FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

orang Batak Masuk islam Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

orang Batak Masuk islam Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

orang Batak Masuk islam

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

orang Batak Masuk islam Empty orang Batak Masuk islam

Post by darussalam Sun Jan 01, 2012 2:50 am

Cinta itu buta, kata orang. Tapi buat Burhan Napitupulu, karena cinta, hidup
menjadi sebuah pilihan. Karena cinta pula, keyakinan lamanya terguncang hingga
cintanya pada Islam mengalahkan segala-galanya. Bukankah ini skenario Tuhan
juga?

Sejak lahir, saya sudah diberi nama oleh orang tua saya dengan nama
Islam: Burhan. Di belakang nama saya ada marganya: Napitu-pulu. Orang biasa
menyapa saya dengan panggilan Burhan. Meski saya beragama Nasrani, saya belum
pernah dibaptis oleh pastur."

Begitu lelaki kelahiran Medan, 2 Agustus
1956 ini, memulai percakapan. Di Tapanuli Utara, tempat ia dibesarkan, mayoritas
masyarakatnya beragama Nasrani. Sejak kecil, Burhan memang dibesarkan dalam
lingkungan tradisi dan adat istiadat Batak yang kuat. Karenanya, ia harus
mentaati adat-istiadat masyarakat setempat.

Walau ayah-ibunya penganut
Kristiani "(Protestan) yang taat, Burhan jarang ke gereja. Seperti anak muda
lainnya, ia lebih suka nongkrong dengan kawan-kawannya di pinggir jalan
ketimbang ke gereja. Burhan sendiri mengaku, ia bukan seorang penganut Kristiani
yang taat. "Sejak muda saya memang sudah koboi. Artinya kurang bimbingan dalam
hal agama. Saya matangnya justru di perantauan," ujarnya sambil mengisap
rokoknya dalam-dalam.

Beranjak remaja, Burhan sudah bertekad merantau ke
kota besar, seperti Surabaya, Jakarta, hingga Ujung Pandang. Selama di
perantauan, ia menemukan seorang gadis cantik asal Sulawesi Selatan bernama Any,
yang kini menjadi istrinya.

Kenapa ia tertarik dan mencintai lawan
jenisnya yang jelas-jelas berbeda keyakinan? "Karena sejak semula, saya
memang tidak begitu tertarik dengan agama saya sendiri.
Dalam Islam, saya
merasakan kemudahan untuk menikah. Berbeda, bila saya harus mengikuti adat saya,
terlalu banyak syarat-syaratnya. Bahkan harus dilihat asal-usulnya. Tegasnya,
Islam itu simple, mudah, tidak bertele-tele, dan tidak ada keraguan di
dalamnya," ungkap Burhan dengan logat Bataknya yang kental.

Sejak
pacaran, Burhan sudah menge-tahui, kekasihnya itu adalah seorang Mus-limah.
Kedua orang tuanya, juga Muslim yang taat. Meski dari segi akidah berbeda,
mereka sama-sama mencintai dan me-nyayangi. "Kesamaan lainnya, kami juga
sama-sama orang susah. Bayangkan, sampai kami punya anak empat, rumah pun masih
ngontrak. Tahu sendiri, nasib orang kontrakan, kalau sudah masuk tanggal 20,
pasti bingung. Karena uang hasil bekerja sudah menipis, terlalu banyak
kebutuhannya. Tapi, Tuhan memang Maha Adil, saya selalu diberi kucukupan untuk
memenuhi nafkah keluarga. Alhamdulillah."

Semasa pacaran, Burhan memang
sudah membuat pilihan bila ia harus menikah dengan gadis yang berlainan
akidahnya. Cintalah yang mendorong ia membulatkan tekad untuk memilih Islam. Di
depan penghulu dan disaksikan oleh masing-masing keluarga, Burhan mengucapkan
syahadat. Ia bukan hanya resmi menjadi suami yang sah, tapi juga resmi menjadi
seorang Muslim.

Begitu mengetahui putranya telah menjadi Muslim, orang
tua Burhan menerimanya dengan tangan terbuka. Ayahnya hanya mengatakan, "Itu
terserah pribadi kamu. Saya tidak bisa mewakili kamu dan kamu juga tidak bisa
mewakili saya."

"Cintalah yang mendorong saya masuk Islam. Ketika itu,
saya memang bukan cinta Islamnya, tapi karena wanita yang hendak saya nikahi.
Yang pasti, walaupun saya sudah menjadi Muslim, hati saya belum Islam. Meski KTP
saya Islam, saya tidak pernah menjaiankan shalat lima waktu ketika itu.
Jangankan shalat, ke masjid pun hamper nggak pernah."Sebagai ayah, saya jarang
di rumah, karena sering ke luar kota. Ditambah lagi, dengan lingkungan tempat
saya bekerja, di mana saya sering berhubungan dengan orang Chinese" ujarnya
seraya menggeleng-gelengkan kepala.

Hidayah Allah



Dalam kesehariannya mengarungi kehidupan berumah tangga, suatu ketika
Burhan memperhatikan anak-anak dan istrinya sedang shalat. "Ketika itu, saya
melihat anak saya sembahyang, sedangkan saya sendiri tidak. Lama kelamaan, saya
merenung, mau kemana sebetulnya hidup saya ini. Apa sebetulnya yang saya cari.
Bukankah kebahagiaan dunia tiada yang abadi. Semua pasti akan ada akhirnya.
Sejak itulah, saya seperti mendapat hidayah. Saya pun berpikir, apalah gunanya
harta, kalau tak membuat hati ini menjadi tenang."

Dari perenungan itu,
ia mulai beranjak mempelajari Islam, tepatnya baru tahun 2000 yang lalu, sejak
ia tinggal di Pasir Jambu, Kampung Lima, Kabupaten Bogor. Di kampung inilah,
Burhan merasakan lingkungan dan masyarakat Islamnya yang kental. Mereka bukan
hanya ramah, rukun, tapi juga membawanya pada suatu perubahan. Ia mulai
menjalankan shalat lima waktu. Tahun 2003 Burhan pun berangkat
haji.

Melihat perubahan itu, istrinya sangat terharu, begitu juga
anak-anaknya. "Yang pasti, saya tidak disuruh-suruh. Shalat yang saya lakukan
ini adalah karena kesadaran saya sendiri. Lagipula, saya bukan tipe orang yang
suka dipaksa-paksa. Murni, saya shalat karena panggilan hati saya. Tak ada yang
lain. Yang saya rasakan, semakin saya melanggengkan shalat, batin saya terasa
makin tenang, makin tenteram. Saya menyadari, bahwa shalat bukan lagi sekedar
meng-gugurkan kewajiban, melainkan menjadi kebutuhan manusia sebagai hamba
Tuhan. Dengan shalat, saya tambah bersyukur. Karena Allah selalu memudahkan
jalan keluar dan menambahkan nikmatNya kepada kami sekeluarga."

Burhan
tidak menganggap shalat hanya membuang-buang waktu saja. Shalat justru membuat
dirinya menjadi disiplin. Shalat membuat ia semakin mencintai keluarganya. "Saat
ini, kalau saya tidak shalat, rasanya seperti ada yang kurang. Bahkan, saya
seperti punya utang saja. Karena itu, sesibuk apa pun, saya harus tetap shalat.
Karena bagi saya, shalat itu menjadi kenikmatan tersendiri. Ada semacam
kesadaran, tidak melulu dunia yang dicari, tapi bekal untuk di akhirat juga
harus dicari."

Sepuluh hari menjelang puasa Ra-madhan, Burhan diundang
warga masyarakat setempat untuk menghadiri rapat pembangunan masjid. Tak
dinyana, semua warga menunjuknya sebagai ketua panitia pembangunan masjid, ia
pun dengan spontan menyatakan kesanggupannya. Padahal, ia merasa kurang dalam
hal agama, bahkan butuh bimbingan. "Berbekal semangat tinggi, saya berhasil
menggalang dana sebesar Rp. 10 juta dalam kurun waktu seminggu. Sejak itu saya
semakin dipercaya oleh masyarakat, sehingga saya diangkat menjadi Ketua Masjid
Babussalam, Pasir Jambu, Bogor," ujarnya.

Buah Merantau



Kesuksesan Burhan selama merantau tak membuatnya menjadi angkuh dan
sombong. Ia justru semakin bersyukur. Ayah dari enam anak ini menyadari bahwa
masa lalunya adalah masa-masa yang sulit. Untuk mengubah hidupnya itu, ia
bekerja apa saja. Yang penting halal, begitu prisipnya.

"Pertama kali
merantau, saya bekerja sebagai serabutan. Mulai dari tukang panggul, makelar
atau menjual mesin pabrik, hingga wiraswasta. Saya memang sering
berpindah-pindah tempat kerja. Terakhir ini, saya bekerja di sebuah pabrik
sandal Swallow, dan vulkanisir ban."

Tekad Burhan memang ingin maju, ia
tidak takut hidup sengsara selama di perantauan. layakin Allah melihatnya.
Prinsip hidupnya, selalu berbuat baik pada orang lain. Karena itulah ia sukses.
Tiga tahun yang lalu misalnya, ia mengangkat anak asuh yang baru berusia 5
hari.

"Suatu malam, ada yang ngetok-ngetok pintu rumah saya. Seorang
nenek menyerahkan bayi itu kepada saya. Dia mengaku tidak punya biaya untuk
merawatnya. Saya tidak tahu darimana datangnya nenek itu. Yang pasti, dia tidak
mau anaknya dibunuh seperti berita di media massa, karena aborsi," cerita
Burhan.

"Sejak saya belajar bersyukur, Allah menambah nikmat kepada saya,
Saya merasakan hidup yang berkah. Kalau dulu saya ngontrak, sekarang saya punya
40 pintu kontrakan. Kenikmatan itu saya yakin, bukan karena saya pintar atau
semata keringat saya, tapi semua berkat karunia Allah. Saya yakin benar itu.
Saat ini saya malah khawatir, semakin banyak rumah kontrakan, saya jadi takut
nggak kuat menahan godaan. Kalau lihat teman-teman saya, semakin maju mereka
semakin berantakan hidupnya. Mudah-mudahan saja saya tidak kufur
nikmat."

Kini, Burhan aktif sebagai pengurus Pondok Pesantren AI-Kariman,
Bogor. Banyak hal yang ia lakukan untuk membangkitkan kesadaran umat agar
menyisihkan sebagian rezeki mereka demi memelihara agama Allah. Menurut Burhan,
umat Islam ini sebetulnya kaya. "Karena agama Islam mengajarkan agar setiap
Muslim yang punya harta mengeluarkan zakat sebesar 2,5 %. Nah, kalau setiap
orang yang punya harta mengeluarkan rezekinya sebesar Rp. 10 ribu saja, ini
sudah menjadi aset yang sangat besar. Sayang aset ini sulit direalisasikan,
karena masalah kesadaran yang kurang."

Kini, sudah 24 tahun Burhan hidup
bebahagia bersama istri dan anak-anak tercinta. Sebagai orang Batak, ia
membantah anggapan bahwa orang Batak kalau gagal tak akan balik ke kampung
halamannya. Yang benar, menurut dia, adalah bila sudah berhasil, pasti akan
pulang ke kampungnya. "Hanya saja, sejak saya merantau 12 tahun yang lalu, baru
sekali saya pulang kampung." (amanahonline)
darussalam
darussalam
Co-Administrator
Co-Administrator

Male
Posts : 411
Kepercayaan : Islam
Location : Brunei Darussalam
Join date : 25.11.11
Reputation : 10

Kembali Ke Atas Go down

orang Batak Masuk islam Empty Re: orang Batak Masuk islam

Post by Foxhound Mon Oct 01, 2012 9:16 pm

darussalam wrote:Sejak lahir, saya sudah diberi nama oleh orang tua saya dengan nama
Islam: Burhan. Di belakang nama saya ada marganya: Napitu-pulu. Orang biasa
menyapa saya dengan panggilan Burhan. Meski saya beragama Nasrani, saya belum
pernah dibaptis oleh pastur."

Walau ayah-ibunya penganut
Kristiani "(Protestan) yang taat, Burhan jarang ke gereja

Habis ngomentari orang Katolik datang kependeta... sekarang malah Kristen taunya yang membaptis seorang pastur.... boong

Foxhound
Foxhound
SERSAN MAYOR
SERSAN MAYOR

Male
Posts : 612
Kepercayaan : Protestan
Location : Jakarta
Join date : 28.09.12
Reputation : 57

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik