FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

adakah bid'ah hasanah? Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

adakah bid'ah hasanah? Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

adakah bid'ah hasanah?

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty adakah bid'ah hasanah?

Post by keroncong Fri Nov 11, 2011 12:39 pm

Bid'ah hasanah sampai saat ini masih menjadi polemik dikalangan kaum muslimin, sebagian mereka menerima istilah ini dan sebagian lagi menolaknya dengan berprinsip bahwa setiap bid'ah adalah sesat. Sementara itu orang yang menerima adanya bid'ah hasanah berdalih bahwa bid'ah itu dilakukan dalam rangka beribadah dan taqarub ke pada Allah. Selain itu mereka juga punya beberapa argument dian taranya:
 Ungkapan Umar Radhiallaahu anhu: "inilah sebaik-baik bid'ah" ketika menda pati kaum muslimin berkumpul untuk shalat tarawih berjama'ah de ngan satu imam
 Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasalam :
Makna yang benar dari hadits ini bisa dilihat dalam penjelasan selanjutnya.
 Jika setiap hal yang baru (bid'ah) adalah sesat maka ber arti kemajuan teknologi, komuni kasi dan sejenisnya adalah dila rang karena tidak ada pada zaman Nabi Shallallahu alaihi wasalam
Inilah diantara alasan-alasan yang sering digunakan oleh mereka yang menerima adanya bid'ah hasanah. Bagaimanakah penjelasan ulama dalam masalah ini ?

Ucapan shahabat Umar Radhiallaahu anhu : "inilah sebaik-baik bid'ah"
Sebagaimana diketahui bahwa ucapan ini beliau sampaikan keti ka melihat kaum muslimin melaku kan qiyamul lail dibulan Ramadhan secara berjamaah.Yang jadi perta nyaan adalah apakah benar qiyamul lail dibulan Ramadhan dengan ber jamaah itu merupakan perbuatan bid'ah ? jawabannya adalah seba gaimana yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsa imin bahwa itu bukanlah bid'ah bahkan termasuk sunnah rasulul lah Shallallahu alaihi wasalam, berdasarkan hadits riwa yat Bukhari dan Muslim dari Aisyah, bahwa Nabi saw pernah melakukan qiyamul lail dibulan Ramadhan bersama para shahabat selama 3 malam berturut-turut, kemudian beliau tidak melakukannya pada malam berikutnya dan bersabda:
"Sesungguhnya aku takut kalau shalat tersebut diwajibkan atas kamu lalu kamu tidak akan sanggup melaksanakannya"
Dan setelah Nabi Shallallahu alaihi wasalam menghentikan qiyamul lail ini maka diantara para shahabat ada yang melakukannya sendiri-sendiri, ada yang berjamaah dengan beberapa orang saja, dan ada pula yang berjamaah dengan jumlah besar. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhirnya Amirul Mukminin Umar mengumpulkan mereka kepada satu imam, lalu beliau berkomentar "inilah sebaik-baik bid'ah ….dalam arti bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan kaum muslimin sebelumnya.
Dari sini jelas sekali bahwa beliau Shallallahu alaihi wasalam, tidaklah membuat atau menciptakan ajaran baru dalam islam berupa qiyaumul lail di bulan Ramadhan dengan satu imam, namun justru yang beliau lakukan adalah menghidupkan kembali sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah, karena sudah tidak ada lagi kekhawatiran akan diwajibkannya shalat malam tersebut. Lain dari pada itu beliau adalah orang yang sangat patuh kepada firman Allah ta'ala dan sabda rasulullah Shallallahu alaihi wasalam. Tidak mungkin bahwa apa yang beliau ucapkan "inilah sebaik-baik bid'ah" adalah bid'ah sebagaimana yang disabdakan Nabi :setiap bid'ah adalah kesesatan. Oleh karena itu tidak layak bagi kita kaum muslimin memper-tentangkan sabda rasul dengan perkataan shahabatnya yang sudah dijamin oleh Nabi sendiri bahwa mereka adalah generasi terbaik dan paling adil.

Hadits Nabi "Man sanna……"dst
Mereka yang membenarkan adanya bid'ah hasanah mengartikan hadits yang kami sebutkan dimuka (point 2) sebagai berikut:
Barang siapa yang (membuat atau mengadakan) Sunnah yang baik dalam Islam, maka ia mendapat pahala perbuatannya dan pahala orang-orang yang mengikuti perbuatanya itu sampai hari kiamat.
Hadits ini berkaitan dengan kisah orang-orang yang menghadap kepada Nabi saw dan mereka dalam kesulitan besar,maka Nabi menghimbau agar para shahabat mendermakan sebagian harta mereka untuk membantu orang-orang yang kesulitan tadi. Lalu seorang dari kaum Anshor datang dengan membawa sebungkus uang perak yang kelihatannya cukup banyak dan diletakkan dihadapan Rasulullah maka wajah beliau berseri-seri dan bersabda: Man sanna ….dan seterusnya.

Dari sini dapat dipahami bahwa memahami hadits sebagaimana diatas, yaitu "barang siapa membuat (mengadakan) Sunnah…dst adalah tidak benar,karena seluruh sunnah yang berkaitan dengan urusan agama sudah dijelaskan oleh Nabi.
Makna yang benar dari hadits diatas adalah sebagai berikut :
Pertama, Barang siapa berbuat (sesuatu) dalam Islam, perbuatan yang baik….dst, sedang bid'ah bukan termasuk kebaikan dalam islam.
Kedua , barang siapa menghidupkan suatu sunnah dalam Islam …dst
Ketiga, siapa yang memulai mencontohkan kebaikan dalam islam …dst.

Adapun anggapan orang tentang sesuatu yang dinilai sebagai bid'ah hasanah maka, menurut syaikh Muhammad Al Utsaimin tidak lepas dari dua hal:
Pertama kemungkinan bukan termasuk bid'ah namun dianggap sebagai bid'ah.
Kedua, memang benar-benar bid'ah yang sudah barang tentu buruk, namun dia tidak mengetahui keburukannya.

Kemajuan Tehnologi, Bid'ah?
Secara bahasa bid'ah memang punya arti " sesuatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya, atau sesuatu yang diciptakan pertama kali tanpa ada contoh yang mendahu luinya. Jika ditinjau dari segi ini kemajuan Iptek memang bisa dikatakan bid'ah (hal baru) atau sering disebut dengan istilah modern.
Iptek, apapun bentuknya dan bagaimanapun canggihnya itu semua hanyalah sarana, jika sarana itu digunakan untuk perbuatan yang haram maka hukumnya juga haram, jika untuk perbuatan yang diperin-tahkan maka hukumnya juga diperintahkan. Sarana bisa berubah dan berganti dari masa kemasa sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan manusia. Namun berbeda dengan syariat yang tentu saja tidak bisa diperlakukan seperti ini.
Sebagai contoh seseorang yang mau berangkat haji, kalau dulu dilakukan dengan jalan kaki atau naik unta , maka sekarang bisa naik mobil, kapal, atau pesawat, ini tidak jadi masalah karena semua itu merupakan sarana, namun kain ihram yang tidak berjahit tidak bisa diganti dengan baju biasa, gamis, atau yang sejenisnya meskipun teknologi textil dan menjahit semakin maju, karena yang disyariatkan ketika seseorang sedang berihram adalah memakai pakaian tak berjahit.
Dengan demikian yang dimak-sud oleh rasulullah bahwa setiap bid'ah itu sesat adalah hal-hal baru dalam urusan syariat (agama), karena urusan syariat adalah tauqifi yaitu mengikuti apa-apa yang disampaikan oleh beliau Shallallahu alaihi wasalam .
Benarlah apa yang disampaikan imam Asy Syatibi ketika mendefini sikan bid'ah , yatu :" Cara dalam agama yang dibuat buat menyaingi syariat dan dilakukan dengan tu juan seperti halnya tujuan menja lan kan syariat". Juga definisi-definisi lain dari para ulama dan masyayikh bahwa bid'ah yang dimaksudkan dalam sabda-sabda Nabi Shallallahu alaihi wasalam adalah dalam hal agama (syariat), karena memang tugas para rasul adalah untuk menyampai kan syariat. Allah berfirman: QS:5:67.

Hai rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari rabb-mu.(QS:5:67)

Sebagai rasul pilihan yang sudah barang tentu memiliki sifat amanah dan tabligh maka seluruh apa yang diturunkan kepada beliausaw telah disampaikan dengan disaksikan oleh para shahabat yang hadir dalam haji wada'.Dengan demikian Islam telah sempurna dan tidak perlu tambahan baru lagi.

PENUTUP
Telah sepakat kaum muslimin baik yang menerima atau menolak adanya bid'ah hasanah terhasdap hadits nabi:
Jauhilah perkara-perkara baru karena segala hal yang baru (dalam agama) adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat.
Jika seseorang mau membuktikan bahwa disana ada bid'ah hasanah maka konsekwensinya ia harus bisa membuktikan adanya dhalalah hasanah (kesesatan yang baik) wallahu A'lam. (Redaksi AnNur )
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by BAKUL KOPI Thu Nov 24, 2011 11:37 pm

nah bingung kan saya..... ringkasnya gimana.? ada ga.?
Jauhi perkara-perkara baru karena segala hal yang baru (dalam agama) bukan pekara yg mudah loh..... basi
BAKUL KOPI
BAKUL KOPI
LETNAN DUA
LETNAN DUA

Male
Age : 35
Posts : 757
Location : warkop
Join date : 07.10.11
Reputation : 3

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by keroncong Thu Nov 24, 2011 11:46 pm

BAKUL KOPI wrote:nah bingung kan saya..... ringkasnya gimana.? ada ga.?
Jauhi perkara-perkara baru karena segala hal yang baru (dalam agama) bukan pekara yg mudah loh..... basi

artikel di atas harus dihayati secara utuh, tidak sepotong2.
bukan hal mudah untuk ukuran zaman dulu. untuk zaman sekarang, informasi semakin banyak, kitab fiqih pun bisa anda dapatkan dengan mudah. tinggal buka google dot com, anda bisa unduh berbagai jenis kitab fiqih
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by BAKUL KOPI Wed Nov 30, 2011 4:57 pm

Mr X wrote :
Ibnu Maajisyun berkata, aku mendengar Imam Malik berkata:"barangsiap yg mem-buat2 bid'ah dlm islam,satu bid'ah sj yg ia anggap baik,maka sungguh ia tlh menuduh bhw Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam tlh mengkhianati risalah.krn Allah berfirman:"(QS.Al-Maidah;3)."maka yg pd wkt itu bkn agama,pd hari inipun bkn agama."
"Perkataan Ibnu Majisyun dinukil oleh Imam Asy-Syathibi dlm kitabnya Al-I'tisham (1/49),dan dinukil oleh Syaikh Ali bih Hasan bin abdul Hamid al-Halabi al-'Asyariy dr kitab al-I'tisham dan ditulis dlm kitabnya 'Ilmu Ushul Bida'.

Ini salah satu pendpt ulama ttg tafsir QS.Al-Maidah;3.ttg kesempurnaan islam."
:cekik:
BAKUL KOPI
BAKUL KOPI
LETNAN DUA
LETNAN DUA

Male
Age : 35
Posts : 757
Location : warkop
Join date : 07.10.11
Reputation : 3

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by BAKUL KOPI Wed Nov 30, 2011 5:13 pm

adakah bid'ah hasanah? 30126159
:takut panik :ampun :ampun ngece :eueks
BAKUL KOPI
BAKUL KOPI
LETNAN DUA
LETNAN DUA

Male
Age : 35
Posts : 757
Location : warkop
Join date : 07.10.11
Reputation : 3

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by Admin Wed Nov 30, 2011 10:08 pm

BAKUL KOPI wrote:
Mr X wrote :
Ibnu Maajisyun berkata, aku mendengar Imam Malik berkata:"barangsiap yg mem-buat2 bid'ah dlm islam,satu bid'ah sj yg ia anggap baik,maka sungguh ia tlh menuduh bhw Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam tlh mengkhianati risalah.krn Allah berfirman:"(QS.Al-Maidah;3)."maka yg pd wkt itu bkn agama,pd hari inipun bkn agama."
"Perkataan Ibnu Majisyun dinukil oleh Imam Asy-Syathibi dlm kitabnya Al-I'tisham (1/49),dan dinukil oleh Syaikh Ali bih Hasan bin abdul Hamid al-Halabi al-'Asyariy dr kitab al-I'tisham dan ditulis dlm kitabnya 'Ilmu Ushul Bida'.

Ini salah satu pendpt ulama ttg tafsir QS.Al-Maidah;3.ttg kesempurnaan islam."
adakah bid'ah hasanah? 2783529944


Pada hari ini aku sempurnakan bagimu agamamu dan aku sempurnakan bagimu nikmat-Ku.” (QS. al-Maidah : 3)”


Ayat 3 dalam surat al-Maidah yang disebutkan diatas tidak berkaitan dengan bid’ah hasanah...
Karena yang dimaksud dengan penyempurnaan agama dalam ayat tersebut, seperti dikatakan oleh para ulama tafsir, adalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah menyempurnakan kaedah-kaedah agama...
Seandainya yang dimaksud dengan ayat tersebut, tidak boleh melakukan bid’ah hasanah, tentu saja para sahabat sepeninggal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak akan melakukan bid’ah hasanah...
Sayidina Abu Bakar menghimpun al-Qur’an, Sayyidina Umar menginstruksikan shalat tarawih secara berjamaah, dan Sayyidina Utsman menambah adzan Jum’at menjadi dua kali, serta beragam bid’ah hasanah lainnya yang diterangkan dalam kitab-kitab hadits. Dalam hal ini tak seorang pun dari kalangan sahabat yang menolak hal-hal baru tersebut dengan alasan ayat 3 surat al-Maidah tadi....
adakah bid'ah hasanah? 3759720420

Admin
Admin
Administrator
Administrator

Male
Posts : 1100
Kepercayaan : Islam
Location : Tanah Melayu
Join date : 03.08.11
Reputation : 55

https://laskarislam.indonesianforum.net

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by BAKUL KOPI Wed Nov 30, 2011 10:47 pm

waduh gan ane kaga berani nyampein ke Mr X binar dah kena semprot. ane cuman bakul kopi dgn ilmu yg cuman setahi kuku sedangkan beliow ini lulusan univ di mesir loh.. :ampun nangis
BAKUL KOPI
BAKUL KOPI
LETNAN DUA
LETNAN DUA

Male
Age : 35
Posts : 757
Location : warkop
Join date : 07.10.11
Reputation : 3

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by den panjul Wed Jan 04, 2012 3:30 pm

"STIAP PERKARA YG BERTABRAKAN DGN SUNNAH BAIK BERUPA PERKATAAN,PERBUATAN DAN KEYAKINAN WALAUPUN ITU HASIL DR IJTIHAD."
bingung
den panjul
den panjul
SERSAN DUA
SERSAN DUA

Male
Posts : 91
Join date : 14.12.11
Reputation : 0

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by den panjul Wed Jan 04, 2012 3:32 pm

stiap perkara tuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kpd Allah ternyt dilarang oleh Rasulullah,maka jelas ini bid'ah.
bingung
den panjul
den panjul
SERSAN DUA
SERSAN DUA

Male
Posts : 91
Join date : 14.12.11
Reputation : 0

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by den panjul Wed Jan 04, 2012 3:32 pm

stiap perkara yg tdk mungkin disyari'atkan kecuali dgn nash / tauqif dan ternyt tdk ada nash-nya,maka itu adlh bid'ah kecuali apa yg dilakukan sahabat ber-ulang2 tnp ada pengingkaran dr sahabat yg lainnya,yg menunjukkan kpd persetujuan para sahabat lain.
bingung
den panjul
den panjul
SERSAN DUA
SERSAN DUA

Male
Posts : 91
Join date : 14.12.11
Reputation : 0

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by abu hanan Tue Jan 10, 2012 5:04 pm

den panjul wrote:
"STIAP PERKARA YG BERTABRAKAN DGN SUNNAH BAIK BERUPA PERKATAAN,PERBUATAN DAN KEYAKINAN WALAUPUN ITU HASIL DR IJTIHAD."
bingung
contoh ............. plus postingan 2 diatas.kasih contoh dunk.kalow cuman stetmen ajah yaw udahlah..
biarkan aku pergi
biarkan ku kembali
abu hanan
abu hanan
GLOBAL MODERATOR
GLOBAL MODERATOR

Male
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by hamba tuhan Mon Jul 02, 2012 9:00 pm

yadah..... mudah2an dgn postingan ini, masalah bid'ah hasanah selesai...


مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Benarkah hadits ini bermakna “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “

Simak pembahasannya di sini pakai ilmu (bukan pakai nafsu)…

Ditinjau dari sisi ilmu lughah :

- I’rab nahwunya :

من : adalahah isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas sukun fi mahalli raf’in mubtada’ wa khabaruhu aljumlatus syartiyyah ba’dahu.

احدث : Fi’il madhi mabniyyun ‘alal fathah fii mahalli jazmin fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.

في : Harfu jar

امرنا : majrurun bi fii wa lamatu jarrihi alkasrah, wa naa dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli jarring mudhoofun ilaihi

هذا : isim isyarah mabniyyun alas sukun fi mahalli jarrin sifatun liamrin

ما : isim mabniy fii mahhli nashbin maf’ul bih

ليس : Fi’il madhi naqish yarfa’ul isma wa yanshbul khabar, wa ismuha dhamir mustatir jawazan taqdiruhu huwa

منه : min harfu jarrin wa hu dhamir muttashil mabniyyun alad dhammi wahuwa littab’iidh

فهو : al-faa jawab syart. Huwa dhamir muttashil mabniyyun alal fathah fi mahalli raf’in mubtada

رد : khabar mubtada marfuu’un wa alamatu raf’ihi dhammatun dzhaahiratun fi aakhirihi. Wa umlatul mubtada wa khabaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.

Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :” Barangsiapa yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru itu ditolak “

Makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang sudah masyhur :

ما أُحدِثَ وخالف كتاباً أو سنة أو إجماعاً أو أثراً فهو البدعة الضالة، وما أُحْدِثَ من الخير ولم يخالف شيئاَ من ذلك فهو البدعة المحمودة

“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’ atau atsan maka itu adalah bid’ah dhalalah / sesat. Dan perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu semua adalah bid’ah mahmudah / baik “

- Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :

وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ

“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang, dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)

- Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :

مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)

- Balaghoh :

Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :

Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “, misalnya shalat dengan bhsa Indonesia, mengingkari taqdir, mengakfir-kafirkan orang, bertafakkur dengan memandang wajah wanita cantik dll.

Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang bersumber dari syariat, maka itu diterima “ Contohnya sangat banhyak skali sprti pembukuan Al-Quran. Pentitikan al-Quran, maulid, tahlilan, khal, shalat tarawih berjama’ah dll.

Berangkat dari pemahaman ini, sahabt Umar berkata saat mengkumpulkan orang-orang ungtuk melakukan sholat terawikh berjama’ah :

نعمت البدعة هذه “ Inilah sebaik-baik bid’ah “

Dan juga berkata sahabat Abu Hurairah Ra :

فَكَانَ خُبَيْبٌ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ الصَّلاَةَ عِنْدَ الْقَتْلِ (رواه البخاريّ)

“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”.

(HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf)ز

Jika semua perkara baru itu buruk, maka sahabat2 tsb tidak akan berkata demikian.

Nah sekarang kita cermati makna hadits di atas dari pihak lain...... :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Hadits ini mereka artikan :

Pertama : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam agama, maka ia tertolak “

Jika mreka mngartikan demikian, maka mereka sengaja membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang bersumber darinya). Maka haditsnya menjadi : مَنْ
أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا ُ فَهُوَ رَدٌّ

Kedua : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “

Jika merka mngartikan seperti itu, berarti merka dengan sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-nya MENJADI MAA LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada perintahnya). Maka haditsnya menjadi :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا ليَْسَ مَأمُوْراً بهِ فَهُوَ رَدٌّ

Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan sebuah pengelabuan pada umat muslim.

Jika mereka menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul Saw telah memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah sesat, ini dalilnya :

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (رواه أبو داود

Maka kita jawab : Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus (lafadznya umum namun dibatasi) dgn bukti banyak dalil yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas. Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang brtentangan dgn al-quran dan hadits.
Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :

أشار سيدنا عمر ابن الخطاب رضي الله عنه على سيدنا أبو بكر الصديق رضي الله عنه بجمع القرآن في صحف حين كثر القتل بين الصحابة في وقعة اليمامة فتوقف أبو بكر وقال:" كيف نفعل شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه وسلم؟"

فقال له عمر:" هو والله خير." فلم يزل عمر يراجعه حتى شرح الله صدره له وبعث إلى زيد ابن ثابت رضي الله عنه فكلفه بتتبع القرآن وجمعه قال زيد:" فوالله لو كلفوني نقل جبل من الجبال ما كان أثقل علي مما كلفني به من جمع القرآن." قال زيد:" كيف تفعلون شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه وسلم." قال:" هو والله خير" فلم يزل أبو بكر يراجعني حتى شرح الله صدري للذي شرح له صدر أبي بكر وعمر رضي الله عنهما .

“ Umar bin Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam dan berkata “ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?” MaKA Umar menjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya. Kmudian Abu bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid berkata “ Demi Allah aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal yang Rasul Saw tdiak melakukannya ?” maka Abu bakar mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Abu bakar trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu Bakar “.

Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “ Demi Allah ini suatu hal yang baik “, ini menunjukkan bahwasanya Nabi Saw tidak melakukan semua hal yang baik, sehingga merka mngatakan Rasul Saw tidak pernah melakukannya, namun bukan berarti itu buruk.

Jika merka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah berkata :

كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة

“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik “

Maka kita jawab :

Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah tercela itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik. Contohnhya bertaqarrub pd Allah dengan mndengarkan lagu dangdutan..

Jika sahabat Abdullah bin Umar memuthlakkan bahwa semua bid’ah itu sesat tanpa trkecuali walaupun orang2 mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah berkata :

بدعة ونعمت البدعة “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “

Saat beliau ditanya tentang shalat dhuha. Lebih lengkapnya :

عن الأعرج قال : سألت ابن عمر عن صلاة الضحى فقال:" بدعة ونعمت البدعة

“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar tentang sholat dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “.

Apakah pantas seorang sahabat sprti Abdullah bin Umar tidak konsisten dalam ucapannya alias pllin-plan ?? sungguh sangat jauh dr hal itu

KESIMPULAN :
- Cara membedakan bid’ah dhalalah dan bid’ah hasanah adalah :

والتمييز بين الحسنة والسيئة بموافقة أصول الشرع وعدمها

“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok syari’at “.

- Orang yang mengartikan hadits :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Dengan : “ Barangsiapa yang melakuakn hal baru maka itu tertolak “ atau “ Brangsiapa yang melakukan hal baru tanpa ada perintahnya maka ia tertolak “.

Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia telah berbuat bid’ah dhalalah / sesat, akrena tidak ada dasarnya sama sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun atsarnya..Dan telah sengaja merubah makna hadits Nabi Saw tersebut..dan kita tahu apa sangksi bagi orang yang telah berdusta atas nama Nabi Saw..Naudzu billahi min dzaalik..

Semoga bermanfaat bagi yang ingin mencari kebenaran dan bagi yang ingin mencari pembenaran silakan membantah dengan ilmu… Wallahu a'lam


:surban:
hamba tuhan
hamba tuhan
LETNAN SATU
LETNAN SATU

Male
Posts : 1666
Kepercayaan : Islam
Location : Aceh - Pekanbaru
Join date : 07.10.11
Reputation : 19

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by mencari petunjuk Sat Aug 11, 2012 11:57 am

hamba tuhan wrote:yadah..... mudah2an dgn postingan ini, masalah bid'ah hasanah selesai...


مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Benarkah hadits ini bermakna “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “

Simak pembahasannya di sini pakai ilmu (bukan pakai nafsu)…

Ditinjau dari sisi ilmu lughah :

- I’rab nahwunya :

من : adalahah isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas sukun fi mahalli raf’in mubtada’ wa khabaruhu aljumlatus syartiyyah ba’dahu.

احدث : Fi’il madhi mabniyyun ‘alal fathah fii mahalli jazmin fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.

في : Harfu jar

امرنا : majrurun bi fii wa lamatu jarrihi alkasrah, wa naa dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli jarring mudhoofun ilaihi

هذا : isim isyarah mabniyyun alas sukun fi mahalli jarrin sifatun liamrin

ما : isim mabniy fii mahhli nashbin maf’ul bih

ليس : Fi’il madhi naqish yarfa’ul isma wa yanshbul khabar, wa ismuha dhamir mustatir jawazan taqdiruhu huwa

منه : min harfu jarrin wa hu dhamir muttashil mabniyyun alad dhammi wahuwa littab’iidh

فهو : al-faa jawab syart. Huwa dhamir muttashil mabniyyun alal fathah fi mahalli raf’in mubtada

رد : khabar mubtada marfuu’un wa alamatu raf’ihi dhammatun dzhaahiratun fi aakhirihi. Wa umlatul mubtada wa khabaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.

Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :” Barangsiapa yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru itu ditolak “

Makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang sudah masyhur :

ما أُحدِثَ وخالف كتاباً أو سنة أو إجماعاً أو أثراً فهو البدعة الضالة، وما أُحْدِثَ من الخير ولم يخالف شيئاَ من ذلك فهو البدعة المحمودة

“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’ atau atsan maka itu adalah bid’ah dhalalah / sesat. Dan perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu semua adalah bid’ah mahmudah / baik “

- Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :

وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ

“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang, dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)

- Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :

مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)

- Balaghoh :

Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :

Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “, misalnya shalat dengan bhsa Indonesia, mengingkari taqdir, mengakfir-kafirkan orang, bertafakkur dengan memandang wajah wanita cantik dll.

Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang bersumber dari syariat, maka itu diterima “ Contohnya sangat banhyak skali sprti pembukuan Al-Quran. Pentitikan al-Quran, maulid, tahlilan, khal, shalat tarawih berjama’ah dll.

Berangkat dari pemahaman ini, sahabt Umar berkata saat mengkumpulkan orang-orang ungtuk melakukan sholat terawikh berjama’ah :

نعمت البدعة هذه “ Inilah sebaik-baik bid’ah “

Dan juga berkata sahabat Abu Hurairah Ra :

فَكَانَ خُبَيْبٌ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ الصَّلاَةَ عِنْدَ الْقَتْلِ (رواه البخاريّ)

“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”.

(HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf)ز

Jika semua perkara baru itu buruk, maka sahabat2 tsb tidak akan berkata demikian.

Nah sekarang kita cermati makna hadits di atas dari pihak lain...... :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Hadits ini mereka artikan :

Pertama : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam agama, maka ia tertolak “

Jika mreka mngartikan demikian, maka mereka sengaja membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang bersumber darinya). Maka haditsnya menjadi : مَنْ
أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا ُ فَهُوَ رَدٌّ

Kedua : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “

Jika merka mngartikan seperti itu, berarti merka dengan sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-nya MENJADI MAA LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada perintahnya). Maka haditsnya menjadi :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا ليَْسَ مَأمُوْراً بهِ فَهُوَ رَدٌّ

Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan sebuah pengelabuan pada umat muslim.

Jika mereka menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul Saw telah memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah sesat, ini dalilnya :

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (رواه أبو داود

Maka kita jawab : Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus (lafadznya umum namun dibatasi) dgn bukti banyak dalil yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas. Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang brtentangan dgn al-quran dan hadits.
Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :

أشار سيدنا عمر ابن الخطاب رضي الله عنه على سيدنا أبو بكر الصديق رضي الله عنه بجمع القرآن في صحف حين كثر القتل بين الصحابة في وقعة اليمامة فتوقف أبو بكر وقال:" كيف نفعل شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه وسلم؟"

فقال له عمر:" هو والله خير." فلم يزل عمر يراجعه حتى شرح الله صدره له وبعث إلى زيد ابن ثابت رضي الله عنه فكلفه بتتبع القرآن وجمعه قال زيد:" فوالله لو كلفوني نقل جبل من الجبال ما كان أثقل علي مما كلفني به من جمع القرآن." قال زيد:" كيف تفعلون شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه وسلم." قال:" هو والله خير" فلم يزل أبو بكر يراجعني حتى شرح الله صدري للذي شرح له صدر أبي بكر وعمر رضي الله عنهما .

“ Umar bin Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam dan berkata “ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?” MaKA Umar menjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya. Kmudian Abu bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid berkata “ Demi Allah aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal yang Rasul Saw tdiak melakukannya ?” maka Abu bakar mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Abu bakar trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu Bakar “.

Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “ Demi Allah ini suatu hal yang baik “, ini menunjukkan bahwasanya Nabi Saw tidak melakukan semua hal yang baik, sehingga merka mngatakan Rasul Saw tidak pernah melakukannya, namun bukan berarti itu buruk.

Jika merka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah berkata :

كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة

“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik “

Maka kita jawab :

Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah tercela itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik. Contohnhya bertaqarrub pd Allah dengan mndengarkan lagu dangdutan..

Jika sahabat Abdullah bin Umar memuthlakkan bahwa semua bid’ah itu sesat tanpa trkecuali walaupun orang2 mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah berkata :

بدعة ونعمت البدعة “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “

Saat beliau ditanya tentang shalat dhuha. Lebih lengkapnya :

عن الأعرج قال : سألت ابن عمر عن صلاة الضحى فقال:" بدعة ونعمت البدعة

“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar tentang sholat dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “.

Apakah pantas seorang sahabat sprti Abdullah bin Umar tidak konsisten dalam ucapannya alias pllin-plan ?? sungguh sangat jauh dr hal itu

KESIMPULAN :
- Cara membedakan bid’ah dhalalah dan bid’ah hasanah adalah :

والتمييز بين الحسنة والسيئة بموافقة أصول الشرع وعدمها

“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok syari’at “.

- Orang yang mengartikan hadits :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Dengan : “ Barangsiapa yang melakuakn hal baru maka itu tertolak “ atau “ Brangsiapa yang melakukan hal baru tanpa ada perintahnya maka ia tertolak “.

Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia telah berbuat bid’ah dhalalah / sesat, akrena tidak ada dasarnya sama sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun atsarnya..Dan telah sengaja merubah makna hadits Nabi Saw tersebut..dan kita tahu apa sangksi bagi orang yang telah berdusta atas nama Nabi Saw..Naudzu billahi min dzaalik..

Semoga bermanfaat bagi yang ingin mencari kebenaran dan bagi yang ingin mencari pembenaran silakan membantah dengan ilmu… Wallahu a'lam


:surban:

mantap banget bung HT, saya tambahkan sedikit ya, maaf

bid’ah itu adalah :
إطلاق ما قيده الله ورسوله أو تقييد ما أطلقه الله ورسوله

“Memutlakkan yang sudah ditaqyid oleh Allah dan Rasul-Nya atau mentaqyid yang sudah dimutlakkan oleh Allah dan Rasul-Nya”… itulah definisi bid’ah yang sesat… Muqayyad artinya yang sudah ditentukan caranya oleh syara’… Mutlak artinya tidak ditentukan caranya oleh syara’ (bebas)… Ibadah muqayyad seperti shalat, puasa, haji, dll. bila dimutlakkan (dilakukan semau gue)… shalat subuh 4 rakaat… shalat asar tiga rakaat… membelakangi kiblat… puasa pada bulan Rajab sebagai pengganti Ramadan… haji di luar Mekah… adalah bid’ah !! Ibadah mutlak seperti zikir, sedekah, dll. bila dibatas-batasi (ditaqyid)… zikir harus duduk… harus menggunakan tangan… harus secara sir… harus sendiri-sendiri… tidak boleh menggunakan tasbih… tidak boleh berjamaah… sedekah harus dengan uang… tidak boleh dengan mobil… tidak boleh dengan komputer… maka itulah bid’ah… karena Allah dan Rasul-Nya tidak pernah membatas-batasi caranya, sebagaimana shalat, puasa, haji, dll.

Rasul sudah memerintah… semua perintah harus dilaksanakan semampunya… Rasul sudah melarang… semua larangan harus ditinggalkan… Bila tidak ada perintah ataupun larangan maka hukumnya mubah… boleh-boleh saja… selama lepas dari definisi bid’ah di atas… yang sudah muqayyad jangan dimutlakkan… yang mutlak jangan sampai ditaqyid !!

Setiap hal baru disebut Muhdatsah… bila hal baru itu diterima orang saat itu maka disebut Bid’ah… bila kemudian menjadi tradisi dan dipakai atau dilakukan terus-menerus pada zaman-zaman berikutnya maka disebut Sunnah.

Muhdatsah, bid’ah ataupun sunnah itu… bila ternyata menentang syari’at maka menjadi Sayyi’ah… dan bila tidak menentang… tidak mentaqyid yang mutlak atau memutlakkan yang muqayyad, maka disebut Hasanah.

Rasulullah saw. bersabda :

" من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد "

“Barang siapa mendatangkan hal baru dalam urusan agama, yang bukan bersumber darinya, maka… ditolak”. Hadits ini berarti :

من أحدث في أمرنا هذا ما هو منه فهو ليس برد

Barang siapa mendatangkan hal baru dalam urusan agama, yang bersumber darinya, maka… tidak ditolak !!

Tidak bersumber darinya disebut Bid’ah Sayyi’ah… karena menentang ketetapan agama… memutlakkan yang muqayyad atau mentaqyid yang mutlak.

Bersumber darinya (ada landasannya) disebut Bid’ah Hasanah… karena tidak kontra dengan ketetapan agama… tidak memutlakkan yang muqayyad dan tidak mentaqyid yang mutlak.

Rasulullah saw. bersabda :

" من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة دون أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها إلى يوم القيامة دون أن ينقص من أوزارهم شيء "

Imam Syafi’i ra. berkata :

ما أحدث وخالف كتابا أو سنة أو إجماعا أو أثرا فهو البدعة الضالة، وما أحدث من الخير ولم يخالف شيئا من ذلك فهو المحمود

Dua definisi bid’ah yang lain adalah :

الخيرة بعد حكم الله ورسوله ..... الإجتهاد فيما ورد فيه نص

Sebuah ungkapan yang sering dilantunkan oleh mereka yang sok faham agama… “Apa yang dilakukan oleh Rasul sudah cukup bagi kami” !! Kita jawab: Memang agama islam sudah sempurna dan komplit… yang halal sudah jelas... yang haram pun sudah jelas… semua sudah tetap… akan tetapi jangan lupa… yang muqayyad tetap muqayyad dan yang mutlak tetap mutlak !! Apa yang diperintah oleh Rasul, kita lakukuan… Apa yang dilarang, kita tinggalkan… Apa yang tidak dilarang, janganlah kita yang melarang… baik beliau sudah melakukannya atau belum… Bila tidak ada larangan tegas dari Nabi, mengapa justru kita yang menjadi nabi berikutnya? melarang seenaknya.. mengharamkan segalanya !!

Allah berfirman :
" وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا "

“Apa yang dibawa (diperintah) oleh Rasul maka laksanakanlah.. dan apa yang dilarang oleh beliau maka tinggalkanlah” …. Apa yang dilarang… bukan apa yang tidak pernah diperintahkan… atau tidak pernah dilakukan… Jadi harus ada nash yang dengan tegas melarang baru boleh dikatakan haram !!

kaidah ushul fiqh :
الأصل في الأشياء الإباحة حتى يأتي نص للنهي

Para sahabat saja yang jauh lebih mulia dari mereka (yang sok faham agama itu) tidak pernah mengatakan: “Cukup bagi kami yang sudah dilakukan oleh Rasul saja”… Para sahabat tidak sebeku dan sekolot mereka… Betapa banyak perbuatan para sahabat yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul… membukukan al-Qur’an… membuat mihrab… membukukan Sunnah… membuat menara… shalat teraweh 20 rakaat… dan seterusnya… Tidak ada satupun yang menentang !!
avatar
mencari petunjuk
SERSAN SATU
SERSAN SATU

Posts : 192
Join date : 27.10.11
Reputation : 6

Kembali Ke Atas Go down

adakah bid'ah hasanah? Empty Re: adakah bid'ah hasanah?

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik