FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

matahari yang memberi cahaya dalam gayatri Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

matahari yang memberi cahaya dalam gayatri Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

matahari yang memberi cahaya dalam gayatri

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

matahari yang memberi cahaya dalam gayatri Empty matahari yang memberi cahaya dalam gayatri

Post by keroncong Tue May 08, 2012 5:43 am

Istilah Gayatri berasal dari akar kata bahasa sanskrit gayi yang berarti bernyanyi. Karena itu, arti Gayatri adalah mengagungkan pemilik dari sifat-sifat mulia; menyanyikan pujian kepada yang patut dipuji. Karena itu, Gayatri adalah nyanyian pujaan dalam mengenang seseorang. Membalikkan istilah Gayatri menjadi trigaya, arti berikut ini juga bisa disajikan: Ini dengan tiga kaki; yakni untuk mengatakan, ini memiliki tiga baris. Dalam dua baris pertama ada pujian kepadanya,untuk kehormatan siapa mantera ini disusun. Arti ketiga dari Gayatri yang saya fahami, adalah bahwa malam itu telah dibagi dalam empat periode, dan saat untuk menyanyikan Gayatri atau waktu untuk bersembahyang sesudah Gayatri dinyanyikan, adalah periode ke tiga yang berlangsung sesudah tengah malam; yakni untuk dikatakan, sepertiga bagian malam yang berlangsung sejak tengah malam. Trigay jatuh pada pertengahan darinya, tepat seperti dalam Quran Suci:

“Wahai orang yang berselimut! Bangunlah untuk bersalat malam, kecuali sebagian kecil. Separonya, atau kurangilah itu sedikit. Atau tambahlah itu, dan bacalah Quran secara santai” (Q.S. 73:1-4).

Gayatri, sebagai fakta nyata, adalah pujian, pujaan, dari manusia Ilahiyah yang biasa selalu bangun pada tengah malam, dan berdiri serta menyanyikan doa kepada Tuhan yang Maha-tinggi, serta membaca Quran Suci dengan sikap santai, hingga fajar subuh. Karena itu, Gayatri menunjuk dan mengarahkan perhatian kaum Hindu kepada Orang Besar ini, Nabi Suci dari Arabia. Nama yang lain dari Gayatri adalah Sawitri yang adalah gender perempuan dari Savitur, suatu nama dari matahari. Tetapi dengan mengabaikan fakta bahwa ada semacam persamaan atau nama – kemiripan antara Savitur dengan Matahari, ada pula suatu perbedaan di antara keduanya, yang akan kami sebutkan secepatnya belakangan. Gayatri adalah pasangan Brahma; tetapi pasangan Brahma itu adalah kesayangannya. Karena itu, dalam arti kiasan, suatu kata atau pembicaraan yang disajikan Brahma dalam doanya, yang mana maksud dan tujuannya, atau kabar gembira tentang terkabulnya, telah diberikan dalam Gayatri. Gayatri adalah ibu kaum Arya, yakni kaum Brahmana, Ksatrya dan Waisya. Penyembahan ibu itu jelas lebih penting dan perlu daripada penyembahan Bharatmata. Penyembahan berarti membayar ketaatan yang tak terbatas dan melakukan apa yang dikatakan. Hidupmu tergantung kepada kepatuhanmu kepada ibumu. Ketika dia memberikan kamu payudaranya, dan engkau tidak mau menyusu, di sini terletak kepastian akan kematianmu. Setelah ini, ingat pula untuk seumur hidupmu bahwa Yang Maha- tinggi telah menciptakanmu; dan sepanjang engkau tak dapat menjaga terhadap hal itu dan melindungi dirimu, maka ibumulah yang memelihara dan membesarkanmu. Juga simpanlah dalam fikiranmu dan ingatlah bahwa segenap hewan, anak manusia, seperti halnya engkau seringkali, lebih membutuhkan perlindungan ibu; karena itu, ketemu dan wajiblah bagi seorang anak itu, agar seumur hidupnya, selalu berterima kasih dan merasa berhutang budi kepada ibunya. Tetapi bagaimana bisa Gayatri ini menjadi ibumu? Ini karena dia telah menimbang dan menyediakan bagimu kehidupan ruhani. Pelajaran spiritual pertama yang kaubaca adalah, dan makanan ruhani pertama yang engkau nikmati dari tangan gurumu yalah, sesungguhnya Gayatri ini, dan karena itu benar-benar Gayatri ini adalah guru ruhanimu. Gayatri adalah induk dari Weda. Weda itu berjilid-jilid, besar dan panjang-lebar, masing-masing memiliki sejumlah manuskrip. Rig Weda mempunyai 21 MSS; Yajur Weda, 101; Sama weda, 1000; dan Atharwa Weda, 9 (maha bhashya). Dari ini, dua manuskrip Rig Weda yang berbeda, delapan dari Yajur Weda dan beberapa banyak lagi yang baik-baik dari Sama Weda, serta dua dari Atharwa Weda, bisa didapati bahkan sampai kini. Di dalamnya terdapat hal-hal yang tidak suci dan kerusakan, ketidak cocokan satu sama lain dan variannya, serta banyak kesulitan dalam memahami arti penting yang sebenarnya. Karena itu, agar supaya selamat dari segala bencana dan penderitaan, adalah masuk akal serta bijaksana bila kita minta perlindungan di bawah sayap ibu. Inilah ibumu, yakni Gayatri. Dia adalah kehendak baik yang seluas­luasnya seperti cara setiap ibu kepada puteranya. Kini, pasanglah telingamu sepenuhnya dan dengarkanlah dengan penuh perhatian risalah dimana induk dari Weda, ibumu sendiri, wahyu Brahma dan puteri langit, yang mengusungnya untukmu:

Huruf pertama dari Gayatri adalah tat yang berarti itu yang sekarang masih sangat jauh, atau masa dan zaman di mana kedatangannya masih jauh dan lama.


Huruf kedua yakni Savitur yang berarti Matahari. Yang memberi gerak, dan yang mempercepat kehidupan, adalah atributnya. Tetapi ada suatu perbedaan di antara Suraj (Matahari) dan Savitur. Matahari adalah yang terbit dan tetap bisa dipandang mata hingga terbenam, sedangkan Savita itu adalah yang belum pernah terbit sehingga belum terlihat di mata (Nirukt 12:12); maka yang mendambakan untuk melihatnya, apapun yang kita nyanyikan pada malam yang senyap, adalah Gayatri; yakni untuk dikatakan, Gayatri mempunyai hubungan dengan pendatang pada waktu malam yang sunyi; dan untuk alasan inilah maka Quran Suci telah menamai dia Al-Tariq; dan, karena itu, jika huruf Gayatri dibalik sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam Nirukt (7:12), maka ini menjadi Al-Tariq, dimana huruf gaf dalam Sanskerta telah berubah dalam huruf Arab menjadi qaf. Di satu sisi, arti Gayatri yalah bagian sepertiga malam sesudah tengah malam, dan pada segi yang lain, arti Tariq dalam bahasa Arab yalah “Yang datang pada waktu malam”.

Pengembara, musafir, tetapi istilah itu digunakan secara khusus bagi pendatang di waktu malam; dan itu pula alasannya mengapa sebuah bintang juga disebut Tariq, karena dia terbit di waktu malam. Pendeknya, kedua istilah Gayatri dan Savita yang digabungkan, menunjukkan Pendatang di waktu Malam; Nabi biasa selalu bangun di sebagian malam, dan menyanyikan pujian kepada Tuhan Yang Maha-tinggi. Gayatri, sebagaimana kita katakan, adalah Al-Tariq tidak saja secara harfiah melainkan juga dalam praktek. Dia, selalu dan selamanya, biasa terbangun dan bangkit dari tempat tidurnya pada sebagian malam serta berdiri hadir di hadapan Ilahi menyanyikan pujian-Nya.


Savita yakni bangun pada tengah malam, mempunyai dua atribut atau kualitas; pertama, seorang yang menghadiahkan gerak, dan lainnya, dia yang menggiatkan kehidupan. Di sini, jangan disesatkan atau ditipu oleh kata-kata yang menggiatkan kehidupan. Satu kehidupan yang telah dikaruniakan kepadamu, dan kelahiran kedua dimana juga disebut janam kedua, terjadi setelah membaca Gayatri, memahami arti penting yang sebenarnya, dan beramal perbuatan sesuai dengannya dengan penuh keimanan.


Bukankah aneh bahwa Matahari naik ke langit dan memberikan cahayanya sepanjang hari, tidak menciptakan kehidupan yang dibawakan oleh Savita dan diciptakannya? Savita tidak di bawah rengkuhan atau kendali terbit dan terbenam; dia adalah Matahari yang lain; dan di antara dua ini, ada, dengan mengabaikan kesamaan dalam nama, dalam artinya mengandung pertentangan dan benturan. Matahari ini adalah yang terbit dan terbenam, berputar terus memotong pendek hidup manusia setiap hari hingga dia mengakhirinya pada suatu hari; dalam bahasa Arab dan Ibrani dia disebut ‘seen’, yang berarti menggigit dengan gigi-giginya. Manusia serta binatang lain-lainnya menggigit dengan giginya, tetapi untuk benda­benda lain dipotong berkeping dengan pisau gergaji. Seen dalam realitasnya adalah sangat serupa halnya dengan memotong, atau gergaji yang menggunakan giginya dalam jenis yang berbeda. Tetapi Matahari yang tidak memotong, tetapi memberi kehidupan abadi, disebut Savita. Bila Matahari itu terbit dan muncul di ufuk dunia, maka dia takkan pernah terbenam atau tenggelam. Anda boleh menyebutnya Matahari yang abadi dan tiada akhir, Matahari dari tanah yang berhak disebut Negeri tanpa esok hari. Matahari ini tidak menjadikan hari ini ke besok pagi, maupun melakukan perampokan terhadap hidup kita. Dalam Quran Suci dia diberi nama Matahari Yang Memberikan-cahaya-Nya, sangat mungkin alasannya karena cahayanya itu tak henti-henti dan abadi. Tak ada nabi lagi sekarang yang akan datang sampai Hari Kebangkitan; karena, di hadapan Matahari ini, tidak diperlukan lagi cahaya yang lain.


Huruf ketiga dari Gayatri adalah Verenyam. Hubungan antara huruf ini dengan Savita jelas perlu. Ini adalah kunci yang melepas dan membuka nubuatan ini. Verenyam berarti Munira, yakni pemberi cahaya; dan arti Munira adalah Matahari yang memberikan cahaya-Nya. Dan keajaiabannya di sini adalah, bila anda membalik Verenyam, dia menjadi Munira; karena hubungan antara Arab dan Sanskerta itu adalah antara tangan kanan dengan tangan kiri; yang satu ditulis dari kanan ke kiri, yang lain dari kiri ke kanan dan bila anda membacanya dari kanan ke kiri, maka itu adalah bahasa Arab dan bila anda membacanya dari kiri ke kanan, maka itu adalah kata-kata Sanskrit. Gabungan antara Verenyam sesudah Savita itu tepat seperti Sirajam Munira dalam Quran Suci, yang berarti Matahari yang senantiasa bersinar.


Huruf ke empat dari Gayatri yalah bhargah yang dalam bahasa Arab adalah barokah, memberi pengertian berkah dan kesucian. Di mana fungsi Matahari itu, di satu sisis, adalah memberi cahaya dan menerangi, juga kerjanya yang lain adalah penyingkiran segala yang memalukan dan mesum. Kuman­bakteri penyakit yang mematikan itu berkembang-biak dan marak dalam kegelapan, dan mempercepat kehancurannya dalam waktu singkat. Menafsirkan Ahimsa Parmodharma bahkan sebagai tidak membunuh kuman-bakteri ini, jelas tidak benar alias salah. Seluruh singa di rimba, harimau, serigala dan ular, digabung bersama-sama, tidak menyebabakan begitu luasnya kehancuran kepada kehidupan manusia dibandingkan dengan kuman-bakteri yang mematikan ini. Berdasarkan Sastra dan akal fikiran manusia dan kebijaksanaan, karenanya, hinsa (membunuh) itu bukanlah kejahatan; ini, sebaliknya, adalah tindakan terpuji dan kebajikan. Matahari yang besar, sepanjang hari, membunuh dan membinasakan segala macam kuman-bakteri yang mesum dan menjijikkan; dan bukannya kesucian serta kemurnian ini bisa diperoleh setelah melakukan dosa yang menakutkan dan tak berampun dengan sekedar membaca Gayatri di tempat tidur ayunan, untuk menyenang-nyenangkan diri dengan kepercayaan dan mengira bahwa dosanya telah dicuci dan dibersihkan. Agama yang benar itu, di samping menciptakan kebencian yang sangat dan perasaan tidak suka kepada dosa, juga membunuh dan menghancurkan kuman-bakteri dosa.


Huruf ke lima adalah devasya yang berarti satu dewa; dan dia adalah benar-benar sama dengan Matahari (Sirajam Munira) yang rahmat dan karunianya abadi serta tiada akhir, dan tidak terbatas atau terkungkung untuk zaman tertentu. Meskipun saat kedatangannya itu pada periode belakangan, namun dia adalah semacam dewa yang membersihkan dan menyingkirkan tidak saja yang memalukan dan mesum pada zamannya yang akan datang namun juga menjawab dan membuang tuduhan yang mengotori dimana orang-orang membebankannya terhadap orang yang baik dan tulus sejak dunia terkembang. Dia membersihkan dan membebaskan dari dosa semua nabi dan resi dari segenap agama dari perbuatan dosa yang dinisbahkan kepada mereka oleh orang-orang. Sungguh mengejutkan, Alkitab menuduh para nabinya sendiri dengan kelakuan mesum, dan menaruh tuduhan kepada mereka atas perbuatan bejat luar biasa yang bahkan orang biasa pun akan gemetar dan mengkeret untuk melakukannya; toh Alkitab lebih menyukai tuduhan semacam ini terhadap para nabi suci, Musa, Ibrahim, Luth, Nuh, Daud, Sulaiman, Harun, dan Yakub alaihissalam. Namun, Quran Suci membersihkan dari dosa semua manusia suci ini dari semua tuduhan yang menjijikkan, dan wahyu kepada Nabi Suci mengumumkan mereka sebagai maksum, bersih dan bebas dari dosa. Kaum Hindu percaya di satu sisi bahwa cahaya Weda itu menerangi Brahma; tetapi mereka juga menyatakan dalam tarikan nafas yang sama bahwa karena jatuh cinta dengan puteri kandungnya sendiri maka Brahma lari dan mengejarnya. Krisna yang suci diproklamasikan dan diakui sebagai avtar atau inkarnasi Tuhan; tetapi tentang dia umat Hindu juga mengakui bahwa dia sangat bernafsu dengan Radha, dan juga menikmati perzinaan dengan para gopis atau pemerah susu. Tetapi Nabi Suci Muhammad s.a.w. adalah yang menyucikan para dewa dan seorang utusan suci yang mengembalikan kehormatan dari para pribadi suci di segala bangsa di dunia, dan membebaskan mereka dari segala prasangka atas kesenangan dan kelakuan yang membawa dosa. Lelaki yang jaya dan agung ini, sebutlah dia dewa atau malaikat yang mulia, tidak saja dirinya di atas dan bebas dari segala dosa melainkan juga yang menyucikan orang-orang lain.


Selanjutnya kita dapatkan kata-kata Dhi Mahi dalam Gayatri mantra. Ini adalah kebalikan dan sinonim dari Mahdi. Di sini, menyangkut artinya, terdapat perbedaan pendapat. Beberapa orang berkata bahwa arti dhi adalah meditasi, dan mengalih-bahasakan frasa ini sebagai kami bermeditasi, sedangkan yang lain berpendapat bahwa dhi berarti cendikia dan bijaksana, dan mahi berarti besar, sehingga, mereka berdalil, ini adalah kebijaksanaan yang besar; sedangkan pengertian Mahdi adalah pembebasan atau refleksi mendalam serta berfikir dalam kesunyian; dan kebijaksanaan serta bakat adalah nama untuk menciptakan dalam fikiran orang-orang suatu rasa takut akan konsekwensi dari perbuatan jahat, dan membimbing mereka ke jalan yang benar.


Kalimat terakhir dari Gayatri mantra dimulai dengan dhiyo yo nah yakni, kecerdasan dan fikiran kita semoga dia (prachodyat) menjadikannya tajam atau suci dan halus.

Setelah memberikan suatu peragaan secara harfiah dari mantera itu, sekarang kita melaju dengan melayangkan pandangan terhadap hal itu secara bersamaan.

Telah ditunjukkan bahwa Gayatri adalah induk dari Weda maupun kaum Hindu; dan memperhatikan serta menaati diktum dan perintah ibu adalah penting sekali bagi para puteranya. Adalah tidak bijak dan naif untuk menyatakan bahwa bahkan tanpa mengetahui arti yang sebenarnya dari Gayatri mantra, dan sekedar mengulang-ulanginya seperti burung kakaktua, maka semua karya dan janji akan terpenuhi, atau keselamatan dan pembebasan akan diperoleh. Dengan sekedar menggosok-gosok resep dokter, yakni selembar kertas itu, di kepala atau diperut, atau hanya sekedar mengulang-ulang nama obat, lalu yakin bahwa penyakitnya akan menyingkir; dan bila engkau tidak menggunakan obat itu sesuai dengan arahan dokter, maka itu tak ada manfaatnya sama sekali.Bila ada kebenarannya dalam klaim bahwa semua dosa dicuci bersih dan dihapuskan hanya dengan membaca Gayatri mantra, maka semua perampok dan bajingan serta para kriminal lainnya akan bisa lolos dari penangkapan dan penghukuman hanya dengan sekedar membaca mantera ini satu dan setengah baris saja. Karena itu, adalah penting bahwa kita harus mengetahui dan memahami arti dari Gayatri mantra, lalu beramal dengan mengikutinya. Adalah jelas sekali dari istilah Gayatri dan nama dewanya, Savita, bahwa matahari yang disebut dalam mantera ini adalah matahari yang terbit dan nampak pada waktu malam, dan bukannya matahari yang terbit dan terbenam setiap hari. Matahari yang dirujuk itu adalah suatu yang belum terbit maupun nampak pada zaman Weda. Matahari yang anda lihat serta tangkap setiap hari, telah diciptakan oleh Parmatma (Tuhan). Tanpa kehendak dan perintah dari Parmatma, matahari ini tidak dapat memberikan kebaikan ataupun keburukan. Jika ada manfaat atau keuntungan dalam menyembahnya, maka kaum Brahmana yang menyembah dan memujanya pasti akan bisa menimbun di rumahnya seluruh kekayaan di bumi; tetapi para pandit malahan orang-orang yang hidup dari penghasilan dan sedekah orang lain.

“Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada rembulan, dan sujudlah kepada Allah yang menciptakan itu, jika kamu mengabdi kepada-Nya” (Q.S. 41:37).

Kata bijak ini, atau kata yang yang mempertajam dan memperhalus akal kita, diajarkan olehnya, yang telah dibicarakan dan disebutkan dalam Gayatri mantra yakni, Savita Varenyam, atau Sirajam Munira s.a.w. Dalam Gayatri mantra tiada doa yang ditujukan kepada Matahari atau cahayanya, tetapi ini adalah suatu keinginan atau kehendak yang kuat untuk mendapatkan ketajaman dan kesucian nalar oleh Sirajam Munira tersebut; ini di susun dalam doa, bangun pada tengah malam, dan mengikuti teladannya yang mulia, demi ketajaman intelek serta kebijaksanaan, dan penyucian karakter serta kelakuan. Sekarang anda barangkali akan mengajukan pertanyaan: Kapan Matahari Ruhani ini terbit? Siapakah dia? Dimanakah dia dilahirkan? Apa tanda-bukti yang disebut dalam Weda dan Sastra untuk memeriksa dan meyakini kejujurannya? Ini jelas suatu subyek yang sangat luas, tetapi saya akan mencoba untuk menjawabnya dalam beberapa patah kata-kata. Untuk menjawab pertanyaan pertama yang ingin tahu kapan saat munculnya Matahari Ruhani itu, telah dinyatakan bahwa dia datang pada waktu malam atau segera sesudahnya; yakni untuk menyatakan, bahwa itu bukanlah Matahari yang terbit pada waktu siang, tetapi ini adalah seorang yang menampakkan dirinya pada saat gelap pekat serta kebingungan. Di sini, dalam menunjang masalah itu, suatu ayat dari Rig Weda sebagaimana diterjemahkan oleh Professor Griffith:

Paling bijaksanalah Dia, yang, membuka paksa pintu-pintu Panis, membawa matahari kepada kita yang memberi makan kepada banyak makhluk. Pendeta yang ceria, kawan umat manusia, dan sahabat di rumah, melalui kegelapan malam yang sunyi dia menampakkan dirinya”. (Rig Weda 7:9:21).



Istilah Pani, dalam mantera ini, membutuhkan beberapa penjelasan. Ini adalah Bani Israil. Mereka telah mengunci wahyu Ilahi dan kenabian dalam rumah-rumah mereka. Yasak Acharya, pengarang Nirukt, mengatakan, bahwa ini adalah negeri riba yang sehari-hari hanya menujukan matanya kepada untung dan laba. Kaum Israil Baniya ini telah jatuh kepada kepercayaan bahwa seorang nabi tidak bisa muncul di luar empat dinding rumahnya atau negerinya. Tetapi Tuhan Pencipta mendobrak pintu mereka, dan membawa keluar sang Surya. Masing-masing dan setiap kata dari mantera ini membicarakan kejayaan dan keagungan dari Nabi Suci s.a.w. Ini, dalam kebenaran yang sesungguhnya, adalah Sirajam Munira yang muncul di Malam Yang Agung. Tetapi jika ada semacam orang yang kacau fikirannya dan kepala batu yang, bahkan setelah pernyataan yang jelas dan menonjol ini, tetap condong kepada pandangan yang salah bahwa ini bukanlah Nabi Suci Muhammad s.a.w. tetapi seorang resi atau muni yang tidak dikenal, maka silahkan dia membuka telinganya dan mendengarkan apa yang telah dikatakan Yesus Kristus dalam Injil, menyangkut peristiwa ini, meskipun faktanya Yesus tidak punya ilmu tentang ayat-ayat dalam Weda ini, tetapi berbicara setelah menerima pengetahuan langsung dari Tuhan yang Maha-tinggi. Dia berkata:

“Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya ia kalau tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang kukatakan kepada kamu, kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!” (Markus 13:35-37). Peringatan, berjaga-jagalah, dengan jelas menunjukkan bahwa dia datang sesudah tengah malam tepat seperti yang dinyatakan dalam perumpamaan Sepuluh Gadis, yang disebutkan dalam Alkitab menurut Markus 25:6:

“Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!”

Weda mengucapkan ramalan tentang dia yang datang pada tengah malam, Sirajam Munira, dan Nabi Bani Israil yang terakhir memperkuat dan membenarkannya, kata demi kata. Isa a.s. telah memperingatkan tidak hanya kaumnya tetapi seluruh bangsa di dunia bahwa Dia yang Dijanjikan akan datang setelah dia (Isa) pada tengah malam, atau pada suatu saat ketika dunia sedang mendengkur dalam tidur nyenyak kelalaian.

keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

matahari yang memberi cahaya dalam gayatri Empty Re: matahari yang memberi cahaya dalam gayatri

Post by njlajahweb Sat Sep 10, 2016 8:16 pm

matahari yang memberi cahaya dalam gayatri Gayatri+Devi

kalau nggak salah Dewi Gayatri juga disebut sebagai Bunda Weda, seperti pada link dibawah ini:
http://pujashiva.blogspot.co.id/2014/07/gayatri-mantra-untuk-beberapa-dewa.html
njlajahweb
njlajahweb
BANNED
BANNED

Female
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik