FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Benarkah Demokrasi itu sistem diktator? Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Benarkah Demokrasi itu sistem diktator? Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Benarkah Demokrasi itu sistem diktator?

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

Benarkah Demokrasi itu sistem diktator? Empty Benarkah Demokrasi itu sistem diktator?

Post by keroncong Thu Sep 01, 2016 1:47 am

Pengharaman penyebaran ide liberalisme, sekulerisme, dan pluralisme, oleh MUI segera direspons negatif oleh kelompok-kelompok liberal di Indonesia. Salah satu argumentasi mendasar para liberalis ini adalah dalam sistem demokrasi menjamin kebebasan berpendapat, berkelompok dan beragama. Pelarangan ini berarti bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Melengkapi argumentasinya, mereka menyebut negara ini bukan negara agama. Negara Indonesia adalah negara sekuler. Tidak puas dengan itu, muncul pula statement yang bernada ancaman : larangan ini bertentangan dengan ideologi dan hukum yang berlaku di Indonesia. Tapi intinya, argumentasi negara demokrasi harus menjamin kebebasan berpendapat dan beragama menjadi alasan utama.
Kebebasan (liberalisme) telah menjadi 'dagangan' utama sistem demokrasi di dunia selama ini. Kebebasan yang tercakup dalam empat perkara penting ; (1) kebebasan berpendapat; (2) kebebasan bertingkah laku ; (3) kebebasan beragama ; dan (4) kebebasan pemilikan, menjadi klaim keunggulan dari sistem demokrasi. Para 'sales' ide ini pun mencontohkan dengan bangga bagaimana liberalisme ini telah menjadi faktor kemajuan negara-negara Barat. Dan kebebasan yang paling diagung-agungkan oleh negara demokrasi ini adalah kebebasan berpendapat, berpikir dan beragama.
AS dan negara-negara Barat pun dalam kebijakan politik luar negerinya menjadikan liberalisme menjadi dasar politik luarnegeri yang harus diperjuangkan di seluruh dunia. Penerimaan terhadap nilai liberalisme Barat juga menjadi dasar untuk membagi dunia, siapa musuh dan siapa lawan AS. Irak, Afghanistan, Iran, Cina menjadi negara poros setan karena tidak menerapkan kebebasan ala Amerika ini. Sebaliknya, yang mendukung liberalisme akan dianggap sahabat AS dan disebut negara moderat. Sekaligus menjadi legitimasi untuk bertindak apapun terhadap negara lain. Dengan alasan menciptakan masyarakat yang bebas, negara-negara Barat terutama AS mulai mengintervensi negara lain. Secara terbuka menhan AS Rumsfeld menyatakan kebebasan menjadi alasan bagi AS untuk berbuat jahat kepada negara lain.
Tapi mitos kebebasan ini semakin jelas keruntuhannya dan menunjukkan kepalsuannya. Terlihat dari berbagai kebijakan yang ditempuh negara-negara Barat terhadap umat Islam. Inggris, salah satu negara polopor demokrasi di Eropa, berencana akan melarang organisasi-organisasi Islam yang dituduhnya berideologi Iblis. Alasan pelarangan tidak lagi hanya menunduh sebuah organisasi itu melakukan tindakan kekerasan dan terorisme (yang sering kabur dan penuh rekayasa). Tapi melarang karena berbeda deologi dan pemikiran dengan nilai kebebasan Barat. Dalam pidato nya di depan kongres Partai Buruh, Blair dengan sangat jelas menyebutkan empat kriteria organisasi yang akan dilarang : (1) ingin mengeliminasi negara Israel ; (2) ingin menjadikan syariah Islam sebagai sumber hukum; (3) Ingin menegakkan negara Khilafah ; (4) bertentangan dengan ide-ide liberal. Sebuah ironi dari negara yang membanggakan dirinya sebagai negara yang bebas.
Australiapun mulai mengikuti jejak Inggris. Pernyataan yang rasis dan intoleran mulai muncul dari para politisi. Siapapun yang ingin menegakkan syariah Islam dan tidak setuju dengan ide sekuler Barat akan diusir dari Australia. "Kalau semua itu tidak sesuai dengan nilai-nilai anda, kalau anda ingin negara yang menerapkan hukum syariah atau negara yang teokrasi, maka Australia bukan untuk anda," ujar Peter Costello, Bendaharawan negara Australia. Pernyataan Costello didukung oleh Menteri Pendidikan Australia Brendan Nelson. Ia mengatakan, warga Muslim yang tidak mau menerima nilai-nilai yang berlaku di masyarakat Australia seharusnya 'dibersihkan' saja. "Pada dasarnya, orang-orang yang tidak ingin menjadi orang Australia, tidak mau hidup dengan nilai-nilai masyarakat Australia dan tidak mau memahaminya, maka mereka bisa pergi saja," kata Nelson. (Eramuslim; 25/08/2005)
Kebijakan yang lebih keraspun akan diterapkan, seperti memonitor masjid-masjid, mensensor isi-isu khutbah dan ceramah, dan mengawasi lembaga pendidikan Islam. Secara eksplisit, Howard bahkan mengatakan, pemerintahnya kemungkinan akan menerapkan kebijakan untuk memantau secara ketat mesjid-mesjid dan sekolah-sekolah. Muncul pula usulan yang melarang muslim untuk menjalankan kewajiban Allah dan agamanya: larangan menggunakan kerudung. Menyusul Perancis, beberapa politisi Ausralia pun mengusulkan larangan penggunaan kerudung di tempat-tempat publik. Kerudung dianggap sebagai simbol perlawanan dalam perang kebudayaan (struggle of culture) . ''Dalam sebuah masyarakat yang ideal Anda tidak perlu melarang apapun. Namun, ini terpaksa dilakukan karena apa yang kita lihat di negeri ini adalah sebuah clash of cultures. Sungguh, kerudung digunakan sebagai ikon perlawanan,'' kata Bronwyn Bishop seorang anggota Parlemen Australia terkemuka, seperti dikutip stasiun televisi Seven Network, Ahad (28/8).(Republika; 29/08/2005).
Lantas apa bedanya negara demokrasi dengan negara diktator komunis atau rezim otoriter di dunia lainnya. Kalau komunis melarang dengan alasan mengancam ideologi komunis. Negara kapitalis melarang dengan alasan mengancam ideologi sekuler-kapitalis. Di negara komunis dilarang penyebaran nilai-nilai yang bertentangan dengan komunis. Sementara di negara demokrasi dilarang penyebaran nilai-nilai yang bertentangan dengan demokrasi. Yang berbeda hanya alasan pelarangannya.
Sebenarnya, wajar-wajar saja sebuah negara Ideologis melarang berkembangnya pemikiran yang dianggap mengancam ideologi negaranya. Persoalannya, Barat selama ini berdusta seakan-akan mereka benar-benar memberikan kebebasan pada siapapun. Dan ini pulalah yang mereka sebut sebagai nilai-nilai terbaik dari demokrasi untuk dunia. Atas dasar ide dusta ini Barat melakukan propaganda terhadap negara-negara yang tidak sejalan dengan mereka. Mereka menuduh negara seperti Iran dan Cina memasung kebebasan. Mereka juluki dengan poros setan. Merekapun menyerang Irak, Afghanistan dan mendukung Israel yang membunuh rakyat Palestina dengan alasan ingin memberikan kebebasan. Padahal negara-negara Barat sendiri tidak mempraktekkan ideologi kebebasan mereka. Kebebasan yang sebenarnya dusta dan mitos itu telah menjadi mesin pembunuh jutaan nyawa manusia dan mensengsarakan bangsa-bangsa di dunia.
Umat Islampun kena getahnya. Propaganda jahat menyerang ide-ide syariah Islampun dilakukan dengan alasan melanggar kebebasan manusia. Ketika muncul fatwa dari ulama Islam terhadap kelompok yang menyimpang dari Islam untuk menjaga aqidah umat. Barat lewat agen-agennya di dunia Islam mengatakan hal itu melanggar HAM, memberangus kebebasan manusia. Padahal mereka sendiri melarang penyebaran ajaran Islam dan melarang kaum muslim untuk mempraktekkan ajaran agamanya Dengan alasan HAM, syariat Islam yang menerapkan hukuman mati bagi pelaku pembunuhan dicela. Disisi lain, pembunuhan terhadap ribuan umat Islam dilegalisasi dengan alasan kebebasan. Kepatuhan wanita sholehah dalam rumah tangga Islami dituduh membelengu kebebasan wanita. Sementara eksploitasi dan perdagangan wanita atas nama pelacuran, seni, dan hiburan jadi gejala biasa. Suatu sikap yang tidak rasional dari ideologi yang katanya dibangun atas dasar rasionalisme. Semua ini menjadi tanda-tanda bangkrutnya sistem demokrasi. Bukankah sebuah ideologi akan bangkrut kalau penganutnya sendiri melanggar prinsip-prinsip ideologi itu?
Terakhir kita pertanyaan mereka yang sering berkoar-koar tentang kebebasan. Kenapa Anda diam terhadap pelarangan organisasi Islam di negara-negara Barat ? Kenapa anda diam terhadap pembantaian yang dilakukan pasukan Amerika terhadap kaum muslim ? Kenapa Anda diam terhadap pemurtadan yang dilakukan secara paksa terhadap umat Islam ? Kenapa Anda diam terhadap kebiadaban diktator Karimov yang membunuh ribuan pejuang Islam di Uzbekistan. Kenapa Anda diam saat umat Islam dirampas hak-haknya oleh negara. Kenapa Anda diam saat terjadi penghinaan terhadap Al Qur'an ? Kenapa Anda diam terhadap pelecahan tentara terhadap tawanan muslim perang di Ghuraib dan Guantanamo? Kenapa Anda malah mendukung kebijakan kenaikan BBM yang nyata-nyata merugikan masyarakat ? Anda selalu kritis terhadap Syariah Islam, bahkan sangat alergi. Tapi kenapa Anda tidak pernah kritis terhadap ide-ide Liberal yang menghancurkan manusia itu ? Kenapa Anda diam ? Kalau Anda tetap diam, tampaknya hanya satu jawaban yang paling masuk akal : Anda tidak lebih dari agen-agen penjajah Kapitalis yang telah menyengsarakan rakyat, umat Islam dan umat manusia di dunia. Memang, keburukan tetap akan terbongkar. Inilah saatnya Islam memimpin dunia dengan nilai-nilai luhurnya yang bersumber dari Allah SWT, bukan nilai-nilai kebohongan yang menindas manusia. Saatnyalah sekarang kaum muslim bersatu menegakkan Khilafah Islam.
(Farid Wadjdi;30/08/2005)

keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik