus dosa
di alkitab:
Yesus disalib, mati dan bangkit pada hari ketiga
gak tahu kalau dari sumber2 lain atau teori2 kira2
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Similar topics
» Pakistan : Seorang warga Inggris dihukum mati karena mengklaim sebagai NABI ISLAM.
» Memosisikan kembali Yesus (Kristus) sebagai Utusan (Allah)Bapa, dan bukan Sang Pengutus
» KESAKSIAN SEORANG NARAPIDANA YANG BERTOBAT DAN MENJADI PENGIKUT YESUS KRISTUS
» Foto perempuan Sudan yang dihukum mati karena murtad
» Tentara AS Tak Dihukum Mati Atas Pembantaian 16 Orang, Warga Afghan Marah
» Memosisikan kembali Yesus (Kristus) sebagai Utusan (Allah)Bapa, dan bukan Sang Pengutus
» KESAKSIAN SEORANG NARAPIDANA YANG BERTOBAT DAN MENJADI PENGIKUT YESUS KRISTUS
» Foto perempuan Sudan yang dihukum mati karena murtad
» Tentara AS Tak Dihukum Mati Atas Pembantaian 16 Orang, Warga Afghan Marah
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik