FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

yang disebut Anak-anak Allah adalah orang-orang beriman yang dipilih oleh Allah; mengapa disebut anak Allah, bukan anak Yesus? Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

yang disebut Anak-anak Allah adalah orang-orang beriman yang dipilih oleh Allah; mengapa disebut anak Allah, bukan anak Yesus? Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

yang disebut Anak-anak Allah adalah orang-orang beriman yang dipilih oleh Allah; mengapa disebut anak Allah, bukan anak Yesus?

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

yang disebut Anak-anak Allah adalah orang-orang beriman yang dipilih oleh Allah; mengapa disebut anak Allah, bukan anak Yesus? Empty yang disebut Anak-anak Allah adalah orang-orang beriman yang dipilih oleh Allah; mengapa disebut anak Allah, bukan anak Yesus?

Post by keroncong Fri Nov 21, 2014 3:01 am

ALKITAB SEPENUHNYA BERISI BAHASA KIASAN, JADI MOHON TIDAK MEMAHAMI ALKITAB SECARA LETTERLIJK.

Matius 23:29-39
Khotbah oleh Pendeta Eric Chang

Matius 23:29:39

Kita akan melanjutkan studi kita mengenai ajaran Yesus di Matius pasal 23:29-39. Di dalam perikop ini dijelaskan tentang makna dan hakekat dari kedudukan sebagai anak. Anak siapakah Anda? Apakah Anda anak Allah? Atau mungkin tanpa sepengetahuan Anda dan tanpa Anda kehendaki, Anda justru menjadi anak-anak kegelapan, anak-anak si Iblis?

Inilah hal yang akan kita teliti di perikop di Matius 23:29-39.

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!

Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!" "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!

Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!"

Ucapan dari Yesus ini sangatlah keras dan langsung pada sasarannya. Ada satu dosa yang tidak bisa ditoleransi sekalipun dia begitu penuh pengertian dan pengampunan akan dosa-dosa yang lain, akan tetapi satu-satunya dosa yang tidak bisa dia toleransi adalah kemunafikan. Dosa di mana seseorang bertindak religius dan seolah-olah benar, atau bahkan mengira bahwa dirinya religius atau benar padahal sebenarnya tidak demikian. Kemunafikan berarti bahwa kenyataan yang ada tidak mendukung hal-hal yang sedang ditampilkan.

Apa artinya menjadi anak Allah?

Di pesan ini, kita akan membahas ajaran Yesus mengenai keberadaan sebagai anak. Apa artinya menjadi anak Allah? Apa artinya menjadi seorang murid Yesus? Bagaimana kita bisa yakin bahwa kita ini adalah murid Yesus?

Di dalam perikop ini, kata 'anak' dan 'bapa' seringkali muncul. Ada gambaran tentang induk ayam dengan anak-anaknya, ada juga gambaran tentang ular beludak dan keturunannya di ayat 33. Bagaimana mungkin Anda bukan merupakan ular beludak jika Anda adalah keturunan ular beludak? 'Ular beludak' adalah ular yang berbisa. Jika Anda adalah keturunan ular berbisa, maka Anda akan tumbuh sebagai ular juga. Jika Anda dilahirkan dari Allah, maka Anda adalah anak Allah. Termasuk jenis yang manakah Anda?

Di dalam Kitab Suci hanya ada dua jenis manusia Setiap orang termasuk ke dalam salah satunya. Alkitab hanya mengenali dua macam manusia: Anda adalah anak-anak Allah, yakni anak-anak terang, atau Anda adalah anak-anak kegelapan, yakni anak-anak iblis.

Sekalipun kita berada di bawah kuasa Iblis, kita mempunyai pilihan untuk menjadi anak-anak Allah

Ada satu hal yang pada awalnya kita tidak mempunyai pilihan - yakni untuk menjadi anak siapa. Anda mungkin tidak berniat memilih untuk memiliki nama marga Chang, akan tetapi Anda tidak punya pilihan. Anda mungkin tidak memilih untuk bermarga Chen atau Huang, akan tetapi Anda dilahirkan di dalam keluarga tersebut. Dan kalau kebetulan Anda tidak suka dengan nama marga Anda, pilihan apa yang bisa Anda ambil? Apakah Anda akan mendatangi ayah Anda dan berkata, "Mengapa engkau sampai memiliki nama marga yang ini? Aku ingin nama marga yang lain"? Ayah Anda sendiri tidak mempunyai pilihan; Anda juga tidak mempunyai pilihan.

Demikianlah, setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini. Pada awalnya, kita tidak mempunyai pilihan. Namun selanjutnya, kita punya pilihan itu. Di tahapan yang awal: ketika kita semua dilahirkan, kita adalah anak-anak kegelapan. Itu adalah hal yang dalam tahapan awalnya kita tidak mempunyai pilihan. Menurut Kitab Suci, kita dilahirkan di dalam dosa. Kita dilahirkan ke dunia yang didominasi oleh dosa. Setiap orang yang lahir ke dunia ini memiliki watak yang egois. Kita semua mementingkan diri sendiri.

Semua psikolog tahu bahwa ego adalah unsur kunci di dalam kejiwaan manusia. Bagi manusia yang menjadi pusat dari kehidupannya adalah dirinya sendiri dan segenap 'si akunya'. Segenap kehidupannya berkisar pada dirinya sendiri saja, dan setiap usaha untuk mengubah hal ini akan menimbulkan banyak kesulitan. Anda boleh saja memberitahu seseorang bahwa dia seharusnya  tidak menjadikan dirinya pusat bagi kehidupannya, namun hal itu akan menjadi sangat sulit baginya untuk dilaksanakan.

Namun terdapat suatu keputusan besar yang harus diambil di dalam tahapan yang berikutnya. Sekalipun kita ini boleh jadi terlahir sebagai anak-anak kegelapan, sekalipun kita ini dilahirkan di dalam dosa, sekalipun secara alami kita ini egois, sekalipun secara alami kita ini telah tercemar, ajaran Kitab Suci mengatakan bahwa kita mempunyai pilihan. Kita tidak harus tetap menjadi anak-anak kegelapan; kita tidak harus terus menjadi pemberontak; kita tidak harus terus menjadi anak-anak iblis. Kita bisa menjadi anak-anak Allah. Itulah sebabnya mengapa Alkitab disebut 'Kabar Sukacita".

Apa kabar sukacitanya? Kabar baiknya adalah bahwa sekalipun kita ini dilahirkan di dalam dosa namun kita boleh menjadi anak-anak Allah. Itulah alasan mengapa Alkitab itu disebut 'Kabar Sukacita'. Kita mempunyai pilihan.

Kehidupan sebelum datang kepada Kristus itu tanpa pilihan atau arah

Waktu saya belum menjadi Kristen, saya bertanya-tanya apakah ada pilihan lain di dunia ini, adakah arah tujuan yang lain selain menjalani apa yang disebut oleh Alkitab sebagai "kesia-siaan". 'Kesia-siaan' ini berarti saat Anda meneliti hidup Anda dan bertanya-tanya apa tujuan dari semua ini? Anda bertanya-tanya, apa arti hidup ini? Anda tidak tahu apa gunanya dilahirkan ke dunia, kalau hanya untuk bersekolah - sekian tahun di sekolah dasar, sekian tahun di sekolah menengah, sekian tahun di universitas, dan mungkin beberapa tahun lagi di tingkat pasca sarjana - dan Anda bertanya-tanya untuk apa semua ini? Agaknya semua ini agar kita memperoleh pekerjaan sehingga kita punya sesuatu untuk dimakan dan, mudah-mudahan, Anda punya kesempatan untuk berbuat sesuatu di bidang keahlian Anda. Dalam kebanyakan kasus, orang tidak banyak berkontribusi. Anda hanya sekadar menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang menjalankan sistem yang ada, yang membuat sistem itu tetap berputar, tetap berjalan. Itu saja. Kemudian, pada akhirnya, Anda menjadi tua, jatuh sakit, dan mati, dan itulah kehidupan.

Semuanya terlihat begitu sia-sia! Anda terjebak, semua ciptaan terjebak - sebagaimana dikatakan oleh Paulus di Roma 8:21 - terjebak di dalam semua kesia-siaan ini karena semuanya memiliki akhir yang sama. Semuanya berakhir dalam kematian.

Saya sering teringat ketika saya masih muda, dengan seluruh kehidupan yang terbentang di hadapan saya, saya merasakan kesia-siaan yang sangat mendalam ini. Tampaknya semua ini tidak ada arahnya sama sekali. Saya tidak melihat adanya tujuan yang berarti di dalam segenap arah kehidupan ini. Rasa kesia-siaan ini begitu mencekam saya sehingga seringkali, saya hanya duduk di atas ranjang saya dan menangisi semua ini karena saya merasa tidak ada tujuan yang berharga di dalam hidup ini. Seringkali saya berusaha melupakan semua ini. Saya mendisiplin diri saya - saya suka berolah raga, dan di saat saya sedang berolah raga serta menikmati kegiatan tersebut, saya lupa akan semua persoalan hidup saya. Persoalan tersebut selalu muncul entah di pagi hari atau pada tengah malam. Saat orang lain sudah terlelap, tiba-tiba saja pertanyaan ini muncul kembali, "Untuk apa semua ini?" Saya berusaha untuk melupakan persoalan ini dan berpaling kepada musik atau melakukan hal-hal yang lain, akan tetapi pertanyaan ini tetap menghantui saya.

Dan saat-saat yang paling merisaukan justru waktu saya menonton film, terutama jika kebetulan film itu adalah 'film yang bagus'. Yang dimaksudkan dengan bagus adalah sebuah film yang bisa membawa kita merenungkan persoalan-persoalan yang jauh di atas masalah kehidupan sehari-hari. Anda dibawa untuk merenungkan hal-hal yang agung, yang hebat, yang sempurna seperti misalnya tentang orang yang mencurahkan hidup dan matinya bagi negerinya, dan untuk sesaat, semangat Anda terangkat tinggi melampaui urusan-urusan remeh seperti makan dan belajar dan rutinitas setiap hari. Akan tetapi, 'perkara-perkara yang tinggi' ini cenderung untuk membangkitkan pertanyaan mengenai makna hidup ini, bukankah begitu? Dan persoalan tersebut kembali mengusik hati saya.

Prinsip pembusukan membuat semuanya cenderung menjadi bertambah buruk

Saya mencintai negeri saya. Saya ingin berbuat sesuatu demi negeri saya. Lalu saya mulai merenungkan tentang sejarah. Anda tahu, sejarah selalu memberi dampak yang menggelisahkan. Sejarah adalah gerak melingkar yang terjadi berulang-ulang, mungkin membuat bentuk spiral. Dan kita terus saja berharap agar spiral ini bergerak ke atas.

Demikianlah, misalnya, Anda baca sejarah Tiongkok, Anda bisa lihat  bahwa setiap dinasti diawali oleh seorang kaisar yang cakap dengan visi yang hebat terhampar di hadapannya. Dia ingin menjadikan Tiongkok negara yang besar, dengan darah yang baru, suatu dinasti yang baru, entah itu dinasti Tang atau Han. Pemimpin yang pertama selalu merupakan orang yang cakap, orang yang memiliki visi, orang yang akan membangkitkan segenap masyarakat berikut segala hasrat idealistisnya. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Kaisar yang kedua ternyata tidak sebaik kaisar yang pertama, dan yang ketiga bahkan lebih buruk daripada yang kedua, dan penerusnya terus saja menjadi semakin buruk. Lalu Anda berkata, "Mengapa sejarah berjalan seperti ini?" Demikianlah, keadaan lalu berlanjut menjadi semakin buruk saja, dan akhirnya, pemimpin yang terakhir mungkin adalah orang-orang lemah, orang-orang yang tidak berguna, yang tidak pernah pergi keluar untuk melihat apa yang terjadi di tengah rakyatnya, dan keadaan menjadi semakin buruk saja.

Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Tentu saja terjadi revolusi! Lalu tampillah kaisar baru yang menjungkirkan dinasti yang lama dan mulai membangun sesuatu yang baru. Dan Anda berkata, "Ah! Muncul harapan lagi! Ini ada kaisar yang baru dengan visi yang besar, dengan kemampuan yang hebat. Dan sekarang, kita memiliki awalan yang baru." Lalu kelanjutan bagaimana? Kisah ini akan berulang lagi. Demikianlah, yang pertama adalah orang yang sangat bagus; yang kedua tidak begitu buruk; yang ketiga tidak begitu bagus; yang keempat sama sekali tidak bagus, dan sejarah berulang lagi. Sungguh merisaukan! Semuanya dimulai dengan sangat indah dan berakhir dengan sangat buruk.

Demikianlah semua hal ini berulang terus. Sungguh merisaukan, bukankah demikian? Anda bertanya-tanya, mengapa jalurnya tidak bisa dipertahankan untuk terus bergerak ke atas, bukannya selalu bergerak ke bawah? Sejarah diangkat naik lalu jatuh kembali. Lebih baik tidak usah diangkat naik daripada nantinya jatuh kembali, bukankah begitu?

Tidak ada yang berada di puncak yang bisa tetap bertahan di sana. Terdapat sesuatu di dalam kodrat manusia yang cenderung untuk bergerak turun!

Manusia tidak memiliki kuasa untuk luput dari tarikan gravitasi dosa.

Itulah hal yang dimaksudkan oleh Alkitab sebagai dosa. Dosa adalah hal yang cenderung untuk bergerak ke bawah. Sama seperti prinsip gravitasi. Massa bumi ini menarik semua benda ke bawah. Dan kodrat di dalam diri kita ini, begitulah cara Alkitab menyebutnya, bekerja persis seperti daya gravitasi bumi. Ia menarik segala sesuatunya ke bawah. Jika Anda melontarkan sesuatu ke arah atas, maka ia akan turun kembali. Sejarah juga demikian. Orang yang pertama mencoba untuk meluncurkan satu dinasti baru, seperti meluncurkan roket. Dia mencoba untuk mengirimkannya ke atas, namun dinasti itu bergerak turun lagi. Bumi menarik roket itu turun kembali. Dan manusia jelas-jelas tidak punya kuasa untuk luput dari gravitasi ini. Inilah poin yang disampaikan oleh Injil.

Saat Anda melihat roket yang meluncur ke atas, Anda bisa melihat kekuatan yang mendorong yang bersumber dari motor-motor peluncurnya. Untuk apa kekuatan itu? Mengapa Anda memerlukan kekuatan yang sedemikian besarnya untuk membawa naik benda seberat beberapa ton ini? Karena begitu kuatnya tarikan dari gravitasi bumi sehingga dibutuhkan tenaga yang sangat besar untuk bisa mengatasinya, untuk bisa bergerak keluar dari wilayah pengaruh gravitasi bumi ini. Anda bisa perhatikan bahwa sekalipun benda itu sudah mencapai orbitnya, dia tetap akan turun kembali. Mungkin memerlukan waktu yang cukup lama akan tetapi dia pasti akan turun. Jika Anda meluncurkan sebuah satelit ke orbit bumi, apakah yang terjadi? Dia akan jatuh, secara perlahan tetapi pasti. Bumi akan menariknya kembali. Dia memang akan bertahan di sana untuk sementara waktu, akan tetapi secara perlahan, gerak lingkarnya akan semakin mengecil entah dalam hitungan bulan ataupun tahun, dan bumi menang lagi. Pada akhirnya, bumi akan menariknya jatuh. Jadi, Anda harus berada di luar pengaruh gravitasi bumi atau Anda akan kembali lagi. Itulah persoalannya.

Seperti itulah kodrat manusia. Kodrat manusia seperti gravitasi bumi itu. Kita tidak bisa mengatasi gravitasi dosa di dalam hidup kita ini. Kita tidak bisa melakukannya. Kita tidak memiliki kekuatan yang diperlukan, seringkali kita berusaha, kita bikin suatu peluncuran, kita naik sampai cukup tinggi - seperti orang yang dengan kuatnya melemparkan bola bisbol dan bola itu meluncur tinggi ke atas, dan Anda terkagum-kagum, "Wow! Tinggi sekali! Aku tidak bisa melempar setinggi itu!" Bola itu memang akan bertahan cukup lama di atas, namun ia tetap akan turun kembali. Ia akan turun kembali tidak peduli seberapa tinggi Anda melemparkannya, karena tenaga kita tidak cukup kuat untuk mengatasi kekuatan gravitasi. Tidak cukup kuat.

Terimalah kuasa Allah untuk bebas dari perbudakan oleh kuasa dosa

Inilah yang dimaksudkan bahwa menjadi anak Allah itu membutuhkan kuasa Allah! Karena secara alamiah, kita ini diperbudak oleh tenaga gravitasi dosa, entah kita suka atau tidak, dan seringkali kita memang tidak menyukainya. Orang yang berada di bawah perbudakan suatu sistem tertentu bisa saja tidak menyukai keadaan tersebut, akan tetapi mereka tidak punya pilihan. Bisa dikatakan kita adalah budak-budak si Jahat, dialah pusat kehidupan kita, hal ini bukan berarti kita senang menjadi budak Iblis, melainkan karena kita tidak punya pilihan lain! Kita tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi tenaga gravitasi yang mengurung kita di dalam belenggu ini.

Seringkali, kita mungkin melakukan reformasi moral. Kita berusaha untuk mengatasinya akan tetapi tetap saja kita tidak memenangkannya. Mungkin, kadang kala, kita bisa mencapai suatu jarak tertentu, namun tetap saja kita kalah. Cepat atau lambat, gravitasi itu akan menarik kita kembali. Ini tentunya bukanlah 'kabar baik' bagi kita. Kita tampaknya tidak bisa lolos dari kuasa dosa, kuasa yang terus menerus menarik kita ke bawah, kuasa yang menyelubungi segala sesuatu yang ada. Selalu saja kuasanya tidak mencukupi. Terdapat kemerosotan; terjadi kehancuran yang terus menerus, suatu prinsip keruntuhan, prinsip yang menghentikan segala sesuatu yang bergerak. Segala sesuatunya akan mencapai titik perhentian.

Demikianlah, semua ini bergantung pada kuasa. Sekarang ini saya adalah seorang Kristen karena saya tahu bahwa satu-satunya solusi bagi persoalan ini adalah kuasa Allah! Saat Anda mengalami kuasa Allah, maka Anda akan tahu bahwa hal itu nyata. Tak ada jalan lain bagi Anda untuk bisa meloloskan diri dari kuasa dosa yang dahsyat ini. Tanpa kuasa Allah, dosa akan menang.

Anda boleh saja melakukan reformasi moral, Anda boleh mencoba dengan pendidikan. Dunia ini telah mengupayakan segalanya: berusaha menciptakan masyarakat baru; berusaha membangun bangsa yang baru. Untuk bisa membangun bangsa yang baru, maka Anda harus memiliki masyarakat yang baru. Bagaimana supaya bisa memiliki masyarakat yang baru? Apa jalan keluar yang ditawarkan oleh dunia? Dunia telah mencoba, misalnya, melalui pendidikan. Namun orang terpelajar, ternyata tidak lebih baik dari orang lain. Mereka memang menjadi orang-orang yang lebih berpengetahuan, akan tetapi mereka tidak lebih baik daripada orang lain. Jika mereka memang lebih baik daripada orang lain, maka semua kaum intelektual kita tentunya akan menjadi orang-orang yang sangat luar biasa. Ternyata mereka juga melakukan kejahatan yang sama dengan orang lain, hanya saja mereka melakukannya dengan cara yang lebih cerdik, namun tetap saja dosa. Jadi, semua upaya itu ternyata sia-sia saja.

Hanya kuasa Allah yang bisa menolong kita melalui semua ini. Apakah ini hanya sekadar teori? Apakah ini hanya semacam harapan saja? Jika ini hanya merupakan harapan, berarti saya telah menyia-nyiakan waktu saya dengan memberitakan Injil. Saya memberitakan Injil karena saya memperoleh kepastian dan keyakinan, dan keyakinan serta kepastian ini berasal dari pengalaman bahwa kuasa Allah bisa membebaskan kita. Itulah alasan mengapa saya menjadi orang Kristen sekarang ini.

Saya pernah mengusahakan jalan yang lain. Ketika saya belum menjadi Kristen, saya memikirkan tentang jalan lain, yaitu jalur militer. Saya berniat menegakkan kebenaran dengan memakai jalur militer. Kedengarannya bagus namun hanya selama Anda masih hidup. Orang berikutnya, yang akan menggantikan Anda memimpin kekuatan militer itu, bisa saja memiliki kepribadian dan cita-cita yang berbeda dengan Anda. Lalu sejarah akan berulang lagi. Tidak ada solusi. Saya beritahu Anda dengan sejujurnya, tidak ada jalan keluar yang lain. Entah kita akan mengakui bahwa kuasa Allah akan membebaskan kita dari prinsip pembusukan yang selalu membuat sejarah buruk berulang, atau kita tidak memiliki solusi sama sekali. Manusia telah mengusahakan berbagai macam cara, namun sia-sia saja.

Kita hidup di zaman yang rawan

Kita sekarang hidup di zaman di mana keberadaan Anda dan saya bisa lenyap dalam waktu 5 menit jika seseorang, di suatu tempat, menekan tombol yang salah. Itulah masa depan "cerah" yang sedang kita hadapi. Ilmu pengetahuan telah membawa kita pada tingkatan di mana keberadaan kita menjadi sangat tidak menentu. Sekarang ini, sekalipun Anda berniat untuk melarikan diri, tidak ada tempat yang bisa Anda pergi. Di zaman ini, kepanikan dengan cepat bisa terjadi di mana-mana.

Bisnis membangun ruang perlindungan bawah tanah

Tahukah Anda bisnis apa yang paling menguntungkan di Inggris sekarang ini? Salah satu bisnis yang paling menguntungkan adalah pembangunan bunker perlindungan dari bom. Para pembangun ruang-ruang perlindungan dari serangan bom sedang mengalami masa keemasan dalam bisnisnya! Mereka bahkan tidak sanggup mengimbangi pesanan yang masuk! Setiap orang ingin membangun ruang perlindungan dari bom nuklir di halaman rumah mereka. Daftar antrian orang-orang yang memesan lubang perlindungan ini begitu panjang.

Di Swiss sudah merupakan suatu kewajiban bagi setiap rumah untuk memiliki ruang perlindungan bawah tanah semacam ini. Di lantai bawah setiap rumah terdapat lubang perlindungan. Apakah ruang-ruang perlindungan itu bisa melindungi mereka dari ledakan bom nuklir, saya meragukannya, namun setidaknya bunker-bunker tersebut memberikan semacam rasa aman. Saya pernah tinggal di sebuah apartemen, dan di lantai dasar gedung apartemen tersebut ada sebuah pintu besi yang sangat tebal menuju ke bunker, ruang perlindungan yang terbuat dari beton tebal. Setiap orang ingin selamat [dari bom nuklir]. Seperti inilah cara hidup kita sekarang ini - di dalam lingkungan lubang perlindungan.

Bisnis makanan beku-kering

Bisnis lain yang sedang berkembang dan menghasilkan keuntungan besar di Amerika Utara dan juga di Eropa adalah bisnis makanan beku kering (freeze-dried). Bisnis makanan beku-kering sedang maju pesat. Sekarang ini Anda bisa membeli makanan beku kering yang bisa bertahan sampai sekitar 4 - 6 tahun. Demikianlah, setelah Anda membangun bunker kemudian Anda harus mengisi bunker Anda dengan makanan yang bertahan lama supaya Anda tidak mati kelaparan. Makanan kalengan yang berada dalam kondisi yang bagus hanya bisa bertahan sampai sekitar setahun, bergantung apakah isinya sayuran atau daging, akan tetapi makanan yang dikeringkan lewat proses pembekuan bisa bertahan sampai sangat lama. Kita sedang hidup di zaman yang sangat menarik.

Dunia yang di bawah kendali serta kuasa Iblis akan dihancurkan

Dosa adalah unsur yang dominan di dalam dunia ini, entah kita bersedia mengakuinya atau tidak. Dan karena dosa merupakan unsur yang dominan, maka kehancuran pasti akan datang. Cepat atau lambat, mudah-mudahan lambat, tahapan itu akan tercapai. Seperti inilah dunia yang kita tinggali ini. Itulah kenyataannya. Kita tidak perlu berpura-pura. Hari ini, cuaca terlihat sangat cerah, namun kita tidak tahu seperti apa rupa dunia ini minggu depan, atau mungkin bulan depan. Mengapa? Karena dosa. Kita tidak suka akan situasi semacam ini, akan tetapi ada semacam kekuatan di luar diri kita yang mengendalikan segala sesuatunya. Itulah hal yang di dalam Alkitab disebut dengan ungkapan bahwa dunia ini berada di dalam kuasa Iblis. Anda tidak suka akan hal itu tetapi Anda tahu bahwa ia memang memegang kendali. Anda tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi minggu depan, namun ada kuasa di luar diri kita yang sedang mengerjakannya. Manusia tampaknya sedang dikendalikan oleh kekuatan yang berasal dari luar diri mereka.

Situasi di Timur Tengah

Tampaknya, tidak seorangpun menginginkan perang, akan tetapi nyatanya kita selalu berperang. Situasi di Timur Tengah ini sangatlah berbahaya - setiap orang tahu bahwa segala sesuatu bisa menjadi pemicu perang besar di Timur Tengah. Segala hal yang remeh sekalipun bisa menjadi sumbu bagi bom berikutnya, dan Anda tidak tahu siapa yang akan menyalakan sumbu tersebut. Apa yang sedang terjadi? Itulah hal yang dimaksudkan di dalam Alkitab. Alkitab menjelaskan dengan terperinci hal-hal yang sedang terjadi ini, bahwa anak-anak kegelapan sedang mengendalikan dunia ini, karena mereka sendiri berada di bawah kendali kuasa kegelapan yang tampaknya memegang kekuasaan atas segala sesuatu di dunia ini. Itulah yang dimaksudkan oleh Alkitab bahwa dunia ini sedang berada di bawah kuasa Iblis. Manusia tidak tahu mengapa dia sampai berbuat seperti itu. Setelah melakukan perbuatan tersebut, dia lalu mengenang hal tersebut dengan rasa malu, namun sudah terlanjur.

Holocaust (pembunuhan besar-besaran orang Yahudi oleh tentara Jerman di Perang Dunia II)

Saya pernah bertanya kepada seorang sahabat saya yang berkebangsaan Jerman, "Ada apa dengan mentalitas bangsa Jerman sehingga bisa membunuh 6 juta orang dengan kamar-kamar gas? Ada apa dengan mentalitas bangsa Jerman sehingga bisa berbuat seperti itu? Dari pengamatan saya, orang-orang Jerman terlihat baik dan ramah. Kalian tampaknya sangat beradab. Kalian terlihat sangat terpelajar. Namun apa yang terjadi dengan mentalitas kalian sehingga bisa berbuat sekejam itu? Membunuh 6 juta orang dengan meracuni mereka di dalam kamar-kamar gas. Mentalitas macam apa itu?" Belakangan, saat saya renungkan kembali hal tersebut, saya merasa sangat marah dengan diri saya sendiri, mengapa saya sampai mengajukan pertanyaan seperti itu? Malahan, dia sendiri juga tertegun dan begitu sedih mendengar pertanyaan saya, dia sampai tidak bisa menjawab sama sekali. Dia berkata bahwa dia tidak tahu apa jawaban atas pertanyaan tersebut. Dia juga tidak paham apa yang telah terjadi.

Saat saya renungkan hal tersebut, saya sangat menyesal telah bertanya seperti itu kepadanya. Saya rasa ini adalah pertanyaan yang tidak adil, walaupun pertanyaan tersebut memang mengusik hati saya. Pertanyaan ini tidak adil karena dia sendiri juga sedih akan adanya peristiwa tersebut, walaupun dia adalah orang Jerman. Dia menjadi lebih sedih lagi disaat menyadari bahwa dia juga tidak mengerti kenapa saudara-saudara sebangsanya berbuat sekejam itu. Dia tidak mengerti.

Sekalipun Anda tidak mengingininya, Anda berada di bawah kuasa Iblis

Orang Jerman sendiri tidak bisa memahami mengapa mereka sampai berbuat seperti itu, sama seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus, "Aku berbuat dosa, namun aku tidak bisa menghindari perbuatan dosa. Aku juga tidak tahu mengapa aku sampai berbuat dosa." Satu-satunya penjelasan yang bisa saya pikirkan adalah karena ada prinsip dosa yang mendorong saya untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak ingin saya perbuat. Namun saya melakukannya. Saat saya renungkan, setelah kejadiannya berlangsung, saya lalu menanyakan diri saya, "Apa yang telah kuperbuat ini?" Itulah hal yang, di dalam Alkitab, disebut sebagai keadaan anak-anak si Jahat.

Bukan berarti bahwa Anda berminat untuk menjadi anak si Jahat, namun Anda mau tidak mau sedang berada di bawah kuasanya, di bawah kuasa dosa. Dan karena itu Anda akan mengerjakan hal-hal yang nantinya Anda sesali. Lalu Anda bertanya-tanya mengapa Anda sampai melakukan semua itu? Saya sampaikan hal ini agar Anda mengerti bahwa prinsip inilah yang sedang diuraikan oleh Alkitab, meskipun prinsip ini mungkin terdengar agak aneh bagi telinga Anda, namun prinsip ini nyata. Anda tahu bahwa prinisp ini benar. Orang-orang Jerman tahu bahwa prinsip ini nyata. Mereka jijik pada diri mereka sendiri karena telah melakukan perbuatan sekeji itu. Sungguh suatu perbuatan yang sangat keji, akan tetapi mereka juga tidak tahu mengapa mereka melakukannya. Mereka juga tidak bisa memahami diri mereka sendiri. Mengapa mereka melakukannya? Bukankah hal ini menyakitkan?

Saya merasa bersalah karena telah mengajukan pertanyaan semacam itu kepada teman saya. Pertanyaan tersebut tidak adil karena bisa saja Anda atau saya akan melakukan hal yang sama dalam keadaan yang serupa dengan orang-orang pada saat itu, orang-orang yang sedang hanyut oleh suatu doktrin, dibius oleh ajaran yang sesat, seperti yang terjadi pada kebanyakan orang di zaman sekarang ini. Mereka kerjakan segala sesuatu yang, pada saat itu, mereka pandang benar, dan belakangan baru mereka sadari bahwa semua itu salah.

Pilihlah untuk tidak hidup di dalam dosa, untuk tidak lagi menjadi anak si Jahat

Lalu bagaimana kita bisa merdeka? Mari kita lihat apa yang diajarkan oleh Kitab Suci karena saya tidak sedang memberikan hasil pemikiran saya sendiri. Saya hanya sekadar menyampaikan Firman Allah.

Di dalam Alkitab, berulang kali kita menemukan pembahasan tentang keberadaan sebagai anak, pilihan yang akan memisahkan orang-orang menjadi dua golongan. Entah Anda menjadi anak si Iblis, sekalipun Anda tidak menyukainya, atau Anda bisa memilih untuk menjadi anak Allah. Itulah makna menjadi seorang Kristen sejati. Hal inilah yang akan kita teliti nanti, karena memang ada orang Kristen yang palsu. Yang dimaksudkan sebagai iman, percaya atau tindakan iman menurut Alkitab adalah pilihan yang kita ambil ketika kita berkata, "Aku tidak mau berada di dalam dosa lagi. Aku tidak mau berada di dalam kegelapan lagi. Aku tidak mau menjadi anak-anak kegelapan. Aku tidak mau menjadi anak si Jahat lagi. Dan aku memiliki pilihan itu. Allah telah memberiku pilihan tersebut. Aku memilih untuk menjadi anak Allah. Dia telah memberiku undangan untuk bisa menjadi anakNya, dan aku memilih untuk menerima undangan untuk menjadi anakNya." Itulah artinya menjadi seorang Kristen.

Perhatikan hal yang berikut ini. Anda baca dari Yoh 8:41-45, di mana Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, "Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah."

Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku."

Ini adalah bagian bacaan yang sangat penting. Perhatikan di ayat 41 orang-orang religius ini, yakni orang-orang Yahudi (dan sebagian orang Kristen zaman sekarang juga) berkata, "Kami memiliki satu Bapa, bahkan Allah-lah yang menjadi Bapa kami. Kami adalah anak-anak Allah!" Dan Yesus berkata, "Belum tentu."

Seorang anak Allah berpikir dan berperilaku seperti Bapanya

Mengapa belum tentu? Di sini ada satu prinsip vital dalam Alkitab. Bagaimana kita bisa menjadi anak Allah? Untuk memahami hal tersebut, kita harus tahu apa arti anak Allah. Selalunya jika seseorang adalah ayah kita, maka kita otomatis menjadi anaknya. Pemahaman di dalam Alkitab tidak selalu berjalan seperti itu. Tanda keberadaan sebagai anak menurut Alkitab adalah dari perilaku Anda. Bagaimana sikap hati dan bagaimana perbuatan Anda, itulah tanda dari keberadaan sebagai anak. Itulah tepatnya hal yang disampaikan oleh Yesus di Yoh 8:39, "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham." Itulah kunci untuk memahami makna anak menurut Alkitab.

Mengapa kita menjadi anak-anak si Jahat? Karena kita mengerjakan hal-hal yang dikerjakan oleh si Jahat. Apakah hal yang dikerjakan oleh si Jahat? Dia berbuat dosa. Dia bersikap egois. Si Jahat selalu mementingkan dirinya sendiri; dia ingin menggantikan Allah. Dia ingin menikmati sendiri segala kemuliaan.

Alkitab memberitahu kita bahwa tanda dari seorang anak adalah bahwa si anak itu melakukan apa yang diperbuat oleh bapanya. Menurut Kitab Suci, keberadaan sebagai anak berkenaan dengan keserupaan di dalam karakter dan perilaku. Itulah tanda seorang anak.

Jika saya mengaku sebagai anak Allah namun tidak berperilaku sebagai anak Allah, saya tidak berperilaku sebagaimana perilaku Yesus, maka saya adalah orang munafik. Saya adalah pendusta; saya tidak menyampaikan kebenaran. Itulah sebabnya mengapa Yesus menyebut orang-orang Farisi sebagai orang-orang munafik. Mereka tidak menyatakan kebenaran. Mereka mengaku sebagai anak-anak Allah, akan tetapi mereka tidak berperilaku sebagai anak-anak Allah. Apakah Anda berperilaku sebagai anak Allah? Bagaimana perilaku Anda di rumah? Bagaimana perilaku Anda di sekolah? Bagaimana sikap hati dan mentalitas Anda? Ini adalah pokok yang sangat penting untuk dicamkan, dan ini juga merupakan prinsip yang berlaku di sepanjang isi Kitab Suci, bahwa keberadaan sebagai anak itu berkaitan dengan keserupaan di dalam sikap hati dan perilaku.

Saat kita memilih untuk menjadi anak Allah, kita tidak sekadar memilih suatu bentuk hubungan tertentu dengan Allah yang kita pikir akan terbentuk hanya dengan semacam pengakuan iman. Hal itulah yang dilakukan oleh orang-orang Farisi. Yang benar, kita sedang memilih untuk masuk ke dalam suatu cara hidup yang sepenuhnya baru, cara berpikir yang baru serta perilaku yang baru pula. Itulah arti menjadi seorang Kristen. Anda tidak sekadar memilih untuk mempercayai suatu doktrin tertentu. Anda sedang memilih suatu cara hidup yang baru.

Itulah hal yang penting untuk Anda pahami dan saya ingin agar mereka yang akan dibaptis memahami hal ini dengan jelas. Jika tidak, nantinya Anda akan menjadi munafik. Anda akan berbicara seperti seorang Kristen namun Anda akan berperilaku seperti orang non-Kristen. Itulah artinya menjadi munafik. Sudah terlalu banyak orang munafik di tengah gereja. Dari sisi luarnya, mereka mengaku sebagai orang Kristen, mereka berbicara selayaknya seorang Kristen, namun ketika Anda meneliti kehidupan mereka, ketika Anda amati mentalitas mereka, perilaku mereka, maka yang akan Anda lihat ada seorang non-Kristen. Mereka tidak berbeda dari orang-orang tidak percaya. Akan tetapi mereka mengklaim sebagai orang Kristen. Jika seperti itu cara Anda berperilaku, lalu Anda menyebut dii sebagai anak Allah, berarti Anda sedang menipu diri. Alkitab tidak bermaksud menarik suatu garis batas yang menyatakan, "Semua orang Kristen adalah anak-anak Allah dan semua orang non-Kristen adalah anak-anak iblis." Sama sekali bukan seperti itu! Ada sangat banyak orang yang disebut 'Kristen' yang sebenarnya adalah anak-anak si Jahat. Sangatlah penting untuk bisa memahami hal ini.

Kamu orang-orang Farisi adalah ular-ular dan keturunan ular, yaitu iblis.

Pokok ini disampaikan di sepanjang isi Kitab Suci. Mari kita kembali ke ayat di Matius 23:33, melihat apa yang Yesus maksudkan ketika dia berkata kepada orang-orang Farisi, "Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak!" Iblis digambarkan sebagai ular di dalam Alkitab oleh karena ia licik, berbisa, cemar dan selalu siap menyakiti siapapun. Mereka disebut anak-anak iblis karena perilaku mereka sama seperti bapa mereka. Saat Yesus menyebut mereka sebagai anak-anak iblis, dia tidak sedang menghina mereka; Dia tidak sedang mempermalukan mereka; ini lebih tepat jika disebut sebagai suatu diagnosa medis. Saat dokter berkata bahwa Anda terkena kanker atau diabetes, si dokter tidak sedang bermaksud untuk menghina Anda; dia sedang memberitahu Anda tentang kondisi Anda, bahwa jika Anda tidak berbuat sesuatu, maka Anda akan mati.

Saat Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, "Hai kamu ular-ular." Itu menunjukkan watak mereka, dia tidak sedang menghina mereka. Dia sedang memberitahu mereka, "Seperti itulah kondisi kalian, jika kalian tidak diubah oleh Allah, jika kalian tidak menjadi manusia baru, maka kalian akan mati."

Itulah hal yang dikatakan di dalam ayat berikutnya, yakni Mat 23:33 - "Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?" bagaimana Anda bisa meluputkan diri? Jika Anda tidak berhenti menjadi ular, jika seluruh karakter batiniah Anda tidak diubah, maka tidak ada jalan bagi Anda untuk meluputkan diri dari hukuman neraka.

Banyak orang, saat mereka membaca Matius pasal 23, mereka mengira bahwa Yesus sedang menghina orang-orang Farisi; setidaknya dia sedang mengecam mereka. Bukan begitu. Berpikir secara ini berarti tidak memahami Yesus sama sekali. Dia sedang mendiagnosa keadaan rohani mereka dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka tidak berubah, maka mereka tidak akan luput dari neraka. Kesejahteraan kekal mereka sedang dipertaruhkan. Mereka harus mengalami perubahan mendasar.

Keberadaan sebagai anak bukan status, tapi cara hidup yang baru

Jika Anda mempelajari hakekat dari keberadaan sebagai anak di sepanjang Perjanjian Baru, Anda akan menemukan pokok yang satu ini, bahwa keberadaan sebagai anak itu berkaitan dengan mentalitas dan cara hidup. Sebagai contoh, di Matius 5:9, apa yang tertulis di sana? Berbahagialah orang yang membawa damai. Mereka bukanlah ular beludak. Ular beludak sangat berbisa; mereka mencelakai orang lain. Akan tetapi orang-orang yang membawa damai adalah mereka yang membawa berkat kepada orang lain. "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Keberadaan sebagai anak itu berkaitan dengan jenis sikap hati dan perilaku yang tertentu, yaitu mereka yang membawa damai. Orang yang membuat masalah, tentunya bukan anak-anak Allah, apapun penilaian mereka terhadap diri mereka sendiri.

Namun orang-orang yang membawa damai, yang mengumpulkan mereka yang terluka, yang menyembuhkan luka-luka, mereka itulah yang disebut anak-anak Allah.

Di Matius 5:45, kita menemukan hal yang serupa. Mereka yang mengasihi musuh-musuhnya, merekalah yang disebut anak-anak Allah. Menjadi anak-anak Allah tidak berkaitan dengan pemihakan kepada agama tertentu; keberadaan ini berkaitan dengan sikap hati dan pikiran yang menghasilkan perilaku tertentu, mengasihi orang lain, bahkan musuh Anda. Itulah tanda dari anak. Dan itu semua bukanlah hal-hal yang bisa kita kerjakan dengan kekuatan kita sendiri. Itulah sebabnya mengapa saya katakan bahwa kuasa Allah itu seperti tenaga roket yang mengangkat kita ke atas dengan kuasaNya, keluar dari lingkungan pengaruh tarikan gravitasi dosa.

Semua berasal dari kuasaNya; saya tidak bisa mengasihi musuh-musuh saya. Saya tidak bisa melakukan hal itu, akan tetapi kuasa Allah memampukan saya melakukannya. Dia bisa memampukan saya untuk melakukannya sehingga saya sendiri akan terkejut pada apa yang telah saya kerjakan. Hal yang secara alami tidak bisa saya perbuat, saya dapati bahwa saya sedang mengerjakannya oleh karena kuasa Allah. Jika kuasa Allah itu tidak nyata, maka saya tidak akan bisa melakukannya. Namun karena kuasa Allah itu nyata, maka saya bisa mengerjakannya. Itulah bukti dari kuasa Allah. Jika Anda mencoba untuk melakukannya dengan kekuatan Anda sendiri, Anda akan dapati bahwa Anda tidak bisa melakukannya. Tindakan tersebut bertentangan dengan kodrat manusia; bertentangan dengan hukum gravitasi. Akan tetapi kuasa Allah memampukan kita untuk melakukannya. Dia memampukan kita untuk menjadi anak-anak Allah dan berfungsi sebagai anak-anak Allah.

Anda akan menemukan di dalam Perjanjian Baru, keberadaan sebagai anak ini tidak berhubungan dengan status melainkan dengan cara hidup yang sepenuhnya baru. Saya perlu menekankan pokok ini karena ada satu ajaran di tengah gereja yang bertentangan dengan pokok ini. Ada satu ajaran yang mengatakan bahwa Anda cukup mempercayai Yesus, dengan membuat semacam pernyataan iman, lalu Anda boleh terus berbuat dosa sebanyak yang Anda suka dan Anda akan tetap diselamatkan. Sungguh ajaran yang luar biasa! Namun Anda tahu bahwa ajaran semacam ini memang ada. Ini bukanlah ajaran yang alkitabiah. Itulah sebabnya mengapa saya selalu menyatakan kepada Anda bahwa menurut Alkitab, kedudukan sebagai Anda itu bukanlah sekadar status. Hal ini berkaitan dengan cara hidup. Sangatlah penting untuk mencamkan hal ini. Karena adanya sebagian orang Kristen yang tidak memahami hal ini, mereka lalu berpikir bahwa karena Anda sudah menjadi seorang Kristen, maka Anda boleh terus berbuat dosa dan tetap diselamatkan. Sekalipun mentalitas Anda tidak berubah, sekalipun perilaku Anda tidak berubah, Anda tetap akan diselamatkan. Saya tidak tahu ajaran macam apa itu karena saya tidak menemukan dasarnya di dalam Alkitab.

Kita melanjutkan lagi penelusuran kita di dalam Kitab Suci, 2 Korintus 6:17-18, misalnya, memberitahu kita akan hal yang sama. Allah memberitahu kita tentang orang macam apa yang akan Dia sebut sebagai anakNya. Alkitab memberitahu kita bahwa orang-orang yang keluar dari belenggu dosa, yang tidak mau berhubungan lagi dengan hal-hal yang cemar, orang-orang semacam itulah, menurut ayat 18, yang akan disebut oleh Allah sebagai anak-anakNya, dan Allah akan menjadi bapa mereka. Allah mengharapkan agar mereka mengalami perubahan sepenuhnya di dalam cara hidup mereka. Itulah hal yang perlu terlaksana untuk menjadi anak.

Hal yang sama juga dinyatakan di Efesus 1:4-7. Di dalam ayat 5 dinyatakan bahwa kita menjadi anak-anak Allah karena diadopsi oleh Allah. Namun di ayat 4 dinyatakan kepada kita bahwa kita telah meninggalkan hidup yang lama yang berada di dalam dosa, karena Allah ingin membawa kita dalam keadaan kudus dan tanpa cela ke hadiratNya. Ayat 7 memberitahu kita bahwa dengan darah Kristus, Allah menyucikan kita dan membuat kita berkenan di hadiratNya

Dan terakhir, di dalam Wahyu 21:7, kita diberitahu siapa saja orang-orang yang disebut sebagai anak oleh Allah. Mereka yang menang, yang mengatasi tarikan gravitasi dosa, dan melakukan semua ini tidak dengan kekuatannya sendiri melainkan dengan kuasa Allah.

Berulang-ulang kali, Kitab Suci terus memberitahu kita bahwa, "Kalau kamu anak-anak Abraham, maka kamu akan melakukan apa yang telah dilakukan oleh Abraham." Apakah hal yang dilakukan oleh Abraham? Dia mentaati Allah. Itulah hal yang dia lakukan. Saat Allah menyuruhnya untuk mengerjakan sesuatu, dia melakukannya. Dan setiap anak Allah adalah orang yang seperti Abraham, yang melakukan apa yang telah dilakukan oleh Abraham.

Hal yang sama juga disebutkan di Roma 8:14: Mereka yang dipimpin oleh Roh, merekalah yang disebut sebagai anak-anak Allah. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sekali lagi, ini bukan masalah status; orang yang selalu dipimpin oleh Roh Kudus itulah yang disebut sebagai anak-anak Allah menurut Alkitab. Jadi janganlah beranggapan bahwa karena Anda telah dibaptis atau karena Anda pernah membuat semacam pengakuan iman, maka Anda sekarang memiliki status untuk layak disebut 'lahir baru'. Dan karena Anda telah lahir baru, lantas Anda boleh berbuat dosa. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan makna 'lahir kembali'.

Di 1Yoh 3:8-9, di sana dikatakan hal yang sama, bahwa semua yang dilahirkan dari Allah tidak meneruskan perbuatan dosa. Ayat 8 berkata bahwa semua yang terus berbuat dosa berasal dari iblis. Hal ini dinyatakan dengan jelas kepada kita. Jika Anda terus hidup di dalam dosa, sekalipun Anda mengaku sebagai orang Kristen, Anda berasal dari iblis. Namun jika Anda telah menjadi anak Allah, Anda tidak meneruskan hidup di dalam dosa. Bukan berarti bahwa Anda tidak akan pernah berbuat dosa lagi, namun maksudnya adalah bahwa Anda tidak mempunyai kebiasaan untuk berbuat dosa lagi. Kadang kala Anda terpeleset, kadang kala Anda terjatuh dan Anda perlu untuk kembali kepada Allah lewat pengampunan. Akan tetapi, yang jelas telah terjadi perubahan di dalam mentalitas Anda. Dan segenap arah tujuan hidup Anda telah berubah. Anda tidak membiasakan diri lagi untuk hidup di dalam dosa. Kadang kala Anda terjatuh akan tetapi Anda tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan Anda. Mentalitas Anda telah berubah sepenuhnya.

Anda harus membuat pilihan untuk menjadi anak Allah

Apakah Anda anak Allah? Apakah Anda bukan anak Allah? Itu adalah pilihan yang sedang Anda hadapi sekarang ini. Apakah Anda yakin bahwa Anda adalah anak Allah? Perhatikan saja cara hidup Anda sehari-hari. Apakah mentalitas dan perilaku Anda menunjukkan bahwa Anda adalah anak Allah? Apakah orang lain melihat keserupaan dengan Kristus di dalam diri Anda? Itulah persoalannya. Jika tidak, maka datanglah kepada Tuhan. Biarkanlah Roh Allah masuk ke dalam hidup Anda dan mengubah Anda. Menjadi seorang Kristen berarti diubah. Begitulah cara kita menjadi umat yang baru. Itulah pilihan yang harus Anda buat.
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik