Mengapa Allah lebih Rahmat dari pada Murka?
Halaman 1 dari 1 • Share
Mengapa Allah lebih Rahmat dari pada Murka?
Karena segala pekerjaan memang membutuhkan pengorbanan.Ketika belajar sholat Dhuha dan ternyata tidak mendapatkan hasil seperti yang disampaikan ulama dan kyai seorang teman bertanya;
Penanya (AB) ; Apakah pahala sholat Dhuha yang telah aku lakukan selama ini menjadi sia-sia?
Penjawab (XYZ) ; Jika engakau mengawali sholat Dhuha agar kekayaanmu dan secara finansial menjadi lebih baik maka engkau telah berada di jalur juara.Tetapi apa yang engkau rasakan saat ini jika sholat Dhuha tak kau laksanakan?
Penanya (AB) ; Aku kehilangan bagian dari diriku.
Penjawab (XYZ) ; dan semestinya engkau tetap berada dalam istiqomah dalam hal itu.Ketahuilah sungguh mudah bagi Allah membalikkan keadaanmu dari riya' menjadi ikhlas,begitupun sebaliknya merubah ikhlas menjadi riya' un akan sangat mudah dilakukan olehNya.Tetaplah dalam amalmu,semoga Allah mengampunimu.
* * * * * * * * * * * * * *****************************
Syeikh Ibnu Ajibah al-Hasany dalam syarah Al-Hikam mengatakan, bahwa riya’ itu bermakna sebagai pencarian posisi di tengah publik, melalui amalnya yang saleh. Apakah amal itu terlihat jelas atau tersembunyi.
Bahkan riya’ itu sering merasuki amal-amal yang tersembunyi, ketika tak seorang pun memandang anda. Dan ini sangat sulit, karena lebih rumit dibanding lubang semut.
Sebagian kaum ‘arifin menegaskan, “Aku berusaha membuang riya’ dalam hatiku dalam setiap rekayasa, dari berbagai arah, hingga saya meraih dari sisi lain yang tak pernah kuduga.”
Sebagian mengatakan, “Diantara riya’ paling besar adalah apabila seseorang memandang pemberian, penggagalan, bahaya dan manfaat itu datangnya dari makhluk.”
Salah satu Sufi menegaskan, Riya’ terbagi tiga. Semuanya merupakan penyakit agama.
Yang pertama, adalah penyakit terbesar, yaitu beramal atau beribadah demi pandangan makhluk, jika tidak ada mereka, ia tidak melakukannya.
Kedua, melakukan amaliyah untuk pujian, walaupun orang lain tidak tahu.
Ketiga, melakukan amaliah untuk Allah Azza wa-Jalla, dan berharap amalnya itu bisa meraih pahala dan menghilangkan siksa. Walaupun kategori yang ketiga ini dianggap bagus, namun menurut kalangan ‘Arifin tergolong riya’, walaupun menurut awam publik dikategorikan ikhlas.
Orang yang selamat lahir batinnya dari riya’ justru tidak punya kepentingan duniawi maupun ukhrowi, semata karena Allah Swt.
Tanda-tanda jika anda tergolong riya’, ada tiga hal:
Sangat bersemangat ketika banyak orang, dan malas ketika tidak ada orang.
Amal itu terasa mantap ketika dilihat orang lain, dan ia meremehkan jika yang memandang hanya Allah Swt.
Dalam hatinya ada rasa dihargai oleh orang lain, dan dibantu kebutuhannya oleh orang lain. Bila haknya tidak dipenuhi oleh seseorang ia menjauhinya dan mengingkarinya. Kemudian terjadi pemisahan jarak antara kehormatan dirinya dan penghormatan pada orang lain, hina dirinya dengan penghinaan terhadap orang lain.
Bila menghadapi orang yang lemah akalnya, ia mengancam, agar siksa Allah segera turun pada mereka. Allah tidak akan menolongnya jika tidak minta tolong melalui dirinya dan mengikuti pengaruhnya.
Jika ada seorang sufi memiliki tiga tanda di atas, ketahuilah bahwa ia tergolong orang yang riya’.
Dalam riwayat dari Sayyidina Ali KW, bahwa Allah Swt berfirman kepada para Sufi (fuqoro’) di hari qiyamat nanti, “Bukankah kalian sudah menguruskan diri? Bukankah kalian sudah bergegas dengan ucapan salam? Bukankah kalian telah dipenuhi kebutuhan kalian (di dunia)?”
Dan semua itu diakibatkan oleh riya’.
Sehingga dalam hadits disebutkan, “Kalian tidak mendapatkan lagi pahala. Karena pahala (upah) kalian sudah ditunaikan (di dunia).”
Ini bermakna, bahwa orang beribadah hanya mencari kepentingan duniawi.
Konco konco lan sedulur.....
Berhenti dalam beramal yang telah istiqomah bagi saya adalah sesuatu yang sebaiknya jangan dilakukan.Istiqomahlah hingga Allah menggantikan niat duniawi menjadi ikhlas dan cinta kepadaNya.
xixixixixi....
Seorang menjadi lebih baik islam dan imannya ketika menikah.Padahal sebelum nikah orang tersebut beragama Islam (KTP),kalau tahun baru gak pernah lupa untuk mabuk.Baru belajar Islam karena malu pada calon istri....xixixixixi
nice info
Penanya (AB) ; Apakah pahala sholat Dhuha yang telah aku lakukan selama ini menjadi sia-sia?
Penjawab (XYZ) ; Jika engakau mengawali sholat Dhuha agar kekayaanmu dan secara finansial menjadi lebih baik maka engkau telah berada di jalur juara.Tetapi apa yang engkau rasakan saat ini jika sholat Dhuha tak kau laksanakan?
Penanya (AB) ; Aku kehilangan bagian dari diriku.
Penjawab (XYZ) ; dan semestinya engkau tetap berada dalam istiqomah dalam hal itu.Ketahuilah sungguh mudah bagi Allah membalikkan keadaanmu dari riya' menjadi ikhlas,begitupun sebaliknya merubah ikhlas menjadi riya' un akan sangat mudah dilakukan olehNya.Tetaplah dalam amalmu,semoga Allah mengampunimu.
* * * * * * * * * * * * * *****************************
Syeikh Ibnu Ajibah al-Hasany dalam syarah Al-Hikam mengatakan, bahwa riya’ itu bermakna sebagai pencarian posisi di tengah publik, melalui amalnya yang saleh. Apakah amal itu terlihat jelas atau tersembunyi.
Bahkan riya’ itu sering merasuki amal-amal yang tersembunyi, ketika tak seorang pun memandang anda. Dan ini sangat sulit, karena lebih rumit dibanding lubang semut.
Sebagian kaum ‘arifin menegaskan, “Aku berusaha membuang riya’ dalam hatiku dalam setiap rekayasa, dari berbagai arah, hingga saya meraih dari sisi lain yang tak pernah kuduga.”
Sebagian mengatakan, “Diantara riya’ paling besar adalah apabila seseorang memandang pemberian, penggagalan, bahaya dan manfaat itu datangnya dari makhluk.”
Salah satu Sufi menegaskan, Riya’ terbagi tiga. Semuanya merupakan penyakit agama.
Yang pertama, adalah penyakit terbesar, yaitu beramal atau beribadah demi pandangan makhluk, jika tidak ada mereka, ia tidak melakukannya.
Kedua, melakukan amaliyah untuk pujian, walaupun orang lain tidak tahu.
Ketiga, melakukan amaliah untuk Allah Azza wa-Jalla, dan berharap amalnya itu bisa meraih pahala dan menghilangkan siksa. Walaupun kategori yang ketiga ini dianggap bagus, namun menurut kalangan ‘Arifin tergolong riya’, walaupun menurut awam publik dikategorikan ikhlas.
Orang yang selamat lahir batinnya dari riya’ justru tidak punya kepentingan duniawi maupun ukhrowi, semata karena Allah Swt.
Tanda-tanda jika anda tergolong riya’, ada tiga hal:
Sangat bersemangat ketika banyak orang, dan malas ketika tidak ada orang.
Amal itu terasa mantap ketika dilihat orang lain, dan ia meremehkan jika yang memandang hanya Allah Swt.
Dalam hatinya ada rasa dihargai oleh orang lain, dan dibantu kebutuhannya oleh orang lain. Bila haknya tidak dipenuhi oleh seseorang ia menjauhinya dan mengingkarinya. Kemudian terjadi pemisahan jarak antara kehormatan dirinya dan penghormatan pada orang lain, hina dirinya dengan penghinaan terhadap orang lain.
Bila menghadapi orang yang lemah akalnya, ia mengancam, agar siksa Allah segera turun pada mereka. Allah tidak akan menolongnya jika tidak minta tolong melalui dirinya dan mengikuti pengaruhnya.
Jika ada seorang sufi memiliki tiga tanda di atas, ketahuilah bahwa ia tergolong orang yang riya’.
Dalam riwayat dari Sayyidina Ali KW, bahwa Allah Swt berfirman kepada para Sufi (fuqoro’) di hari qiyamat nanti, “Bukankah kalian sudah menguruskan diri? Bukankah kalian sudah bergegas dengan ucapan salam? Bukankah kalian telah dipenuhi kebutuhan kalian (di dunia)?”
Dan semua itu diakibatkan oleh riya’.
Sehingga dalam hadits disebutkan, “Kalian tidak mendapatkan lagi pahala. Karena pahala (upah) kalian sudah ditunaikan (di dunia).”
Ini bermakna, bahwa orang beribadah hanya mencari kepentingan duniawi.
Konco konco lan sedulur.....
Berhenti dalam beramal yang telah istiqomah bagi saya adalah sesuatu yang sebaiknya jangan dilakukan.Istiqomahlah hingga Allah menggantikan niat duniawi menjadi ikhlas dan cinta kepadaNya.
xixixixixi....
Seorang menjadi lebih baik islam dan imannya ketika menikah.Padahal sebelum nikah orang tersebut beragama Islam (KTP),kalau tahun baru gak pernah lupa untuk mabuk.Baru belajar Islam karena malu pada calon istri....xixixixixi
nice info
Saruman- KOPRAL
-
Posts : 25
Join date : 04.03.12
Reputation : 0
Similar topics
» Mengapa manusia lebih mulia dari Malaikat dan Iblis?
» Allah lebih tinggi dari yesus
» mencintai Allah lebih dari segala-galanya
» Dr. zakir Naik | Umat Islam Lebih Kristen Dari pada Umat Kristen
» Allah tlh mengusir iblis dari syurga, mengapa iblis blh msk kedlm syurga utk menggodai Adam [part 2]
» Allah lebih tinggi dari yesus
» mencintai Allah lebih dari segala-galanya
» Dr. zakir Naik | Umat Islam Lebih Kristen Dari pada Umat Kristen
» Allah tlh mengusir iblis dari syurga, mengapa iblis blh msk kedlm syurga utk menggodai Adam [part 2]
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik