FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

mirza lepas azab Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

mirza lepas azab Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

mirza lepas azab

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

mirza lepas azab Empty mirza lepas azab

Post by keroncong Wed May 30, 2012 10:00 am

Itulah yang diniatkan oleh Mirza Ghulam dan Ahmadiyahnya,
bahwa hadits itu tidak dha'if dan bahwa satu bata itu memang
ada, jadi bukan dua bata, dan bukan tukang kapur maupun
tukang kebunnya gedung indah itu. Yang jelas bagi Ahmadiyah,
bahwa semua Nabi-nabi itu ibarat batu-batu bata, termasuk
Nabi Muhammad s.a.w. dan satu batu-bata yang kekurangan atas
gedung itu diisi oleh Mirza Ghulam Ahmad, sebab dialah Nabi
yang terakhir itu.

Selanjutnya Ahmadiyah masih mengutarakan dalil-dalilnya yang
lain, dalam rangka menyongsong kedatangan nabi baru sesudah
kenabian Muhammad s.a.w. Mereka lebih suka menggunakan
ayat-ayat Qur'an dan sekaligus mengartikan sesuai dengan
maksud-maksud mereka. Ayat 15 dari surah Bani Israiel, oleh
Ahmadiyah diartikan:

"Tidaklah kami menurunkan adzab, melainkan kami
kirimkan Rasul lebih dahulu. Ini untuk mencegah agar
jangan sampai orang-orang nanti pada hari qiamat
menyoal: (surah Thoha ayat 134): Wahai Tuhan kami,
kenapa Engkau tidak mengirimkan Rasul kepada kami lebih
dahulu supaya kami dapat menurut ayat-ayat Engkau
sebelum kami menderita kehinaan dan sengsara."

Kemudian ayat lain yang berbunyi, ayat 58 Bani Israil:

"Tidaklah satu dusunpun sebelum berdirinya kiamat,
melainkan kami akan membinasakan atau mengadzabnya
dengan sehebat-hebatnya."

Dari kedua ayat ini, demikian Ahmadiyah menegaskan, kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa kedatangan Rasul-rasul
sebelum hari kiamat bukan mungkin saja, bahkan harus dan
pasti.1 Lagi-lagi Ahmadiyah mengatakan Rasul-rasul yang akan
datang. Kedatangan Rasul-rasul itu justru untuk
menyelamatkan kaum Muslimin dari kehancuran dan
kesengsaraannya. Bila kehancuran itu terjadi? Ahmadiyah
menjawab:

"Ummat Islam telah mengalami kehancuran dua kali.
Kehancuran pertama tatkala penyerbuan raja Moghol,
Hulagu Khan, pada tahun 1258 itu, dan kehancuran yang
kedua tatkala berada di bawah penjajahan imperialisme
Barat."2

Karena dua kali kehancuran inilah maka Tuhan mengirim
Rasul-rasulNya. Siapakah rasul yang dikirim Tuhan pada tahun
1258 itu dan siapa Rasul yang dikirim pada masa penindasan
imperialisme Barat itu? Kaum Ahmadiyah tidak pernah
menyebut-nyebut nama rasul yang diutus Tuhan pada tahun
penyerbuan Hulagu Khan itu. Melainkan hanya satu rasul yang
diutus pada masa penindasan imperialisme Barat, yakni Mirza
Ghulam Ahmad. Ada kemungkinan Mirza rnerangkap sebagai rasul
tahun 1258 itu juga. Sungguh menarik, bagaimana ia dapat
menyelamatkan adzab sengsara kaum Muslimin pada tahun 1258
itu, padahal Mirza Ghulam Ahmad baru muncul ke dunia ini
lima ratus tahun kemudian. Tentunya dari saat ke saat kaum
Muslimin yang hidup antara 500 tahun itu akan mengajukan
soal pada Tuhan: "Wahai Tuhan kami, kenapa Engkau tidak
kirim rasul-Mu?" Justru pada waktu itulah saat yang paling
tepat bila Tuhan mengutus rasul-Nya,dan tidak menunggu
sampai Mirza Ghulam Ahmad lahir.

Kemudian pada kehancuran kaum Muslimin yang kedua kalinya,
Tuhan telah mengirimkan: rasulNya, yaitu Mirza Ghulam Ahmad.
Yang penting untuk ditanyakan di sini, apakah gerangan
kiranya yang dibuat Mirza Ghulam Ahmad untuk menyelamatkan
kaum Musilmin dan penindasan imperialisme Barat?!

Berikut ini Ahmadiyah mengemukakan satu dalil dari
Al-Qur'an. Diambil dari surah An-Nisa' ayat 69 yang
berbunyi:

"Barangsiapa yang menurut perintah Allah dan RasulNya,
nabi Muhammad s.a.w., mereka akan termasuk golongan
orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah yaitu,
nabi-nabi orang-orang siddiq, syahid, dan saleh."
Jelasnya mereka sebagai ummat selaras dengan keimanan
kesetiaan dan keikhlasan mereka masing-masing dan
taufik Ilahi menyertainya pula dapat menerima keempat
kedudukan tersebut. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa
ummat Islam sebagai ummat yang terbaik dan patuh serta
setia kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad s.a.w.
mereka akan diberi empat macam nikmat yaitu: menjadi
nabi, menjadi siddiq, menjadi syahid dan menjadi orang
saleh."3

Ahmadiyah meneruskan lagi uraiannya tentang ayat An-Nisa'
itu dengan mengatakan, dan jika perkataan minannabiyin (dari
Nabi-nabi) dihubungkan dengan perkataan wa man yuthi'illaha
warrusula (dan barangsiapa mengikut Allah dan rasul) maka
adalah perkataan minan nabiyin itu tafsir (penjelasan) dari
kalimat wa man yuthi'ilaha (barangsiapa yang mengikut
Allah). Akhirnya Ahmadiyah berkata: "Maka dengan susunan
seperti ini sudah pasti adanya nabi-nabi pada masa rasul
atau kemudian beliau yang akan mengikut beliau."4

Yang menarik buat kita bukan saja adanya nabi-nabi sesudah
Nabi Muhammad melainkan kata-kata: ada nabi-nabi pada masa
rasul. Untuk apa ditulis itu, apa Ahmadiyah buta pada
sejarah atau membodoh-bodohi pengikut-pengikutnya. Lebih
baik sebut saja: nabi-nabi di kemudian beliau. Inipun tidak
terlepas juga dari blundernya, sebab nabi-nabi itu masih
ditulisnya jua.

Lebih menarik lagi pada watak Ahmadiyah ialah mengubah arti
dan tujuan dari ayat-ayat Al-Qur'an. Seperti dalam surah
An-Nisa' tersebut di atas, pengertiannya, bukanlah dimaksud
bahwa yang taat pada Allah dan RasulNya akan diberi nikmat
menjadi nabi-nabi, siddiqin, syuhada, dan shalihin,
melainkan bagi mereka yang taat akan diberi nikmat
sebagaimana nikmat yang diterima oleh para nabi, siddiqin,
syuhada' dan shalihin. Jika ada dari orang-orang itu
muttaqin, shabirin, syakirin, mu'minin, maka Allah akan
memberi nikmat sebagaimana yang diterima oleh Nabi-nabi
siddiqin syuhada' dan shalihin. Bukankah yang diharap mereka
itu ialah keridhaan Allah di dunia dan di akhirat? Jadi
jelas bukan nikmat menjadi nabi-nabi. Memang benar sudah
banyak ummat Muhammad s.a.w. yang siddiqin, syuhada dan
shalihin, tapi tidak pernah ada yang nabiyin, bahkan tidak
pernah ada yang nabi, sekalipun. Itu hanya satu kecerdikan
Ahmadiyah dengan tujuan membuka jalan bagi masuknya Mirza
Ghulam Ahmad menjadi nabi.

Dan inipun juga satu kecerdikan kaum Ahmadiyah yang lain.
Diambilnya dari surah Al-Maidah ayat 21: "dan ketika nabi
Musa a.s. berkata pada kaumnya (Bani Israel) wahai kaumku,
ingatlah kamu pada, nikmat Allah yang telah diberikannya
kepadamu yaitu waktu ia mengangkat diantara kamu menjadi
Nabi-nabi dan raja-raja." Ayat ini tegas menjelaskan bahwa
ummat Islam pasti akan menerima kedua macam nikmat tersebut.
Nikmat yang kedua sudah sempurna yaitu sudah banyak sekali
ummat Islam yang telah menjadi raja-raja dan nikmat yang
kedua pasti sempurna pula."5 Demikian Ahmadiyah.

Yang dimaksud nikmat pertama yang ditunggu-tunggu kaum
Muslimin ialah nikmat menjadi nabi-nabi. Nikmat yang kedua
menjadi raja-raja sudah banyak dan kalau nikmat itu sudah
dirasakan ummat Muhammad, maka itu sudah berlawanan dengan
kenyataannya. Justru raja-raja dalam Islam tidak ada dan
syari'at Muhammad s.a.w. tidak mengenal kerajaan serta tidak
mengajarnya. Raya-raja yang bangun di kalangan kaum muslimin
adalah raja-raja yang banyak mendzalimi rakyatnya, dan hanya
menikmati kemewahan harta dan perempuan. Apakah yang
demikian satu kenikmatan dari Allah?! Ahmadiyah hanya
omong-kosong. Apatah lagi datangnya nikmat inabi-nabi
sesudah Nabi Muhammad.

Catatan kaki:
1 lih: M. Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian, hal 22.
2 lih: Ali Muchajat, Hakikat al-Masih, Jakarta Al-Busyra,
tanpa tahun, hal. 53.
3 lih: M. Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian hal. 20.
4 lih: idem hal. 21/22.
5 lih: M. Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian, hal. 17/18.
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

mirza lepas azab Empty Re: mirza lepas azab

Post by Kedunghalang Mon Oct 14, 2013 10:09 am

Keroncong wrote:
"Tidaklah kami menurunkan adzab, melainkan kami
kirimkan Rasul lebih dahulu. Ini untuk mencegah agar
jangan sampai orang-orang nanti pada hari qiamat
menyoal: (surah Thoha ayat 134): Wahai Tuhan kami,
kenapa Engkau tidak mengirimkan Rasul kepada kami lebih
dahulu supaya kami dapat menurut ayat-ayat Engkau
sebelum kami menderita kehinaan dan sengsara."
Pembahasan ayat di atas merupakan isyarat dalam Al Qur;an bahwa kenabian/kerasulan masih terbuka selama kiamat masih belum terjadi. Adakah yang mengetahui kapan kiamat itu akan terjadi, kecuali Allah Yang Maha Mengetahui?
avatar
Kedunghalang
LETNAN KOLONEL
LETNAN KOLONEL

Male
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik