FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

filosofi orang gila timur tengah Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

filosofi orang gila timur tengah Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

filosofi orang gila timur tengah

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

filosofi orang gila timur tengah Empty filosofi orang gila timur tengah

Post by keroncong Thu Nov 10, 2011 4:06 pm

Bagaimanakah peta politik Timur Tengah (Timteng) pasca pendudukan AS atas Irak? Banyak hal bisa diduga. Biasanya, kalkulasi politik di Timteng dapat dimulai dengan menganalisis kondisi, kebijakan, dan aktivitas empat aktor utama: (1) AS, (2) Israel, (3) Penguasa-penguasa Timteng, (4) kekuatan Islam. Pasca jatuhnya Saddam, AS semakin kokoh sebagai aktor politik utama di Timteng.

Lazimnya, analisis politik dibuat dengan asumsi, para perumus kebijakan politik adalah ?rang-orang waras . Artinya, mereka berbuat untuk tujuan-tujuan yang dapat dikalkulasi, yang mengacu pada faktor kepentingan (interest). Biasanya, ini bersifat rasional, berkisar pada faktor ekonomi, politik, dan militer.

Namun, kebijakan politik tidak selalu ditentukan oleh ?rang-orang waras . Sejarah banyak mencatat hal ini. Itu bisa disimak, misalnya, pada buku yang ditulis mantan pejabat Deplu AS, Willian Blum. Judulnya, menarik: "Rouge State: A Guide to the World's Only Superpower" (2002). Buku ini membongkar perilaku politik dan berbagai intervensi AS. Blum menyimpulkan, intervensi-intervensi AS antara lain bertujuan untuk mengokohkan AS sebagai satu-satunya superpower. Tidak boleh ada pesaing AS. Bahwa, di dunia ini tidak boleh ada dua jagoan, kecuali Paman Sam.

Dalam bahasa Blum, berbagai intervensi AS bertujuan untuk "extending political, economic and military hegemony over as much of the globe as possible, to prevent the rise of any regional power that might challenge American supremacy, and to create a world order in America's image, as befits the world's only superpower." Ini dipertegas lagi dengan dokumen "A Defense Department Planning Paper" tahun 1992: "Our first objective is to prevent the reemergence of a new trial … we must maintain the mechanism for deterring competitors from even aspiring to a larger regional or global rule."

Jadi, simpul Blum, terbukti, bahwa lebih dari 50 tahun, secara klinis, politik luar negeri AS bisa dikatakan "gila" (However, it can be argued, that for more than half century American foreign policy has, in actuality, been clinically mad.).

Blum meletakkan kesimpulannya itu di bawah subjudul "the madman philosophy" (filosofi orang gila). Penulis yang hengkang dari Deplu AS tahun 1967 gara-gara menentang Perang Vietnam ini, mengungkap studi internal "US Strategic Command" tentang "Essentials of Post-Cold War Deterrence". Dikatakan, bahwa tindakan AS yang kadang kelihatan 'out of control', irasional, dan pendendam, bisa jadi menguntungkan untuk menciptakan rasa takut dan keraguan pada musuh-musuhnya. (That the US may become irrational and vindictive if its vital interests are attacked should be a part of national persona we project to all adversaries).

Masa depan Timteng akan lebih sulit diprediksi jika faktor ?rasionalitas Israel juga dimasukkan. Buku "The Rise of Babylon: Sign of the End Times" yang ditulis oleh Dr. Charles H. Dyer dari Dallas Theological Seminary, (1991), menggambarkan Saddam Hussein sebagai "The New Nebuchadnezzar" yang mengancam eksistensi Israel.

Fenomena paranoia yang melahirkan brutalitas dan sikap ofensif ini bisa disimak dalam berbagai isi berita dan analisis di media massa Israel. Ari Shavit, misalnya, dalam tulisannya di Haaretz edisi 11 April 2003, yang berjudul ?he birth of a new, still faceless, Middle East , mencatat, setelah jatuhnya Saddam, telah lahir suatu ?imur Tengah Baru (What was born this week in Baghdad was a new Middle East).

Bahkan, tulis Shavit lagi, momentum kejatuhan Saddam bisa berlaku untuk semua kawasan Timteng. Pasca jatuhnya Saddam, para diktator Arab dilanda kecemasan. Tak tanggung-tanggung, Shavit menulis: Seluruh kawasan Timur Tengah kini ibaratnya sedang berada di atas meja operasi AS. (The entire Middle East is now on the Americans' operating table. The entire Middle East is now going to feel the surgical scalpel of Washington's neo-conservatives.)

Tulisan Shavit ini menjadi penting untuk dicermati, karena faktanya Israel - tepatnya Yahudi sayap kanan plus koalisi Kristen fundamentalis -- merupakan kekuatan yang banyak menentukan keputuan politik Washington saat ini. Kekuatan ini disebut Shavit sebagai "Washington's neo-conservatives". Bagi Kristen fundamentalis, mendukung Israel adalah perintah Tuhan, seperti tersebut dalam Bible. Bahwa, siapa yang memberkati bangsa Israel akan diberkati Tuhan, dan siapa yang mengutuk mereka akan dikutuk Tuhan pula. (Kejadian 13:3).

Dalam buku Henry Ford berjudul "International Jew" (terbit pertama tahun 1922 dan diterbitkan ulang oleh The Other Press, Kuala Lumpur, 2002), dimuat sebuah foto Presiden Bush sedang berjanji setia di depan bendera Israel, dengan komentar singkat: "As American presidents continue to pledge loyalty to Zionist-Jews".

Henry Ford - pendiri industri mobil Ford - mengingatkan bahaya dominasi Yahudi dalam politik AS. Melalui apa yang disebut sebagai "super-government", kekuatan Yahudi itu menentukan arah kebijakan politik AS. Bahkan, Ford mencatat, "Now, in the United States during the last five years we have seen an almost complete Judaized administration in control of all the war activities of the American people." Itu di awal abad ke-20. Apalagi, sekarang!

Paranoia Israel begitu jelas pada berbagai pemberitaan media massanya, kini. Meskipun memiliki persenjataan terkuat di Timteng (dengan 200 lebih senjata nuklir), Israel tidak ingin ada pesaing. Maka, kekuatan Irak dilibas. Kini, Syria dan Iran mulai diincar. Senin (14/4/2003), Menlu Israel Silvan Shalom sudah berucap, "Syria provides refuge for terrorists, Iran transfers weapons to Hezbollah via Syria." Signal Israel itu begitu jelas, setelah Irak, Syria pantas jadi target serangan berikutnya. Kepentingan Israel juga jelas: keamanan dan dominasi di Timur Tengah. Dan penguasa-penguasa AS diharuskan memenuhi kepentingan negara Yahudi itu.

Tentu, AS tidak 100 persen sama dengan Israel. AS punya kepentingan sendiri. Diantaranya tentu kepentingan ekonomi. Dan di Timteng, minyak menjadi faktor utama. Sebagai negara yang sudah sangat tergantung dengan minyak, AS wajar "ngiler" melihat minyak Irak. Sementara dia sendiri terus-menerus mengimpor minyak berjuta-juta barrel per hari. Namun, semua ini faktor yang masih bisa dikalkulasi, karena berpijak di atas rasionalitas politik.

Masalahnya, jika yang dominan adalah - apa yang dikatakan oleh Blum - "filosofi orang gila" atau "madman policy". Apa pun bisa terjadi, di luar kalkulasi politik yang "waras". Bisa jadi, akan segera terjadi kekacauan di Timteng. AS dan Israel bisa menyerang Syria, berikutnya Iran, Sudan, Libya, dan seterusnya. Penguasa Kuwait, Saudi, Qatar, dan lain-lain, yang kini bermesra-mesra dengan AS bisa bernasib seperti Saddam. Haaretz (14/4/2003) sudah melaporkan, "Syria has been on the U.S. list of countries supporting terrorism for many years and some hawks in Washington say that after Iraq, the United States should set its sights on "regime change" in Syria and Iran."

"Madman philosophy" ini juga pernah menjangkiti kaum 'Ad. Tatkala mereka merasa paling hebat dan paling jagoan, mereka mengumbar angkara di muka bumi. Mereka berucap - mirip dengan berbagai ucapan Bush -- "Siapa yang lebih hebat kekuatannya dari kami?" (QS Fusshhilat:15)

Pada kondisi seperti ini, peran aktor ke-4 (kekuatan Islam di Timur Tengah) - yang sebenarnya paling ditakuti oleh AS dan Israel - masih belum menampakkan signifikansinya. Mereka masih terpecah belah dan tak jarang bentrok dengan sesama. Kehadiran militer asing di Irak, bisa jadi merupakan faktor "pendorong dan perekat" antar mereka, sehingga muncul kekuatan signifikan di masa mendatang. Entah kapan. Wallahu a'lam.

Naskah ini dengan sedikit editing, dimuat di Majalah SABILI edisi No 21 TH X, 8 Mei 2003.
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik