FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Urusan Dalem Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Urusan Dalem Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Urusan Dalem

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

Urusan Dalem Empty Urusan Dalem

Post by abu hanan Sat Jan 28, 2012 12:11 pm

Insya Allah...akan saya copas beberapa tulisan utk mengenang seorang kawan-lawan,teman,musuh,guru,murid,adik,kakak @admin www.andibombang.com yg telah berpulang pd tgl 9 Januari 2012.
= = = = =
Al-kisah, ada pemuda sedang terpesona nonton jurus kungfu yang dimainkan oleh seorang kakek ahli kungfu. Walau gerak2kan jurus itu model gemulai bagaikan lambaian para penari ayu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, si pemuda percaya bahwa jurus itu bukan jurus sembarangan. Soalnya, dia bisa merasakan semilir angin yang seakan ikut menari bersama sang ahli kungfu. Daun2 serta rerumputan di situ pun turut melenggang-lenggok syahdu. Sementara, tanah yang dipijaknya mengiring bergetar halus.

Selepas sang kakek menuntaskan permainannya, pemuda itu cepat2 menghampiri dan langsung nembak, “Mbah, kalau aku mau belajar jurus tadi itu, butuh waktu berapa lama?” – “Sebentar kok, Cu. Cuma sepuluh tahun,” sahut sang kakek. – Pemuda itu manggut2, “Kalau aku belajarnya dengan sekuat tenaga, full konsentrasi, siang malam, pagi sore.. butuh waktu berapa lama?” – “Oo, kalau begitu ya sekitar tiga puluh tahunanlah,” jawab sang kakek sambil tersenyum. – Mendeliklah pemuda itu, “Lha kok tambah suwe, Mbah? Piye, to?” – “Hehehe,” sang kakek tidak menjawab, terkekeh saja.

Peristiwa kungfu ini mirip2 maknanya dengan kisah ‘sayembara’ Fatimah. Rasulullah membuka tantangan, “Siapa lanang yang mampu mengkhatamkan Qur’an dalam semalam, maka ia akan menjadi suami putri saya.” Ramailah, pada ikutan semua para cowok yang tersedia, nggak ada yang rela ketinggalan kereta. Soalnya Sayyidah Fatimah, Bro.. hmmh. Kalau misalnya cowok cakep yang sedang sekolah sipil di Jogya sudah maujud kala itu, berangkat juga dia ke sana naik montor mabur. Barengan sama kembarannya yang dari Gresik, hehe.

Tapi, lain dari yang lain. Sayyidina Ali malah bobo selepas mendesahkan tiga kali Surat al-Ikhlas. Sementara, cowok2 lain kebut2an membaca Qur’an semalaman itu, kayak Michael Schumacher F1. Soalnya, mesti tuntas dalam semalam. Kalau gagal, bisa2 bengong doang kerjanya sepanjang sisa umur. Sambil ngences2.
Broken Heart Cry

Tapi paginya, Rasulullah ‘bikin gara2’. Masak beliau mengumumkan bahwa pemenangnya adalah Sayyidina Ali? Bagaimana bisa? Ali kan bobo hampir sepanjang malam? Witness-nya akeh, sa’arat2. Boro2 ikut balapan dia. Wah, ada indikasi KKN ini. Jarwad, eh gawat.

“Ali, tolong dijelaskan,” pinta Rasulullah. – Sayyidina Ali mengangguk, lantas bertutur, “Sebagaimana sabda Pamanda, bahwa kandungan al-Ikhlas adalah sepertiga kandungan Qur’an. Saya mengingat Allah sebelum membacanya, saya mengingat Allah saat membacanya, saya mengingat Allah setelah membacanya. Dan, saya lanjut mengingat-Nya sembari tidur.”

Terpekurlah cowok2 itu, Rasulullah tersenyum sayang. Tentu beliau tetap sayang kepada mereka walaupun kalah. Wajar, namanya pertandingan ya ada yang menang dan ada yang kalah. Terlebih dalam ‘pertandingan’ seperti ini tidak berlaku aturan seri. Kasihan Az-Zahra nantinya kalau pakai seri2an. Iya nggak, Men? Lagipula, para cowok itu pun berlapang hati mengakui bahwa sepanjang acara balapan semalam, mereka tidak mengingat-Nya. Ingatannya bulat bunder nancep Cep! ke haribaan sang putri nan manis nian.
Blush

Begitulah, Teman. Bahwa, urusan dalem ini memang gampang2 susah. Gampangnya, karena yang terlibat hanyalah masing2 diri (bersama Tuhan semesta alam). Hening, nggak pakai banyak orang. Sementara susahnya, karena tidak bisa langsung kelihatan kalau cuma mengandalkan perkakas sepasang mata bola. Sampai melotot peda pun, tetap saja poek. Itulah makanya kita harus hati2, senantiasa eling lan waspodo. Sebab kalau ‘salah2’ menampilkan itu, bisa jadi dipandang salah beneran oleh masyarakat. Terkecuali kiranya kepada penonton yang berkenan membuka mata hatinya. Itupun, kehati2an tetap harus mengiringi.

Jadi, apa sebenarnya yang terjadi pada kisah kungfu di atas? Prinsipnya sama, urusan dalem. Gerakan2 kungfu nyiur melambai yang dimainkan oleh sang kakek adalah pancaran dari ‘keselarasan’ yang mengalir di dalemannya. Memang keselarasan dalam hal ini martabatnya sedikit di bawah ‘keselarasan’ yang sedang kita bahas. Namun esensinya sama, yaitu harmoni. Keharmonisan di dalam yang memancarkan keserasian di luar. In harmonia progressio, pada pemaknaan latiefnya.

Bagian inilah yang tidak bisa disentuh dengan ‘metoda kasar’ model sekuat tenaga, full konsentrasi, siang malam, pagi sore. Kalau bagian luarannya, bagian kepruk2annya, bisa. Memang mesti begitu malah kalau pengen lebih cepat. Namun nyata2 cara itu tidak berlaku untuk memoles kehalusan bagian daleman. Kasar bertemu kasar, halus bertemu halus. “Jin sama jin, longga sama longga, wali sama wali,” ujar Ama Jalil.

Sekiranya kita mempunyai keinginan untuk mengenal-Nya, namun keinginan ini seakan2 malah memunculkan ‘kesumpekan’; maka itu sekedar karena ada hal2 yang belum pas di daleman kita. Keep calm, Teman. Tidak perlu lantas jadi seperti panik, lompat sana lompat sini sekuat tenaga, full konsentrasi, siang malam, pagi sore. Mengapa? Karena pada adanya, kesumpekan itu adalah tanda bagi kita untuk mulai masuk ke tahap bertenang diri. Perbanyak tafakkur, sering2lah muraqabah diri. Tengok ke dalam, telusur. Perbaiki bocoran2 yang ada, tutup dengan lembut. Terus begitu, hingga kemudian tercapai minimum requirement keselarasan.

Kalau sudah dapat minimum requirement itu, insya Allah tidak ada acara sumpek2an lagi. Paling senyam-senyum atau cengar-cengir doang gayanya. Kapan dipertemukannya oleh-Nya dengan sang guru manusiawi, tidak menekan lagi rasanya seperti yang lalu. Kenapa? Karena kita telah memperoleh percik2 rasa kebersamaan dengan Sang Maha Pembimbing. Kapan itu, hanya soal waktu. Belum tuntas pun kini karena ajal, pengislaman berlanjut di alam sana. Demikian wejang Sulthan Auliya.

Salam.

sumber ; http://andibombang.com/urusan-dalem/#more-5475http://andibombang.com/urusan-dalem/#more-5475
abu hanan
abu hanan
GLOBAL MODERATOR
GLOBAL MODERATOR

Male
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik